DUA

10K 558 13
                                    

Setelah dua minggu berlalu. Dimana Misha bertemu terakhir kalinya dengan Meshach di cafe yang sampai saat ini tidak lagi dikunjunginya demi untuk menghindari bocah SMA yang membuatnya berasap-asap itu, Misha menjalani hidupnya sama seperti biasanya. Hanya saja Byan masih dengan senantiasa merelakan diri buat menjadi ekornya, mengikutinya kemanapun dia pergi diiringi dengan ucapan ma'afnya dan niatnya yang menginginkan Misha kembali jadi kekasihnya. Membuat Misha lama-lama muak dengan kelakuan cowok itu.

"Bisa nggak sih lo enyah dari gue?" Misha menatap Byan dengan wajah jengah menahan kesal saat lagi-lagi mendapati Byan yang tengah duduk pada meja belakang dimana dia tengah makan bersama dengan Kirei di kantin kampusnya.

Byan menatap Misha dengan senyum kecutnya, dia berdiri dari duduknya hendak menghampiri Misha, namun gadis itu menatapnya nyalang membuatnya mengurungkan niatnya dan kembali duduk di tempatnya. "Aku nggak bisa, Sha. Udahan dong marahnya."

Misha menaikkan sebelah alisnya. "Gue udah nggak marah. So, jauh-jauh dari gue."

Byan menggelengkan kepalanya cepat, dengan berani dia menatap Misha tepat di manik matanya. "Enggak. Dengerin dulu, Sha. Aku seneng kamu udah nggak marah lagi, tapi apa nggak bisa kita kaya' dulu lagi? Aku kangen kita."

Kirei yang mendengar pernyataan Byan membulatkan matanya. 'Gila berani banget tuh cowok,' Batinnya.

Misha tersenyum sinis kepada Byan. "Ma'af, Yan. Tapi gue lebih suka lihat ke depan daripada ke belakang."

"Sha," lirih Byan dengan wajah kecewanya.

Misha menghela nafasnya kasar. "Gue tahu banyak cewek yang suka sama elo, banyak cewek yang lebih baik dari gue juga pastinya. Jadi tolong hentikan tindakan konyol lo ini yang jelas-jelas bakal buat lo kecewa terus, maybe. Dan buat yang terakhir dengerin baik-baik omongan gue, gue bukan jalan lo lagi," setelah itu Misha menatap Kirei yang sedari tadi menyaksikan dramanya, dia memberi syarat pada temannya itu untuk segera pergi dari kantin.

Kirei menganggukkan kepalanya, paham. Dia menyampirkan tasnya dan berjalan mengikuti Misha yang sudah duluan meninggalkan kantin.

Byan mengusap wajahnya dengan kasar. Dia menyesal telah berkhianat, dia menyesal. Sangat menyesal. "Aku nggak bisa berhenti, Sha," lirihnya.

Byan meninggalkan kantin kampusnya dengan wajah frustasi, tatapan-tatapan dari seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang berada di kantin tidak dihiraukan. Yang sekarang dia fikirkan, gimana caranya agar Misha kembali kepelukkannya. Hanya itu.

*

"Lo mau kemana, Sha?" tanya Kirei saat menatap Misha yang sedang menunggu Taxi pesanannya datang.

Misha menoleh ke arah Kirei dengan senyum suramnya. "Gue mau jenguk mama. Gue kangen, Ki."

Kirei menatap Misha dengan senyum menenangkannya. "Gue boleh ikut. Gue juga kangen sama mama lo. Pakai mobil gue aja. Batalin Taxinya."

Misha tersenyum lebar sambil menganggukkan kepalanya dengan semangat. Dia mengambil ponselnya untuk menghubungi Taxi yang tadi dipesannya, sebelumnya dia memohon ma'af karena tidak jadi memesan Taxi tersebut ya walaupun dibalas dengan ketus oleh si sopir, but dia tidak peduli. "Yuk!"

Keduanya langsung memasuki mobil Kirei, yang langsung berlalu meninggalkan kampus menuju ke Rumah Sakit Jiwa dimana mama Misha dirawat.

Double MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang