Lima

466 62 17
                                    

Guilty Pleasure

Konsekuensi dari hubungan yang salah ini cepat atau lambat pasti akan kuterima. Rawa cinta yang kau tunjukkan padaku Tuan Choi Seungcheol, membawaku terpuruk semakin dalam. Sedalam perasaan bersalahku pada kedua malaikat polos yang asyik bermain di playground.

"Jadi kau Yoon Jeonghan?"

Aku menyesap americano di tanganku. Pandangan mataku masih tak terarah. Demi apa tatapan tajam wanita di depanku sungguh menusuk dadaku. Oksigen serasa menghilang dari sekelilingku. Ugh..

"Jangan kau pikir aku tak tau apa yang selama ini suamiku lakukan, Jeonghan-ssi. Aku cukup bisa memata-matai kalian"

Aku masih enggan menanggapinya. Kutunggu kata-kata selanjutnya yang akan dia lontarkan.

"Bagaimana bisa laki-laki normal seperti Seungcheol terpikat padamu? Kau bahkan tak lebih baik dari pelacur di luar sana.."

Baiklah. Aku memang pelacur tapi itu dulu. Kalimat terakhirnya sukses membuatku menatapnya. Dia tersenyum miring.

"Kenapa? Kau tersinggung? Cih! Banci seperti kau memang pantas disebut pelacur. Kau bahkan tak punya harga diri. Beraninya mengganggu keluargaku!"

Jang Doyoon mengucapkan dengan lembut tapi menusuk. Kami memang tak mungkin saling berteriak atau memaki karena pertemuan ini terjadi di cafe Mango dekat apartemenku. Panggilan tak dikenal yang kuterima pagi ini memaksaku untuk bertemu dengan wanita ini. Dan sialnya dia membawa serta kedua anaknya. Untuk memancing rasa kasihanku kah?

"Apa maumu?" Akhirnya kubuka mulutku setelah kudinginkan kepalaku mendengar kata-kata 'manis' darinya.

"Selain kau hina, kau juga bodoh. Tentu saja untuk membawa Seungcheolku kembali"

"Bukankah kalian tidak bahagia?" Aku tak tahu kenapa aku percaya diri sekali. Bahkan sampai sekarang aku hanya terbang dalam lingkaran perasaan memiliki dan mencintai Seungcheol. Aku melihatnya bahagia ketika bersamaku selebihnya aku tak tahu dan tak mau tahu.

"Hei, kau tak buta kan? Kami sangat bahagia. Kau lihat pangeran-pangeran kecil kami? Darimana mendapatkannya kalau bukan dari cinta kami"

Baiklah wanita ular di depanku ini juga lebih sombong dariku.

"Lantas, kenapa dia lebih sering bersamaku?" Aku tersenyum hambar.

"Itu karena kau merebutnya dariku. Kau jalang hina. Laki-laki tak tau diri!" Doyoon mulai berapi-api.

"Kalau begitu, ambillah kembali kalau kau bisa" Oh, Tuhan. Aku menantangnya.

"Tentu saja aku bisa, Jeonghan-ssi. Aku bisa saja dengan mudah mehapusmu dari dunia ini tapi aku tak mau mengotori tanganku. Seungcheol juga pasti tak akan mau istri cantiknya ini merendahkan dirinya untuk hal itu"

Demi apa mulut wanita didepanku ini. Aku mengatupkan gigiku rapat2. Aku menggeram dalam diam. Sial. Wanita ini benar-benar...

"Seungcheol pasti akan memilihku. Dia mencintaiku".

Baiklah kali ini aku berbohong. Aku bahkan tak tau apa Seungcheol memiliki perasaan yang sama untukku. Dia hanya tak bisa tanpaku, aku udaranya. Bisakah hal itu meyakinkanku bahwa dia mencintaiku? Entahlah. Namun kurasa aku harus mempertahankan Seungcheol untukku.

"Cih, percaya diri sekali! Aku baik2 datang untuk berdamai denganmu, Jeonghan-ssi. Kenapa kau membuatnya sulit seperti ini.."

"Mommy, Woozi-hyung mengambil keretaku~" Anak laki-laki 3 tahunan merengek menarik-narik baju ibunya, Doyoon.

"Eoh? Dia siapa, mom? Perkenalkan. Aku Dino. Uncle ini teman mommy atau daddy?" Anak imut itu memperhatikanku lekat-lekat dengan matanya yang lucu setelah membungkuk sebentar.

Aku tersenyum tipis. Doyoon yang tahu perubahan sikapku lantas tersenyum licik. Setelah Dino kembali bermain dengan kakaknya, Doyoon membuyarkan lamunanku menatap tingkah polos mereka.

"Kau lihat mereka? Keduanya masih sangat muda. Perpisahan mommy-daddynya akan berdampak buruk. Kau tahu itu kan?"

Aku bergeming. Menimang-nimang perkataannya. Aku dilema. Seperti inilah yang aku takutkan. Aku tak bisa membayangkan jika keduanya tumbuh tanpa salah satu dari keduanya. Tapi jika hanya ayah saja yang pergi, tak masalah kan? Aku mantap.

"Aku tak ada urusan dengan itu, Doyoon-ssi. Aku hanya butuh Seungcheol"

Wanita itu masih tersenyum, kali ini dia juga mengeluarkan kekehan kecil yang tak kuketahui maknanya. Selanjutnya dia berkata dengan ringan.

"Baiklah. Kalau begitu aku yang akan meninggalkan mereka. Aku hanya akan mengambil Seungcheolku"

Deg!

"Yak! Kau gila Doyoon-ssi?? Mereka anak-anakmu.." Aku tak habis pikir dengan jalan pikirannya. Ibu macam apa dia?

"Biarkan saja. Mereka bisa hidup tanpa orangtua, itu lebih baik daripada aku kehilangan suamiku"

Aku mendadak merasa pusing. Di sekelilingku berkelebat bayangan masa kecilku ketika di panti. Berat rasanya hidup sebatang kara, tanpa orangtua. Dan dengan mudahnya Doyoon akan menelantarkan anak-anaknya hanya demi suaminya. Benar. Wanita ini mencintai Seungcheol dengan kegilaannya, sama sepertiku. Aku sangat menggilai Choi Seungcheol. Aku tak bisa membayangkan dua anak kecil itu tumbuh tanpa didikan orang tuanya.

"Pikirkan itu baik-baik, Jeonghan-ssi"

Sial. Dia menang.

TBCcccccccc

Vomment juseyooo~

Guilty PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang