Guilty Pleasure
Aku tergesa-gesa mengepak barang-barangku dari apartemen. Aku harus segera pergi dari sini. Meninggalkan semuanya, menghapus semuanya. Seungcheol dalam perjalanan untuk menemuiku. Aku sudah tak tahan. Aku ingin mengakhiri semuanya. Kupegang dadaku yang terasa sesak, aku tak bisa bernapas. Bulir-bulir airmataku mulai menggenang dan perlahan turun dari singgasananya. Aku membanting baju-baju yang sedianya akan kukemas dalam koper. Oh, Tuhan.. Ini sakit.
Namun aku sudah memantapkan hatiku untuk menyelesaikan semua ini. Aku mencintaimu, Choi Seungcheol. Aku akan mengalah karena aku benar-benar mencintaimu. Kau punya keluarga yang harus kau jaga. Kau punya martabat yang harus kau junjung. Kau punya anak-anak yang harus kau didik. Demi Tuhan, aku takut pada masa depan mereka yang dipertaruhkan. Kau akan terpuruk jika bersamaku. Hujatan dan gunjingan akan mewarnai hidupmu. Aku tak mau kau menderita.
Helaan napas panjang menuntun hatiku untuk segera melangkahkan kaki dari tempat ini. Banyak kenangan yang tak bisa dikira selama Seungcheol menemaniku. Memberikan perhatiannya, memberikan kepuasan batin dan raga hanya untukku.
Aku menoleh sejenak ke kamar yang akan segera kutinggalkan. Aku tersenyum dalam tangisku. Berat sekali rasanya hanya untuk berjalan setapak saja. Sepanjang jalan menuju pintu apartemen, aku terus mengedarkan pandanganku, menghabisi sisa kenangan dengan diiringi airmata. Aku menunduk menuju pintu apartemen dan terisak. Kubuka perlahan dan aku akan pergi jauh. Namun sepertinya Tuhan memberiku kesempatan kecil.
Kupandang sosok laki-laki yang begitu kucintai sedang mengatur napasnya yang terengah. Dia seperti habis berlari berkilo-kilometer. Tetesan keringat dari rambutnya yang setengah basah menambah ketampanannya. Aku terdiam mematung dan menatapnya sendu.
"Jeonghan-ah~..."
Jangan keluarkan suara berat nan lembut itu Seungcheol-ah.. Aku mohon.
"Kau mau kemana?"
Aku menunduk dan menggelengkan kepalaku. Lidahku kelu hanya untuk mengeluarkan sepatah kata. Aku tak sanggup menatapnya. Tuhan, jangan biarkan aku bimbang.
Choi Seungcheol mengusak rambutnya kasar dan mendorongku masuk kembali ke apartemen. Dia mendorongku hingga aku terbaring di sofa dan Seungcheol di atasku.
"A-apa yang kau lakukan, Cheol-ah?" Akhirnya aku membuka suara dengan khas orang sehabis menangis.
Seungcheol menatapku dan terus menatapku. Aku memalingkan wajahku tak kuat dengan tatapannya. Seungcheol seakan mencari jawaban dengan menelisik manik mataku. Kumohon, Cheol-ah.. Aku ingin pergi. Aku menggerakkan tubuhku gusar.
"Jeonghan-ah, my baby.. Maafkan aku.." Seungcheol menjatuhkan kepalanya diantara leherku seakan menghempaskan beban berat yang dipikulnya.
Aku terisak dan kembali menangis.
"Sst.. Jangan menangis sayang.. Maafkan aku, aku tak jujur dari awal akan perasaanku. Aku tau kau mencintaiku, aku pun sama. Aku mencintaimu. Aku tak ingin kehilanganmu. Kau napasku, Hani-ah, kau hidupku"
Aku membelalakkan mataku terkejut mendengar rentetan pengakuan dari pria yang kucintai. Aku mendorong bahunya perlahan dan mengajaknya duduk berhadapan di sofa. Aku menggenggam kedua tangannya erat dan tersenyum getir.
"Kau serius? Aku bahagia mendengarnya, sayang.." Kupindahkan tanganku mengelus sebelah pipi kirinya. Jujur aku terhanyut dengan perasaan membuncah mendengar pengakuannya.
"Kumohon tetaplah tinggal.."
Aku menggeleng.
"Kumohon, baby, kumohon.."
Seungcheol terus memintaku agar tak pergi. Dia terlihat rapuh. Oh, Seungcheolku sayang..
Aku nendekatkan wajahku mendekat ke arahnya. Kutangkup kedua pipinya dan kulumat bibir tebal yang selalu menjadi canduku selama ini. Bulir air asin kami mewarnai kecupan-kecupan yang mungkin menjadi akhir kisah ini. Aku tak kuasa membendungnya. Kami terus berpagutan hingga tak ada ruang lagi untuk napas kami. Kuketukkan keningku pada kening Seungcheol dan kami berpelukan erat.
Seungcheol datang sesegera mungkin setelah bertengkar dengan Doyoon dan akhirnya menemukanku akan meninggalkannya. Seungcheol bahkan mengakui cintanya padaku setelah aku berkeras akan pergi. Aku sudah mengalah dengan keadaan ini. Aku bisa gila jika terus melanjutkannya. Maafkan aku, Seungcheol-ah..
***
Disinilah aku sekarang. Mengabdikan diriku untuk merawat anak-anak lucu yang terlantar. Di daerah pelosok yang tidak ada satupun orang di masa lalu yang mengenaliku. Termasuk pria yang kusebut dalam doaku, pria yang kucintai. Aku mencintainya namun aku harus mengalah untuknya, demi kebaikan semuanya. Memaksakan keadaan dengan bersenjatakan cinta tak akan selamanya indah. Aku sudah menikmati sebanyak ini dan saatnya aku pergi.
FIN
Baiklah ini sudah selesai. Terimakasiih buat temanteman yang udah upvote, udah komen. Maafkan typo dan alur yang payah. Aku blm bisa nulis dengan baik. Kritik saran apapun aku terima dari temanteman semuaa. Anyway, terimakasiiih. Sampai jumpa lagii
@reenoreo
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Pleasure
RomanceTerkadang kita harus mengalah untuk mendapatkan cinta sebenarnya Warning: No Children, Yaoi.