IV

57 3 0
                                    

"Aaaa, aaaah kau memang hebat jammie! Lan...jutkaaaaan"
Aku mati kutu saat aku mendengar namanya, jammie. Aku mencari darimanakah suara laknat itu.
Tersenyum, aku hanya ingin tersenyum. Aku tak pantas menangisinya.
"Ah sungguhnya hari ini"
"Danesh?" benar, dia terkejut dengan sangatnya. Aku melihat tubuhnya menekan perempuan lajang itu, sungguh gila mereka sudah tak memakai apapun.
"Nice boobs, lady"
"Jammie, pakai pakaianmu! Aku ingin bicara" entah kenapa, aku masih bisa setenang itu. Tidak, aku hanya berbohong.
"Danesha aku bisa jelaskan semuanya padamu, ini tak seperti yang kau pikirkan"
"Dengarkan aku! Jadi selama ini, itulah yang kau lakukan dibelakangku? Aku tak butuh penjelasanmu, hidung belang. Untuk apa 4 tahun yang telah kita lalui?" kini, aku sudah tak bisa menahan diri. Aku muak akan apa yang mereka lalukan. Aku muak dengan lelaki yang selingkuh.
"Sungguh aku mencintaimu" "mengapa aku tak melihat semuanya dari dulu? Semuanya takkan sesakit ini!" "kau harus tau, dia hanya pelacur. Kami tak memiliki hubungan apapun, danesh" "jangan hubungi aku lagi"
Aku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Aku sudah tak terkendali, bagaimana bisa lelaki itu mengkhianatiku. Selama 4 tahun, kami selalu bersama. Aku selalu mendukungnya saat dia terjatuh, bahkan kini dia telah menjadi arsitek terkenal aku rasa itu ada campur tangan diriku. Banyak hal-hal yang kami lakukan bersama, sungguh hal-hal yang manis. Tapi yang pasti, waktu yang telah membuatku teramat jatuh cinta padanya. Jika baru sebulan yang saja aku mengenalnya, ini takkan sesakit ini.

*******
"Bagiku, itu biasa saja danesha"
"Kau gila? Aku tidak suka lelaki yang selingkuh" "Dia tidak selingkuh, menurutku. Apa dia pernah menyentuhmu?" "tidak, tidak pernah" "Dia menghormatimu, dia tidak mau menyentuhmu. Dia lelaki yang baik" "aku bersedia jika dia mau tubuhku. Aku hanya tidak suka dia berselingkuh"
Danesha, bagaimana bisa gadis ini begitu polos, bagaimana bisa gadis ini anak dari seorang koruptor. Aku tak yakin bila harus mendekatinya hanya untuk mencari tahu tentang ayahnya. Aku ingin selalu dekat dengannya, karena aku nyaman dengannya, bukan karena tugasku.

"Li, kau tak pergi?"
"Pergi kemana? Kau disini. Kenapa aku harus pergi?" "ah yaaa, aku aku pergi kuliah sebentar lagi" "baiklah akan ku antar"

Lihatlah, dia begitu tulus. Di matanya tak tersimpan kejahatan jenis apapun. Aku sudah sering bertemu dengan banyak perempuan, namun dia yang paling beda.
"Li, bisakan lebih cepat?" "aku ingin terus bersamamu" "ayolah, aku bisa terlambat. Kau tau?" "aku tau kau cantik" "bukan, aku harus lulus tahun ini. Aku akan segera bekerja"
"Bekerja?"
"Ya, aku sudah melamar dibeberapa badan negara"
"Sungguh?"
"Aku akan masuk ke badan anti korupsi"
Jika ia bekerja dibadan anti korupsi itu artinya ia akan segera mengetahui tentang diriku dan tentang ayahnya.
"Bagaimana dengan ayahmu?"
"Ayah melarangku, tapi aku tetap ingin bekerja disana"
"Mengapa ayah melarangmu?"
"Entahlah, mungkin disana arusnya cukup keras"

Bukan itu danesha.
Ayahmu pasti takkan mau anaknya mengetahui bahwa ayah yang selalu putrinya ada seorang korupsi.

"Apa ayahku begitu menarik untukmu?"
"Ah sudah sampai, mau aku jemput nanti?"
"Hey aku bertanya padamu!"
"Tadi kau bilang kau akan terlambat? Nanti aku ku jawab semua pertanyaanmu, cepat pergilah! Sampai nanti, cantik"
"Baiklah, aku ingin ice cream. Kita harus pergi ke ice cream shop di sebrang sana"
"Baiklah, good bye"

Rasanya ingin melindungi dirinya hingga aku tak mampu lagi. Aku tak tahu betapa hancurnya dirinya suatu saat nanti mengetahui siapa ayahnya.

(MR.F)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang