Tiga

537 54 4
                                    

Kubiarkan tubuhku terguyur derasnya shower. Aku ingin mendinginkan kepalaku yang terasa berat. Memikirkan bagaimana aku bisa terkungkung dalam keadaan seperti ini.

Sepanjang kehidupanku yang sebatang kara dan tak pernah tau artinya memiliki, baru kali ini aku merasa ketakutanku yang aneh. Aku tak ingin berbagi. Aku tamak dan obsesiku untuk memiliki Seungcheol seutuhnya sampai tak bisa kubendung.

Aku mencintainya. Sangat.

Semua terasa sesak dan membuatku penat. Aku ingin menghentikan kegilaan ini sekarang atau aku akan benar2 gila. Ingin aku kembali dan memutar waktu dimana aku tidak mengenal sosok Seungcheol. Hidup tanpa rasa bersalah dan kembali pada kehidupan yang mungkin lebih baik. Bergantung pada kepuasan mereka yang menginginkan tubuhku. Sial!

Kuhentikan aktivitas mandiku dan berjalan pelan mengambil bathrobe di atas rak. Sejenak kualihkan pandanganku pada cermin yang ada di kamar mandi.

"Apa yang kau inginkan dari tubuh ini Seungcheol-ah?"

"Bahkan aku tak memiliki apa yang dimiliki istrimu? Bukankah seharusnya kau bahagia bersamanya? Cih. Bahkan kalian memiliki dua anak"

Aku mengusap kasar wajahku dan mendekap erat tubuh bagian atasku. Aku kedinginan. Aku rindu pelukan hangat Seungcheol. Aku benar2 sudah gila karenanya.

Kugerakkan kakiku keluar kamar mandi tentu setelah membungkus tubuhku dengan bathrobe. Aku mengigil dan aku menginginkan Seungcheol sekarang.

Memikirkan apa yang dikatakan Jisoo siang tadi membuat perasaanku kalut. Apa aku benar2 akan menunggunya. Seberapa lama bahkan Seungcheol tak memberi kepastian. Ucapannya beberapa hari lalu perlahan menusukku.

Flashback

Aku bersenandung kecil di depan dapurku. Kuaduk adonan scallion pancake dan mulai kutuang diatas wajan. Memasakkan makanan kesukaan Seungcheol merupakan kebahagiaan buatku. Hingga sepasang tangan kekar melingkari tubuhku.

"Baunya harum sekali sayang"

"Jauhkan tubuhmu Cheol-ah atau ini tak akan selesai"

"Bagaimana bisa aku tak tergoda denganmu saat ini Hani-ah"

Aku mendengus. Memang aku hanya memakai kemeja kebesaran milik Seungcheol. Tanpa apapun lagi. Kami sama sama pria tapi badanku lebih kecil darinya. Aku malas memakai apapun karena pasti hanya berguna beberapa saat sampai benda bernama baju itu menjadi seonggok kain tak berguna.

Selalunya seperti itu.

Menghabiskan waktu untuk bercinta.

"Kuselesaikan ini dulu, okay?"

Seungcheol tak menjawab dan memilih duduk di kursi makan sambil tersenyum tipis.

Tak lama kemudian kita makan bersama dalam hening. Namun kami saling melempar tatapan yang tak bisa kuartikan. Hingga dering ponsel Seungcheol menginterupsi acara makan kami.

Seungcheol mengambil ponselnya dan terlihat memutar matanya malas. Namun aku tau pasti itu dari seseorang yang menunggunya dirumah.

"Jawablah"

Aku mengalah.

"..."

"Baiklah aku akan pulang"

"..."

"Aku juga mencin-"

Kuraih kasar ponsel Seungcheol dan kumatikan panggilannya. Kubungkam bibirnya hingga tak menyelesaikan kata terkutuk itu. Aku mendesaknya hingga kami berpagutan diatas sofa. Aku tamak.

"Apa kau bahagia, Cheol-ah?"
Tanyaku di sela2 aktivitasnya menciumi leherku.

"Tentu saja"

"Apa artinya aku bagimu?"

Kuberanikan diriku bertanya. Dia menghentikan aktivitasnya dan menegakkan tubuhnya. Membawaku untuk bersandar di dadanya. Mengelus jemariku lembut.

"Kau nafasku, Hani-ah. Kau segalanya bagiku"

Aku merasa aneh seakan perasaan membuncah dalam diriku hingga menekan airmataku turun perlahan membasahi pipiku. Aku bahagia hanya dengan kata sederhana yang keluar dari bibir tebalnya. Namun aku belum puas.

"Lalu bagaimana jika aku memintamu memilih?"

TBC

Okee. Kkeut. Lebih panjang dikit dari yg kmren. Fyi yaa temanteman, tulisan ini based on Jonghyun's song. Crazy - Guilty Pleasure.

Ini tidak akan berchapter2 dan jujur tulisannya amburadul butuh banyak masukan.

Kirakira apa jawaban Seungcheol?

Vomment yaa

Kisseu :*




Guilty PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang