SATU

12.9K 634 21
                                    

Misha melangkahkan kakinya ke gedung fakultasnya dengan wajah datarnya. Tak dihiraukan kaum adam yang menyapanya dengan penuh pesona. Baginya semua buaya. Langkahnya terhenti ketika melihat Byan yang tengah berjalan cepat ke arahnya.

"Ikut aku, yuk!" Byan tersenyum dengan manis, tangannya terulur untuk menarik lembut tangan Misha agar mau mengikuti langkahnya. Dia ingin berbicara dengan mantan kekasih yang kemarin telah memutuskannya.

Misha bergeming di tempatnya. Dia menatap tajam kepada Byan yang sekarang tengah menoleh ke arahnya dengan senyuman yang sangat kentara sarat kecewanya.

"Sayang, please!" mohon Byan pelan, masih dengan menyunggingkan senyumannya.

Misha mendecih pelan, dihempaskannya tangan Byan yang mulai menggenggam tangannya. Tatapannya menusuk tepat pada manik mata Byan yang menatapnya penuh harap. Mahasiswa dan mahasiswi yang berada di sekitarnya mulai berhenti dari segala aktivitas mereka dan lebih memilih tontonan gratis yang membuat Misha geram sendiri karena menjadi pusat perhatian.

"Lo ngomong sama siapa?" tanya Misha setelah terdiam cukup lama.

Byan tersenyum pahit. "Aku ngomong sama kamu. Ikut aku, yuk!" Byan mengulurkan tangannya perlahan, takut Misha menolaknya untuk sekali lagi.

Misha tersenyum sinis ke arah tangan yang kini terulur ke arahnya. "Ma'af gue nggak kenal sama elo," setelah berkata seperti itu, Misha langsung berjalan meninggalkan Byan yang hanya mampu menatap punggung Misha dengan penuh penyesalannya.

Kejadian itu sontak langsung membuat ramai seisi koridor yang tadi menyaksikan perdebatan singkat antara Misha dan juga Byan. Bahkan sekarang sudah jadi perbincangan sampai ke fakultas-fakultas lain.

'Berani-beraninya dia nyamperin gue setelah nusuk gue. Damn you, Abyan Nandana,' Misha berkali-kali menyumpah-serapahi kelakuan Byan di dalam batinnya. Sungguh dia tidak akan sudi lagi untuk berhadapan dengan Byan, dia muak melihat wajah cowok itu, dan dia ingin ini akan jadi yang terakhir Byan memunculkan wajahnya di depannya.

Misha memasuki kelasnya, dia langsung mencari kursi pojok paling belakang. Moodnya sedang jelek, dan dia tidak mau mendengarkan pelajaran untuk kali ini. Dia ingin mendinginkan kepalanya.

"Kenapa lo? Byan ya?" Azkadina Kirei, temannya sedari kecil duduk di depannya dengan wajah bingungnya ketika mendapati Misha memasang wajah yang menyeramkan, but, dia masih terlihat cantik.

"Nggak ada pertanyaan yang lebih mahal lagi?" sinis Misha.

Kirei terkekeh mendengar jawaban tajam Misha, dia sudah terbiasa menghadapi Misha yang sekarang. Misha yang keras. "Oke. Gue tahu lo belum siap cerita. Bye the way, bolos aja yuk! Gue males dengerin dosen ganjen itu."

Misha menatap Kirei penuh minat, dia kembali mencangklong tasnya dan mulai bergegas dari tempat duduknya. "Buruan! Keburu tuh semok masuk."

Kirei tersenyum lebar, dengan senang hati dia mengikuti Misha yang kini sudah berjalan di depannya dengan sedikit terburu-buru. "Kemana nih?" tanyanya ketika sudah menjejeri Misha.

"Nggak tahu yang penting kita pergi dulu dari sini. Gue sumpek."

Kirei mengenggukkan kepalanya. "Okey."

Mereka berdua langsung masuk ke dalam mobil audi Kirei setelah sampai di parkiran dan kemudian berlalu meninggalkan kampus mereka.

*

Double MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang