Drug

2.6K 93 2
                                    

Hari ini adalah hari ketiga setelah aku dinobatkan menjadi 'pembantu pribadi' seorang Brian.

Jujur, aku merasa harga diriku diinjak injak olehnya.

Brian Santoso, laki laki terbrengsek yang pernah aku temui.

Banyak anak anak perempuan jalang menyukainya, bahkan mengajaknya bercinta. Ew, aku bahkan ingin muntah jika aku mendengar para gadis jalang itu mulai mengodai Brian.

Brian adalah anak pindahan dari luar kota, entah dia dulu bersekolah dimana aku tidak peduli. Tapi intinya siapa yang mengajari dia merektrut 'pembantu pribadi' dengan cara yang.. ew.. aneh.

Mungkin Brianlah yang dimaksud 'anak baru ganteng' oleh Elsa.

Bicara tentang Elsa, sudah dua hari aku tidak berbicara dengannya. Padahal aku dan Elsa duduk sebangku, jujur saja, itu terasa sangat canggung.

Kemarin Elsa masih mengajakku mengobrol, tapi karena mood ku sedang tidak bagus, aku pun mengabaikannya.

Tapi kalian tahu kan Elsa itu tipe orang yang tidak gampang menyerah sekalipun lawannya adalah seekor macan bunting.

Dia tetap saja berbicara walaupun aku mengacuhkannya.

Tapi sepertinya aku berlebihan, sehingga sekarang Elsa tidak lagi menegurku.

Aku merasa bersalah.

Tapi,

Aku masih mengingat kejadian di depan halte bus.

Elsa dan Rey bergoncengan, dan Elsa melingkarkan tangannya di perut Rey seakan akan tidak ingin melepaskannya.

Aku masih sakit hati.

Sampai hari ini.

Sakit.

Aku duduk dibangkuku menatap bangku kosong disebelahku ini.

Aku bertanya tanya, dimanakah siluman naga yang biasanya menghuni bangku ini?

Ah, mungkin dia sekarang sedang menjelma menjadi siluman naga indosiar.

Akhirnya aku putuskan untuk ijin kekamar kecil ke Mr. Orland, pikiranku sungguh tidak tenang.

Aku berjalan di koridor kelas, kemudian aku melewati kelas Rey.

Kulirik sedikit kearah bangkunya. Kosong. Kemana anak itu?

Aku berjalan gontai menuju kamar kecil dikelas 12. Entah aku kerasukan apa sehingga aku ingin sekali buang air kecil di sana.

"Tumben sepi" aku berbicara sendiri sambil membuka keran.

Kulihat wajahku dicermin besar yang ada di toilet itu.

Wajah lesu, dengan mata yang mulai menyipit alias bengkak,bibir kering pucat, dan ingusan.

"Aww sakit ahhh"

Aku mendengar suara samar samar disini. Aku pikir aku sendirian disini tenyata tidak.

Kemudian aku melangkah pelan mencari asal sumber suara.

"Pelan pelan aja"

Kemudian aku mendengar suara laki laki yang cukup berat.

Tunggu ini kan toilet khusus perempuan? Kenapa ada suara laki laki? Apa jangan jangan mereka sedang....

"Ahh.. elo sih gue bilang pelan pelan. Berceceran tuh jadinya"

Kali ini suara perempuan.

Apa mereka sedang bercinta?

Ew...

Apa mereka tidak bisa menyewa kamar, sehingga toilet tak berdosa ini menjadi korban.

I'm Not A MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang