•1 Bertemu Denganmu (1)

118 11 0
                                    

   "Jadi, kamu sudah siap?"

   Francis terdiam, tidak tahu harus mengangguk atau menggeleng. Dia tidak ingin melakukan hal ini, jika dia menuruti, dia akan melakukan hal buruk kepada keluarga itu. Jika dia menolak, wanita didepannya bisa-bisa membunuhnya.

     Menculik seorang anggota keluarga tersebut juga bisa membunuhnya, mengetahui bahwa dulu 'kakak' dari targetnya adalah pencuri terhebat dikota tersebut. Rumor juga mengatakan bahwa 'kakaknya' adalah penyihir yang bisa dengan mudah mengutuk seseorang menjadi batu, apalagi dengan wajah tampan 'kakaknya' bisa membuat semua wanita luluh padanya. Tapi sepertinya ketampanannya tidak mempan bagi wanita didepannya ini. Malah sebaliknya, ia ingin melihatnya menderita.

    Francis terdiam cukup lama sampai akhirnya wanita itu kehilangan kesabarannya. 

    "Kenapa tidak menjawab? Kamu takut?" Tanyanya dengan nada dingin, menggenggam erat tongkat baseball cokelat yang penuh paku.

    Wajahnya kejam, banyak kantung mata dibawah mata biru lautnya dan bibir merahnya menahan rokok yang sudah pendek. Dia sedang duduk diatas meja dengan menyilangkan kaki dan menatap jijik kearah Francis.

    "Kenapa? Takut? Takut 'kakaknya' mengutukmu, hah?" Wanita itu tertawa kecil dan berbalik kebelakang, mengangkat dagu wanita rambut pirang bersanggul dengan tongkatnya. Mulut wanita itu ditutup dengan kain dan tangannya diikat.

   "Kamu tidak takut kalau adikmu mati, Francis? Kamu tidak takut kalau aku membunuhmu?" Francis hanya meringis melihat adiknya memberikan tatapan ketakutan kepadanya.

    Francis sangat menyayangi adiknya. Dia akan melakukan apapun untuknya, sayangnya dia juga tahu bagaimana perasaan kakak dari orang yang diculiknya. Hatinya akan hancur, sama sepertinya. Tapi jika tidak,  Francis bisa-bisa tidak akan pernah melihat adiknya lagi.

   Tanpa berpikir panjang, dia mengangguk, "Baiklah, ayo lakukan." Wanita itu tersenyum licik kearah Francis, menyembunyikan pesan dibalik tatapannya yang tidak bisa Francis baca.

   Pukul 00.30 waktu setempat. Saatnya menjalankan misi. Francis memasuki halaman mansion tersebut. Dengan hati-hati, ia mencongkel pintu tetapi tidak berhasil. Wanita tersebut mengawasinya dari jauh, alisnya mengerut melihat Francis belum masuk kerumah. Francis tidak tahu kenapa wanita itu tidak ikut campur dalam urusan ini, tapi dia tidak mau memikirkan itu sekarang. Dia harus berhasil menculik anak tersebut sebelum jam 02.00. Jika tidak, dia atau adiknya akan pergi untuk selamanya.

   Francis mendongak keatas. Diatas balkon, ada tirai yang berterbangan oleh angin. Ruangan didalamnya gelap, berarti siapapun disana pasti sudah tidur atau bisa jadi tidak ada orang disana. Ia mencoba segala cara untuk naik kesana.

   Pukul 01.02, Francis masih belum bisa naik kesana. Tidak ada tangga atau pohon yang bisa membantunya. Dia juga tidak memiliki pengalaman memasuki rumah orang diam-diam lalu menculik pemilik rumah tersebut. Tentu saja, dia hanyalah seorang koki handal yang tiba-tiba terlibat dalam hal berbahaya ini.
  
   Wanita tersebut duduk diatas kap mobilnya dan menggerak-gerakkan kakinya yang disilang. Bibirnya masih menahan rokok ke-6 nya sejak pukul dua belas lalu. Ia sudah tidak sabar lagi dan ingin segera melihat wajah anak tersebut. Sudah pukul segini, tetapi Francis bahkan belum bisa memasuki rumah tersebut. 

   Francis mulai berpikir keras, namun sulit karena wanita tersebut masih mengawasinya. Pikirannya malah melayang kemana-mana dan dia hanya bisa terdiam, memaki dirinya dalam hati. Setelah cukup lama mencari jawaban dan mondar-mandir keliling rumah, ia mendengar suara seperti siulan, siulan ceret. Ia mendekati suara siulan tersebut dan bersembunyi dibawah balkon jendela ruangan yang ia yakin suaranya berasal. Sebisa mungkin ia tetap hening.

Bubble ZonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang