part(6)

444 38 0
                                    

"Tapi diatas langit masing ada langit.." naruto memeluk erat hinata dari belangkang.
"..persik yang paling enak adalah kau... Hinata"

"Aku menyayangimu"
"Aku tak ingin melepaskanmu"

Sakit, hatiku sakit. Aku ingin pulang tapi tak bisa mengatakannya. Aku tak ingin berpisah dengan naruto. Aku sungguh rendah, padahal sesosok ibu yang sedang menderita tak bisa lepas dari fikiranku.

"...hinata?" hinata yang merasa terpanggil hanya mendongkak pada naruto sedikit.

"Duuh... Ini tidak seperti kau yang biasanya. Masa bilang 'tak ingin melepaskan' seharusnya 'tak akan melepaskan', ya!" gerutu naruto menanggapi sang istri tercinta, sedangkan hinata tersenyum walau bisa dibilang senyum palsu.

Tiba tiba naruto menggedong hinata dalam pelukannya.
"Kyaaa..."
Naruto berniat membawa hinata naik kuda kayangan dan menggelilingi langit.

"Uwaaa... Seperti sungai" kagumnya meliat banyak bintang disekitanya, begitu bersinar dan juga ada banyak kelopak bunga bertebangan.
"Ini bimasakti" ucap naruto membenarkan.
"Cantik..." gumam hinata.

Kemudian dari tangan naruto muncul bunga berwarna putih mengkilap yang begitu indah.
"Hinata, ini... Bunga meiren" sambil menyodorkan bunga meiren di tangannya.
"Tadi kuambil dimata air" lanjutnya.

"Pulanglah hinata. Gunakan itu untuk menyembuhkan ibumu... aku ingin terus bersamamu, yang tertawa seperti sekarang, aku tak ingin membuatmu menangis" dari raut wajahnya tergambar jelas kedihan yang mendalam. Lalu naruto ingat hinata tersenyum saat ia mencoba mengodanya.

"Jangan pikir kau bisa mengecohku dengan senyuman payahmu itu. Oi, apa kau mendengarkanku" mendengar itu hinata teringat pertama kali ia bertemu dengan naruto hingga sekarang, semua memorinya terulang kembali. Tak disari cairan bening mulai menuruni pipi manis hinata.

Sejak awal kau selalu baik. Kau selalu menolongku.

"Naruto, aku menyayangimu... Terima kasih" sambil jatuh dalam pelukan sang suami.

"...satu bulan, waktu maksimal aku bisa mengelabui ayahku. Kalau kau tak ada disini selama satu bulan, sebulan kemudian aku akan menjeputmu" naruto mencium hinata seketika.

"Dan aku tak akan melepaskanmu lagi, paham?"
Hinata hanya mengangguk dan tersenyum bahagia walau juga sedih karna akan berpisah dengan naruto, suaminya.

Tak ada lagi orang yang akan mencintaiku dan bisa kucintai seperti ini. Aku ingin hidup bersamanya, selamanya.

Hinata pun bergegas pulang, kembali ke dunia manusia untuk pergi ke rumahnya.

Sesampainya dikediaman keluarga sou.
"Hinata? Kau selamat. Kenapa bajumu seperti itu?" ayahnya merasa bingung dengan pakaian sang anak yang mirip dengan seorang tuan putri.

"Ayah ceritanya nanti saja!!" pandangan yang tadinya tertuju pada sang ayah sekarang teralihkan pada...

"Ibu" panggil hinata menatap ibunya gembira.

"Hi-hinata?"
"Ibu, aku berhasil mendapatkan bunga meiren, ini!" hinata menberikan kelopak bunga meiren pada sang ibu, lalu ibunya memakan kelopak itu.

"Makanlah, pasti ibu akan lebih enakan" ditelannya semua kelopak bunga itu.

"Hinata, apa yang kau berikan pada ibumu barusan?"

"Apa? Bunga meiren, lihat ibu jadi sehat"
Tapi aneh ibunya yang barusan kelihatan sehat jadi lemah tak berdaya seperti tak bernyawa, yang ternyata...

"...ibu?" panggil ayahnya pada ibunya.

"Di-dia tak bernafas. Apa artinya semua ini hinata?" bentak ayahnya pada hinata.

"Apa benar itu bunga meiren bukan bunga beracunkan"
"Hinata??"
Hinata menatap kosong ibunya yang tak bernyawa, lalu ia mencatuhkan bunga meiren dari gengamannya.

Ibu meninggal, aku ditipu naruto.

Sedangkan di kayangan, terlihat naruto tengah memberikan sebuah cincin pada kurama.

Hinata hanya bisa menatap sendu sambil menangis disamping mayat ibunya. Lalu semua kenangan kenangan dia dengan naruto mulai bermunculan di fikirannya lagi.

Aku menyayangimu.

Sembuhkan ibumu dengan ini.

Sebulan lagi aku akan menjemputmu.

Heaven's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang