part(3)

607 46 0
                                    

"HINATA"
ternyata yg memanggilnya adalah pria yg berparas tampan dan ia kenal sebagai suaminya, naruto. hinata sangat terkejut mengetahui bahwa itu suaminya.

Dgn cepat naruto menacapkan pisaunya pada ular ganas itu.
"Dasar bodoh!! Sudah kubilang jangan berkeliaran jika kau tak ingin mati!!" naruto marah karena istrinya tak mematuhinya, tetapi naruto malah langsung memeluk hinata karena terlalu mencemaskannya.

Seketika jantung hinata berdetak dgn cepat. Perasaanya tak menentu, hinata begitu merasakan kedamaian saat berpelukan dgn naruto. Hinata begitu merasa nyaman saat bersamanya.

"Yang mulia naruto" teriak kurama asisten pribadi naruto, itu membuat mereka berdua begitu terkejut.
"AWAS, DI BELAKANG!!" lanjut kurama. Ternyata terdapat ular ganas dibelakang mereka.

Naruto yg mengetahui itu, kemudian menghadang ular yg  akan mengigit hinata menggunakan tangannya, hal itu membuat tangan naruto yg digigit. Kurama melempar pedangnya mengenai ular itu, ia terlambat melakukan itu dan membuat naruto harus berkorban demi istrinya.

Hinata hanya diam mematung ketakutan melihat suaminya kesakitan, tetapi karena naruto sering menolongnya hinata merasakan perasaan yg aneh seperti tak ingin membuat naruto terluka.

"Maafkan aku"
"Nyawa istriku tak tergantikan" ucap naruto pelan. Hinata begitu terkejut mendengar kata kata itu dari naruto, hinata tak percaya bahwa naruto akan melakukan itu hanya untuk melindunginya, perasaanya begitu tak menentu.

*di kamar naruto
"Syukurlah sepertinya racunnya cuma sedikit" ucap kurama.
"Racun tidak mempan pada makhluk kayangan tapi, yg mulia hinata adalah manusia. Jadi sebaiknya yg mulia beristirahat saja" kurama yg memberi pengertian pada hinata.

"Terima kasih"
"Eh, naruto mana? Aku ingin bicara..." mulai kebingungan mencari sang suami.

"Hari ini beliau istirahat di ruang yg terpisah"
"Apa maksudmu? Di mana?" kurama pun menunjukkan kamar sang pangeran kayangan.

Saat melihat, sang suami yang tak berdaya di atas kasur, hatinya begitu miris tak percaya.
"Kenapa..." guman hinata.

"Tadi kau bilang racun tak mempan pada warga kayangan"
"Yang mulia hinata, mohan keluar. Tidak ada yang bisa yang mulia lakukan disini!" suruh salah satu dayang yang mengobati naruto.

Mendengar itu hinata tetap tak menyerah, bahkan ia mengambil air kompres untuk naruto.
"Aku istrinya, aku yang akan merawatnya" ucapnya setengah teriak.

Sebenarnya itu cuma fakta, kalau pun aku bertindak sebagai istri, itu bukan hal aneh.

"Keringatnya banyak..." gumam hinata. Lalu mengusap keringat suaminya.

Maafkan aku, ini gara gara aku. Naruto, jangan mati. JANGAN MATI.

Kesokan harinya. Naruto sudah siuman. Ia melihat istrinya sedang tertidur pulas disampingnya. Membuat hatinya begitu tentram.

"Naruto..." panggil hinata setengah tidur.

Ukh ukh...
Mendengar naruto batuk, hinata langsung bangun mendengarnya.

"Naruto? Sesak ya? Kau ba--" belum selesai hinata berbicara naruto sudah menciumnya lembut.
Kemudian naruto menghempaskan tubunya pada kasur, alhasil hinata berada diatasnya.
"Hinata..." guman naruto.
"...Terima kasih" lanjutnya.

Kenapa naruto bilang begitu? Seharusnya aku yang minta maaf!

Sedangkan sang suami terus mencium dirinya, tak menghiraukan hinata yg tampak bersedih.
"Bagaimana keadaanmu"
"Sudah lebih baik"
Awal pagi yang baik.

Siangnya naruto mengajak hinata keluar menaiki kuda kayangan milik naruto.
"Hinata, kau masih belum terbiasa dengan kuda kayangan ya? Manusia memang payah" ejek naruto pada sang istri.

"Cerewet kau. Naruto, sebenarnya kita mau kemana sih" ucapnya penasaran setengah jengkel pada laki laki itu.

"Gunung kei"
"Gunung kei?"
"Kuil utama di alam baka tempat berkumpulnya orang orang mati. Aku di panggil oleh dewi bernama kenzanfukun yang memerintah di sana" ucap naruto panjang lebar.

"Alam baka?"

Kenapa ketempat seperti itu?

"Apa tak bisa nati saja? Padahal kondisimu belum pulih benar" lanjutnya perhatian.

"Tak apa asal bersamamu, aku merasa tak ada beban" sambil tersenyum lembut pada istrinya.

Lagi pula sepertinya racun itu bukan masalah besar, kalau mengikutinya mungkin aku akan menemukan jalan untuk kabur. Toh, aku sudah mendapatkan bunga meiren.

Lalu ia mengeluarkan bunga meiren dari saku bajunya.

Heaven's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang