part(8)

788 52 3
                                    

Mendengar seluruh hinata merasa tak berdaya, ia pun jatuh berlutut, begitu menderita.

Tak mungin. Naruto, tak mungkin mati menggantikan ibuku.

Lalu teringat kata kata terakhir naruto.

Hinata, sebulan lagi aku akan menjemputmu dan aku tak akan melepaskanmu lagi

Hinata pun mencoba cincin pemberian suaminya.
".... Ini sih longgar, dasar..." hinata berusaha mengejek naruto agar bisa tersenyum walau itu semua hanya senyum palsu.

*1 bulan kemudian
"Hinata, lihat lihat!!" ibu hinata tampak menunjukkan sesuatu di depan rumah mereka.
"Pohon persik di halaman indah, lho" lanjutnya. Mereka berdua pun keluar rumah dan mendapati ada pohon persih yang sangat indah di depan rumah mereka. Karna melihat pohon persik itu hinata jadi teringat pada kenanganya bersama naruto, saat naruto memberikan buah persik padanya saat itu.

"....Hinata" ibunya mengambil bunga yang terjatuh ditanah.

"Kamu masih belum mau cerita... Soal laki laki yang memberikan cincin itu?" hinata mengalihkan padangannya pada cincin di jari manisnya.

"Selagi ibu terbaring di tempat tidur, rupanya kamu menjalani percintaan yang indah, ya. Kamu sudah bertambah cantik ya" ibunya menaruh bunga yang diambilnya tadi di atas kuping hinata dan hasilnya hinata menjadi terlihat cantik.
"...ibu.."

Namun saat hinata menurunkan tangannya menjadi sejajar dengan paha, cincinnya terjatuh. Ya, karna cincinnya longgar.

Naruto, naruto aku kesepian. Aku ingin bertemu denganmu.aku ingin bertemu denganmu.

Tapi, saat cincin itu berhenti menggelinding ada sesosok yang memungut cincin itu. Sontak hinata berhenti.
"Bodoh, jangan dijatuhkan. Ini bukti cintaku, lho" dan ternyata itu adalah...
Hinata pun langsung memeluknya dan menangis histeris dalam pelukannya.

"Naruto, naruto. Narutoo..." ucap hinata histeris dan juga terisak.
Sedangkan sang ibu merasa terkejut melihat mereka berdua.

"Kenapa tangismu sampai seperti itu? Aku sudah janji menjemputmu setelah sebulankan?" naruto pun melepaskan pelukannya dan menatap hinata penuh bahagia.

"...memang aku sudah mati sebagai dewa. Ini kebaikan keizanfukun. Katanya aku yang separuh dewa memiliki nyawa sebagai manusia dan dia melakukan prosedur agar aku bisa hidup sebagai manusia"

Naruto pun berlutut dihadapan hinata, memegang tangannya.
"Aku datang menjemputmu sebagai manusia, hinata. Aku mencintaimu" naruto mencium hinata sebagai tanda cintanya.

Pernikahan antara naruto dan hinata pun dimulai.

Aku merasakan keajaiban

Di mana aku bisa menjalani waktu yang sama dengan orang yang kucintai

Aku akan terus hidup berasamamu

Malam hari di kamar
"Naruto. Naruto tunggu" hinata mencoba menghentikan aktivitas intimnya.
"Ada apa hinata?"
".... Maaf hari ini juga jangan dulu.. Badanku sedang tidak enak.."

Kesokannya harinya, naruto sedang memakan sarapannya.
"Kau sudah selesai makan?" tanya hinata pada sang suami.

"...iya sudah kenyang" naruto melihat wajah hinata yang memucat dan hinata terlihat begitu lemas, mungin sakit.
Naruto pun memegangi dahi hinata dari belakang mengecek apa hinata sakit.

"Agak demam, tidurlah" suruh naruto pada hinata.
"Tapi pekerjaan di ladang.."
"Bodoh, soal itu serahkan padaku" naruto mengecup kening hinata lembut.

Di ladang
Terlihat naruto yang tengah kelelahan karna berladang.
"Naruto" panggil seseorang.
"Ayah"

"Wah, masih saja... Lucu rasanya melihat mantan dewa bekerja di ladang!?" ejek ayah mertuannya.

"Sekarang aku manusia, beda dengan saat aku masih di kayangan yang hanya menghabiskan waktu saja. Sekarang aku merasakan hidup" ucap semangat dari naruto.

"Berikan ini pada hinata" sambil menyodorkan bungkusan.

"Aku dapat daging kualitas bagus. Jadi paksalah dia untuk makan"

"Terima kasih. Belakangan ini sepertinya hinata tidak nafsu makan" jawabnya sedikit sedih.
"Oh, kamu belum dengar ya?"
"Dengar apa?" tambah curiga.
"Naruto belakangan ini aktivitas malammu selalu ditolakkan" naruto langsung shcok berat.
"....."
"Ternyata anakku iseng juga, ya" sedangkan sang ayah benar benar tetawa abis, dah.
"Mungkin dia kehilangan selera makan karena jatuh cinta pada orang lain"

TAK MUNGKIN

Naruto pun langsung pergi menuju rumahnya dan mencari hinata.
"Hinata.." panggilnya begitu melihat hinata dikamar.

Dan dikamar terlihat hinata sedang muntah muntah.

Rumah sakit
"Naruto mungkin sekarang ada orang lain yang kusayangi melebihi rasa sayangku padamu" ucap hinata sambil tersenyum senang.

Mungkin dia jatuh cinta pada orang lain...

"Jadi.." ucapnya di atas ranjang tapi dipotong naruto.
"...aku tidak rela. Akulah yang paling kau sayangi. Aku tak akan menyerahkanmu pada siapapun. Lalu si-si-siapa orang itu" naruto mulai geram. Tiba tiba...

"Ada suaminya, ya.." ucap suster dibelakang naruto. Mereka berdua pun menengok pada suster tersebut.

"Selamat! istri anda hamil" mendengar itu mata naruto membulat.

"...aku sudah menduganya. Tapi, aku tak bisa bilang. Maafkan aku" hinata jadi malu, karna itu menutupinya dengan selimut.

Naruto pun mendekap istrinya dan menciumnya lembut.

Kekhawatiran dan rasa cintaku pun bertambah

Sesuatu yang tak akan kuketahui jika aku berada di kahayangan

*bertahun tahun kemudian
"Duh.. Ada apa boruto?" sambil menggendong anaknya, boruto.

"Aku dimarahi ayah waktu bilang aku lebih sayang sama ibu" masih dalam mode menangis boruto mengejek ayahnya.

"Huh.. Tentu saja karena akulah yang paling mencintai hinata. Aku tak mau mengalah meski pada putraku" naruto ikut ikut mengejek pula.

Bahwa inilah yang namanya hidup, kesenangan dan kebahagiaan bersama keluarga.

"Huwaa, aku yang lebih sayang sama ibu. Dasar.." keduanya saling menatap tajam.
"Sudahlah, aku menyayangi kalian berdua" ucap hinata mencoba melerai.

*TAMAT*

Heaven's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang