Suasana di Situ Lembang, Bandung itu terasa begitu dingin. Sedingin wajah lelaki yang saat ini tengah fokus melihat bagaimana para anggota pasukan khusus dilatih dan di gembleng untuk menjadi personel yang selalu terlihat gagah saat bertugas.
Dia tersenyum, mengenang kembali masa - masa dia dulu saat dia ada di posisi tersebut. Wajah tampan yang dibalut dengan kacamata hitam itu turun kearah temannya yang tengah berdiri mengawasi.
Sosok bername tag Muhammad Ali Altaf itu berdiri dengan gagah disamping temannya itu, tak lupa baret merah yang dia sampirkan dipundaknya.
" Izin Kapten, sudah ditunggu Komandan ", Ali mengangguk setelah seseorang datang menghampirinya dan memberikannya hormat.
Tanpa banyak kata, dia berjalan pergi dari lapangan menuju ruangan yang disana sudah ada 2 orang lelaki paruh baya yang sedang berbincang santai.
" selamat pagi Ndan "
" ya pagi, silahkan duduk Li "
" Siap Ndan "
Ali duduk dengan tegap, pandangannya fokus pada dua atasan didepannya.
" jadi kamu anggota yang bisa disegala bidang itu, menembak tepat sasaran, anti teror, mampu mengemudikan alat besar dan apalagi ?"
Ali tersenyum saat kelihaiannya disebutkan satu persatu oleh orang penting dalam jajaran TNI AD.
" Siap Ndan, keberhasilan saya bukan karena saya hebat, tapi karena Allah memudahkan urusan saya, tapi mudah bagi Allah untuk menariknya kembali "
" wah calon menantu idaman sekali ", Ali tersenyum bahkan merasa salah tingkah walaupun tak ia perlihatkan, tengsin kali jika dia salah tingkah didepan atasannya.
" sudah punya calon ?"
" siap, belum Ndan "
***
Sudah beberapa minggu ini Prilly uring - uringan pada Salsa sahabatnya. Pasalnya lelaki pujaan hatinya tidak ada masuk kelas selama 2 minggu. Dia berpikir apakah karena ulahnya waktu itu saat ia kembali mengikuti lelaki itu ke kost nya.
Padahal dia ingin memperlihatkan penampilannya pada lelaki bermata tajam itu, dia sudah berhijab. Ya walaupun masih memakai hijab paris yang masih menerawang dan belum menggunakan gamis atau pakaian yang longgar, dia masih mengenakan celana jeans atau rok yang masih membentuk lekuk tubuhnya.
" udahlah Prill, lupain aja si Zidan ", Prilly mengerucutkan bibirnya tak setuju dengan ucapan Salsa.
" ya gak bisa gitu aja dong Sal "
" lagian kan Prill, Zidan udah bilang kalo dia gak suka sama Lo. Atau mungkin kan dia udah ada calon- "
" ah, Lo mah bikin orang down deh. Jangan gitu kek "
" nih ya, Lo tuh ya kalo mau hijrah yang bener. Niatnya benerin lagi, lurusin lagi. Lo hijrah niatnya buat apa? Biar si Zidan ngelirik Lo karena Lo udah tutup aurat? Terus nanti dia ngajakin Lo pacaran gitu ?
" setau gue, orang yang bener - bener paham sama agama gak mungkin nentang Tuhannya hanya karena manusia yang bahkan di ciptain sama Tuhannya itu "
Prilly diam mencerna semua yang dikatakan Salsa, wanita yang telah lebih dulu memakai hijab dan sekarang sudah mulai sering mengikuti kajian.
Jangan mengkritik orang yang bodoh, karena dia akan membencimu. Tapi kritiklah orang yang berakal, karena dia akan mencintaimu - Ali bin Abi Thalib
Pelukan erat langsung bersarang ditubuh Salsa, Prilly memeluknya begitu erat. " gue mau ikut Lo kajian Sal "
" boleh, tapi niatnya untuk?"
" mmm .. memperbaiki diri gue yang ternyata masih jauh banget dari kata shaleha "
" bukan karena Zidan lagi kan?"
" semoga bukan, untuk urusan Zidan gue mau serahin semuanya sama Allah Ta'ala "
" itu sih ide yang sangat brilian, gini ya Prill. Kita pernah mencintai seseorang dengan cara Sayyidah Fatimah Radhiyallahu anha yang sembunyi - sembunyi mencintai Sayyidina Ali, atau cara Sayyidah Khadijah Radhiyallahu anha yang terang - terangan mengatakan ia menginginkan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam melalui perantara, tapi satu hal yang kita lupa. Pernah gak kita mencoba cara Sayyidah Zulaikha yang meminta Nabi Yusuf Alaihi Salam kepada Allah agar hatinya luluh ?"
Prilly menggeleng dengan pertanyaan temannya itu, bahkan dia tidak menggunakan cara siapapun dalam menyampaikan perasaannya. Dia hanya dengan gamblang mengatakan jika dia suka, sudah.
" gue suka, mulai sekarang gue mau ikut kajian dan juga mau baca - baca hal yang berbau islam. Sungguh gue jauh banget dari agama gue, temenin gue ya"
***
Zidan berjalan tanpa dosa memasuki kelasnya, yang hari ini adalah kelas Bu Shopia. Sudah beberapa minggu dia tidak masuk, dan sekarang masuk dengan begitu enteng disaat ujian.
Dia terpaku saat melihat seseorang yang tak asing untuknya, bahkan dia sampai dua kali untuk menoleh kearah itu. Keterkejutannya pun belum sampai disitu, dia terkejut saat dosen yang di cap killer itu masuk kedalam kelas dengan membawa kertas yang ia yakini adalah kertas untuk ujian.
Berapa lama gue gak masuk? Sampai orang - orang disini berpenampilan berbeda. Batinnya.
Zidan kembali melihat kearah wanita yang biasanya heboh sekarang hanya diam, wanita yang duduk di bangku kedua dekat dinding itu memandang lurus kedepan. Dosen didepannya pun tampak lebih kalem dari biasanya.
Senyum simpul terbersit, dia tak menyangka jika beberapa teman - temannya memilih mengganti penampilan mereka dengan berhijab, begitupun wanita cerewet itu. Dan tidak ketinggalan, dosen didepannya.
Wahai Asma, sesungguhnya seorang wanita, apabila telah balig ( mengalami haid ), tidak layak tampak dari tubuhnya kecuali ini dan ini ( seraya menunjuk muka dan telapak tangannya ) - (HR. Abu Dawud)
Walaupun belum sempurna setidaknya mereka mau mengikuti perintah Allah Ta'ala untuk menutup aurat mereka. Meskipun diluar sana masih banyak wanita berhijab dengan perilaku yang kurang baik, namun Zidan selalu menegaskan untuk tidak menghina memaki atau menjudge hijabnya.
Karena yang bermasalah adalah pribadinya, bukan hijabnya.
Bu Shopia meminta ketua kelas untuk membagikan kertas ujian. Bahkan Zidan sedikit mengerutkan keningnya tatkala dosennya itu tak mengabsen mahasiswanya satu persatu seperti biasanya.
Dengan basmallah dia mulai mengerjakan satu persatu butir soalnya. Dia tersenyum, merasa jika soalnya terlalu mudah. Namun cepat - cepat dia menggelengkan kepalanya dan beristighfar karena telah menganggap sesuatu dengan sepele.
" Zidan Dzaki Alfath, selesai ujian kamu keruang dosen. Ada yang ingin saya tanyakan ", Zidan terperangah sebentar, lalu menganggukkan kepalanya " Baik Bu "
Tidak usah diberitahu pun Zidan dan mungkin teman - temannya sudah tau kemana arah pembicaraan Bu Shopia nantinya. Tidak akan jauh dari hal menanyakan keabsenan Zidan beberapa minggu, dan dia pun harus memikirkan jawaban apa yang tepat jika saja pertanyaan itu benar akan di lontarkan dosennya itu.
Tak ingin ambil pusing, dia akan menjawab apa yang ingin diketahui dosennya. Zidan berjalan kedepan untuk mengumpulkan lembar jawabannya, membuat teman - temannya berdecak.
Prilly melihat Zidan yang berjalan dengan tenang keluar dari ruangan kelas, entah apa yang dirasakannya sekarang terhadap sosok lelaki itu. Karena setelah mengikuti kajian, dia banyak merubah dirinya.
"..... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri..... " - )Qs. Ar - Rad : 11)
___________________________________
@msy.susan
@mesee.story
KAMU SEDANG MEMBACA
KALI KEDUA [ PDF ]
Fanfiction" Karena sejauh manapun kamu pergi, kalo memang saya yang ditulis di Lauhul Mahfudz untuk kamu, kamu akan kembali ke saya " - M. Ali Altaf [ HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, SELALU TINGGALKAN JEJAK KOMEN ATAU LIKE ] •Cover mentahan by Pinterest• ©copyrigh...