Prolog

15.8K 1K 7
                                    

Doa yang telah sampai ke langit tidak akan kembali dengan sia - sia, tidak akan pernah hilang dan akan kembali dengan membawa jawaban di waktu yang tepat.

Lelaki itu percaya, apa yang ia doakan akan terkabul. Entah itu sekarang, besok atau bahkan kelak, yang pasti dia percaya. Doa yang selalu dia panjatkan tak akan kembali tanpa kabar bahagia.

Lelaki itu mengganti sarungnya dengan celana PDH, berjalan keluar dari ruangannya dengan begitu gagah. Tasbih kecil itu masih setia dia putar dengan jari -jari kasarnya.

Tatapannya tajam, rahang kokoh, hidung lancip, jidat yang sedikit lebar, bibir atas yang tipis dan bawah terlihat berisi juga berwarna merah muda, kulitnya tidak berwarna putih terang. Namun satu hal ini yang membuat para wanita yang melihatnya merasa iri, bulu mata lentiknya.

" Wihh, ini kita panggilnya nama kita yang asli atau nama saat tugas nih "

" Kita lagi gak tugas, biasa ajalah "

" siap Kapten "

Kedua lelaki itu berdiri tegak lalu hormat ketika suara sapaan datang untuk mereka dari Komandannya. " Bagaimana untuk tugas selanjutnya apa kalian sudah siap ?"

" Siap, sudah Ndan "

***

Senyuman itu mampu menyihir yang melihatnya, dia begitu bahagia ketika akhirnya bisa pulang sebentar menemui Kakak dan Bunda nya yang hanya tinggal berdua setelah kepergian Ayahnya sejak lelaki itu berusia 5 tahun. Kepulangannya yang hanya 2 hari itu tak akan dia biarkan menjadi sia - sia, dia akan menemani Bunda dan Kakaknya yang lusa akan menikah, dan dia yang akan menjadi Wali nikah untuk kakaknya.

" Welcome home Captain "

Dia tersenyum saat sang kakak mendekatinya, dia memeluknya lalu mengecup kening sang kakak yang lebih rendah dari kepalanya.

" Ahhh.. kangen banget "

" Ali, sudah sampai Nak ", Ali ya Muhammad Ali Altaf Kapten Grup 3 atau Sandhi Yudha dari Komando Pasukan Khusus ( Kopassus )

Dia menjalankan keinginan atau cita - cita mendiang Ayahnya yang ingin anak lelakinya menjadi anggota pasukan khusus yang di takuti dunia.

Ali menghampiri sang Bunda, lalu memeluknya dengan begitu hangat. Tak lupa ia mencium kening Bundanya yang begitu dia rindukan dalam waktu beberapa bulan. " apa kabar Bun ?"

" Alhamdulillah, Bunda sehat Nak. Ali sehatkan? Gak kena tembak - tembak lagi kan?" Bundanya dengan gerakan yang lincah menelusuri tubuh anaknya takutnya dia melihat luka baru yang bersarang ditubuh anaknya.

" Ali sehat Bun, misi kemarin gak ada tembak - tembaknya kok "

" tapi sekarang anak Bunda kayaknya makin gelap aja ya ", Ali terkekeh karena ucapan Bundanya itu.

" udah ah, Ali lapar Bun. Kangen masakan Bunda "

Ketiganya berjalan menuju ruang makan, mata Ali berbinar kala dia melihat makanan kesukaannya. Daging ayam dan beberapa tumis lainnya.

" Spesial untuk anak ganteng Bunda yang masih jomblo ", tawa Ali dan sang Kakak Alya pecah begitu saja.

" santai aja Bun, sekarang kita bakalan sibuk sama acara kakak dulu " Dia menaik turunkan alisnya.

Ali menatap kearah Alya, meminta pembenaran dari sang kakak yang akhirnya mengangguk. Walaupun tak pernah hadir dalam setiap step yang di jalani kakaknya dengan calon kakak iparnya Ali tidak tinggal diam. Karena diam - diam dia mengawasi calon kakak iparnya itu.

Ali mengangguk - anggukkan kepalanya menikmati masakan yang begitu di rindukannya.

***

Satu persatu anggota keluarga dari Bunda dan mendiang Ayahnya berdatangan kerumahnya.

" MasyaAllah Ali, gimana kabarnya Nak ?"

" Alhamdulillah sehat Mi, Mami sehat juga kan?" Wanita paruh baya itu tersenyum, senyuman manis yang ia turunkan pada salah satu cucunya itu.

" Alhamdulillah, harus selalu sehat ya ", Ali mengelus sayang pada pundak Neneknya yang sekarang jika kemana - mana harus menggunakan kursi roda.

"  Ali gimana udah ada calon belum ?", pertanyaannya terasa berat bahkan lebih berat saat dia harus masuk ke sarang musuh. Tangannya dengan refleks menggaruk belakang rambutnya, dia salah tingkah.

" belum Mi hehe, Ali masih harus memperbaiki diri dulu agar kelak calon istri Ali bangga nikah sama Ali, dan ya semoga disegerakan saja "

Berdo'alah pada Tuhanmu, Allah agar kelak tidak jatuh cinta pada orang yang salah. Agar tidak akan ada hati yang tersakiti, entah itu hatimu ataukah hatinya. Mintalah untuk jatuh cinta pada jodohmu, yang namanya memang  tertulis di lauhul mahfudz  untukmu. Agar tidak ada yang terluka saat cinta tak berujung pada sebuah akad.

" InsyaAllah di segerakan Nak, selalu perbaiki niatmu dalam setiap hal begitupun dengan pernikahan "

Allah pasti menolong orang yang ingin menikah agar terjaga atau terhindar dari dosa - (HR. Tirmidzi)

***

Ali tersenyum pada kakak iparnya yang dengan begitu lantang saat ijab qobul. Lelaki yang Ali mata - matai selama beberapa bulan itu memang pantas bersanding dengan kakaknya. Dia berharap bisa menjaga kakaknya seperti halnya ia.

Dia menghampiri kakak iparnya, berpelukan sekilas. " Ali titip Kakak ya Bang "

" Siap InsyaAllah akan saya jaga sebisa saya, Li "

Sekarang yang menjadi beban pikiran Ali adalah Bundanya, dia bingung. Jika kakaknya menikah otomatis dia harus taat dan ikut pada suaminya, tapi bagaimana dengan Bundanya.

Dia tidak bisa selalu ada untuk Bundanya, " mikirin apa sih Li ?"

" Bunda, nggak kok. Ali seneng aja, akhirnya kakak udah ada yang jaga "

" Li, setelah ini kayaknya Bunda bakalan tinggal sama Mami aja. Ngurusin Mami juga, rumah itu kita jual aja "

Ah, kenapa nyambung sekali dengan pikirannya. " hmm.. jangan di jual deh Bun, sayang banyak kenangannya "

" terus ?"

" kita bicarain ini nanti ya, sama kakak juga. Biar kita tahu bagusnya rumah itu di gimanain ", Bundanya tersenyum penuh dengan kebahagiaan.

Ali menyimpan satu tangannya di pinggang, yang langsung Bundanya gandeng. Keduanya terkekeh dengan begitu renyah menghampiri para tamu undangan.

Tak mereka ketahui jika ternyata ada dua pasang mata yang melihat dan mengawasi interaksi keduanya.

________________________________

Msy.susan
Mesee.story

KALI KEDUA [ PDF ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang