two

86 7 1
                                    

Aku memulai kehidupan baru dengan keluarga baru.Setelah kejadian 8 tahun yang lalu,aku takkan melupakan seseorang yang telah membunuh bunda Ely.

Pisau lipat pink selalu kusimpan.Itulah benda terakhir yang di berikan bunda padaku.Kata-kata terakhir bunda memang benar dan aku takkan melupakannya.

**

" vena. " teriak alyn dari belakang
" apa?. " ucapku tanpa menoleh ke arahnya
" sepulang sekolah temani aku ke toko buku sebrang jalan."
" hmmm baiklah aku juga sedang ingin mencari buku."
" humm, aku tau yang kau cari pasti novel horor kan?."
Aku hanya mengangguk

" kenapa horor kau sudah mempunyai buku 2 rak penuh."
" biarlah, aku akan ke kelas sampai nanti."

Ya alyn adalah teman dekat ku. Bagaimana tidak rumah kami tepat nya berseberangan.

**

Aku menunggu alyn di depan gerbang sekolah.Alyn termasuk anak yang rajin jadi dia selalu pulang terlambat.

" Hei kau tau deny." Ucap seorang anak lelaki yang berjalan melewati ku
" iya,dia anak yang aneh selalu sendirian saat di kantin kudengar dia dulu anak asuh." Ucap anak yang satunya
" Anak panti gitu."
" Iya,makanya dia bersikap aneh dan tidak punya teman hahaha kasian ya." Tawa nya penuh puas
" dasar anak lantaran." Mereka berdua tertawa terbahak-bahak

" vena maaf membuatmu menunggu ayo."
" alyn tunggu sebentar, aku ada perlu sebentar kau tunggu disini jangan kemana2."
" ummm,baiklah."

Aku mengikuti cowo itu yang satunya lagi sudah menaiki bis kota.

"Bolehkah aku meminta bantuan mu ." Ucapku dengan manis
"Oh vena,tentu..saja boleh."
"Ikuti aku."

Aku menuntun nya ke belakang sekolah.

"Ada apa vena."
" sebentar." Aku mengambil pisau dari tas ku
" vena kenapa kau mengambil pisau?." Tanya nya sedikit takut
" oh ini aku hanya ingin kau membantuku mengasah pisaunya." Aku tersenyum
" oh begitu."

Njellbb...

Kutancapkan pisau ke dada nya.Seketika teriakannya muncul

" vena apa yang kau lakukan?." suaranya yang hilang mencoba tuk berbicara
" sudah kubilang aku ingin kau membantu ku mengasah pisau ini." Aku tersenyum gila di hadapannya

" dasar cewe gila."
" oh kau masih dapat berbicara ya,oke aku akan membuatmu diamm.."

Ku mencabut pisau dan  menancapakannya di perut lau kutarik kebawah sampai kemaluannya.

" aahhhhh."

"Sepertinya ini belum cukup."
Ku cabut lagi dan menancapkan nya ke mata mencabut bola matanya.Ku ambil bola matanya dan ku masuk kan ke toples yang aku bawa di tas.

" sudah selesai, ah tidak seru."

Kubersihkan baju ku lalu menyemprotkan parfum yang ku buat untuk menutupi bau amis ini.Segera aku kembali ke Alyn

" vena kau kemana saja lama sekali."
" maafkan aku tadi ke toliet."
" oke ngomong2 bau mu...harum sekali."
" tadi aku memakai parfum ku biar bau badanku hilang." Ucap ku sambil tersenyum
" oh begitu. "

Sungguh bodohnya dirimu begitu percaya senyuman palsu ini.

**

" aku akan menunggu di luar."
" baiklah."

Aku berjalan ke luar lalu duduk di tangga.3 anak laki2 ber otak mesum menghampiri ku.

" hey lihat itu vena." Ucap seorang anak laki2 uang memegang sebotol bir di tangan kanan nya
" iya sedang apa kau cewe manis sendirian disini,ayo ikut kami mari bersenang-senang."
" oh benarkah,aku tau tempat yang seru." Senyum gila menghiasi wajahku

Aku membawa mereka ke gang sepi di pinggir jalan.

" disini saja." Aku tersenyum manis di depan mereka
" ayo kita mulai." Hendak laki2 itu memelukku

Jlebb...
Ku tancapkan pisauku ke dada nya

" ada apa ini.. " mereka berdua gemetar ketakutan
" oh tidak ada apa-apa,aku hanya mengirimnya ke tempat yang pantas untuk nya." Senyuman indah terukir di wajahku
" ayo lari.. " sebelum mereka menjauh ku lemparkan 2 pisauku tepat di kaki nya

Mereka berdua jatuh.Ku seret mereka ke tempat lebih gelap lalu menghabisi nya.Ku ambil bola mata nya, cerai berai isi perutnya,ku potong-potong dari kaki sampai tangan.

" karya seni yang indah bukan." Aku memandang puas mereka

Segera kumasukkan bola mata itu ke toples lalu memakai parfum menutupi bau ini.Aku beranjak pergi dari tempat itu.

" vena maaf jika lama." Alyn terburu-buru ke luar dari toko buku
" oh tidak apa-apa, aku membelikan mu secangkir cappucino. " ku berikan segelas kopi untuknya yang ku beli di sebrang jalan.

" oh terima kasih. " katanya sambil meniup-niup kopi yang masih panas
" sama-sama." Aku tersenyum

Sweet PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang