MOVE ON

3.1K 107 2
                                    

"Elsa?”

Aku mematung sejenak melihat pemandangan yang bisa dibilang menyakitkan didepanku sekarang ini. Mendadak aku merasakan sakit didadaku, mataku mulai pedih akibat air mata yang ingin keluar.

Meskipun yang kulihat telah berlalu, tapi sakitnya tetap ada. Kemudian aku mencoba menelepon Elsa, hanya untuk memastikan kalau yang kulihat tadi adalah benar Elsa atau bukan.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan

shit!” aku mengumpat sambil menghentakkan kakiku di tanah.

Akhirnya air mataku pun jatuh, aku tidak bisa menahan rasa sakit didadaku. Sahabatku yang selama ini bersama denganku selama 5 tahun telah mengkhianatiku? Kenapa dunia tidak adil?

Bukankah aku pernah bilang kalau aku belum bisa melupakan Rey?

Bukankah aku dan Elsa berjanji bahwa nanti tidak akan ada pengkhianatan?

Tapi kenapa Elsa mengkhianatiku?

Aku berdiri dan berjalan kaki dengan lemas. Bus sepertinya sudah tidak ada lagi, jadi aku memutuskan untuk berjalan kaki kerumah. Aku masih terisak, aku tidak bisa melupakan kejadian yang kulihat tadi.

Aku merasakan bulu kudukku berdiri, aku merasa kalau ada seseorang mengikutiku dari belakang.

Dapat kurasakan kalau langkah kakinya sangat berat, sepertinya seorang laki laki. Aku tidak berani untuk menoleh. Meskipun aku sering berkelahi dengan Elsa, tapi aku belum pernah berkelahi dengan orang asing terlebih orang jahat.

Aku mempererat jaketku, aku mulai ketakutan. aku pun berjalan cepat, tapi pria dibelakangku juga berjalan cepat.

Aku melirik kebelakang, kulihat sekilas pria itu menggunakan jaket hitam, topi putih serta masker yang menutupi hidung dan mulutnya sehingga aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas.

Kalo gue disekap gimana? Kalo gue diapa apain gimana? Kalo perawan gue ntar diambil sama tu cowo aneh gimana? Jangan dulu deh, gue belum belum dapat jodoh.

Aku dapat merasakan kalau pria itu makin memperpendek jarak. Aku dapat mendengar deru napasnya yang sepertinya kelelahan mengikutiku.

Kemudian sebuah ide terlintas diotakku.

“TOLONG!!! ADA PEMERKOSA!!! TOLONG!!! GUE BELUM DAPET JODOH!!! SELAMATTHHMMMPPP”

Dengan cepat pria itu membekap mulutku menggunakan tangannya yang besar.
Tunggu, aku seperti mengenal bau parfum ini. Baunya seperti…

“alay banget dah lo, gue mau nganterin lo pulang bego!” kata Brian sambil melepas tangannya dari mulutku.

“elo juga nakut nakutin gue bego! Gue kira lo pemerkosa” ucapku sambil mengikat rambut panjangku.

“mana ada pemerkosa seganteng gue,”ujar Brian dengan percaya diri.

“idihh, PD banget lo, lo itu kaya psikopat tau gak,” kataku sambil menunjuk wajahnya.

“eh, elo sudah tepos, gak usah ngejelekin gue deh,” kata Brian sambil mengambil sesuatu dari dalam kantongnya. Rokok.

“elo ngerokok?” tanyaku risih karena aku sangat membenci perokok, bahkan aku sempat membenci ayahku sendiri karena beliau dulu seorang perokok.

“lo gak liat gue lagi apa?” kata Brian sambil menyalakan api diujung rokok.

Aku hanya memandang Brian jijik, sungguh meskipun aku terkenal berandal disekolah, tapi aku benar benar membenci apapun yang berkaitan dengan rokok.

I'm Not A MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang