V

60 2 0
                                    


Mengapa dia begitu penasaran dengan kehidupanku, juga begitu besar rasa penasarannya terhadap ayahku. Ada apa dengan ayah. Yang ku tau, ayah pemimpin yang baik. Kota antah berantah ini hidup makmur dan seimbang.
"Bagaimana, enak?"
"Ya, enak sekali. Lain kali kita harus mampir lagi kesini"
"Kita bisa setiap hari mampir kesini"
"Setiap hari?"
Ada apa dengan aku ini, dengan mengucapkan itu seakan aku senang bila bersamanya, seakan aku ingin terus ada disisinya.
"Hmm, ya. Setiap kali kau ingin maksudku"
"Setiap haripun tak apa. Aku senang dengan ice cream ini"
"Ice cream?"
"Yah dan juga kamu"
"Kau kemana selalu menggodaku! Tunggu, kau bilang akan menjawab pertanyaanku?"
"Ohya begini, akukan lelaki?"
"Lalu?" "masa kau tak ingin mengenalkan aku pada ayahmu? Aku harus mengetahui banyak tentang ayahmu"
"Oh seperti ini, ku kira kau ini spy"
Aku melihat matanya, ada yang tersirat dari pancaran matanya. Entahlah, mungkin aku telah jatuh cinta pada dirinya. semudah itu?
"Danesha, kau makan seperti anak bayi"
"Ohya? Oh tidak. Bajuku, aku benci kotor. Bagaimana ituu??"
"Biarlah, kau terlihat lucu. Lihat pipimu? Biarku bersihkan"
"Hey lihat, pipimu memerah. Sudah matang"
"Kau selalu menggodaku. Perempuan mana yang tak tahan! Huh, aku benci"
"Tunggu, ayahmu menelpon"
"Hallo ayah"
"Mengapa?"
"Bagaimana dengan kota?"
"Ah, tidak. Sudah ayah, aku sedang tidak dirumah. Aku akan ke kantor ayah nanti"
"Ya sampai jumpa"

"Li, boleh antarkan aku ke kantor ayahku?"
"Mengapa? Ada apa dengan ayahmu?"
"Ayahku bilang dia akan pergi ke luar negeri, dia memintaku mengurus kota saat dia pergi"
"Baiklah"

"Terimakasih tuan Li, aku masuk dulu. Kau boleh menunggu dimana saja"
"Aku menunggu didalam mobil saja, masuklah"

.
.
.

"Ayah"
"Oh sayang, anakku"
"Ada apa? Mengapa tiba-tiba?"
"Tidak, ini sudah ada di agenda"
Tidak, ayah berbohong padaku
"Oh, berapa lama? Dan kemana?"
"Ayah pergi ke Indonesia, entahlah berapa lama ayah tidak tahu"
"Tidak tahu? Bagaimana dengan kota?"
"Ayah percaya padamu. Selama ayah pergi, semuanya ada ditanganmu"
"Tidak bisa begitu ayah, aku tidak mau!"
"Putri ayah telah besar ternyata, tapi kau harus mau. Atau semua badan negara akan ayah hubungi agar tak mengizinkanmu bekerja disana"
"Kau licik, baiklah. Jika hanya beberapa minggu"
"Kau memang gadis kecil ayah yang paling bisa ayah pecayai"

Ayah, bahkan ayah tak dapat aku percayai. Ayah berbohong padaku. Apa ini cara agar menjatuhkanku? Atau ada masalah-masalah kota yang ayah hindari? Namun mengapa harus melibatkan aku.
.
.
.

"Sudah bertemu dengan ayahmu?"
"Ya, aku merasa ada yang janggal dengan ayah"
"Kenapa? Kau boleh menceritakannya padaku"
"Ya, dia memintaku mengurus kota untuk beberapa waktu. Dia pergi ke Indonesia"
"Mungkin ayahmu ingin liburan"
"Bisa jadi, tapi tak biasanya dia meminta aku untuk mengurus kota"
"Itu karena kamu sudah punya ilmu tentang pemerintahan"
"Ah, tuan Li. Kau memang hebat! Saranghaeyo"
"Nado, saranghaeyo, danesha"
.
.
.
.

"Ayah, aku sudah tau kemana dia pergi melarikan diri"
"Nak, aku sudah tau kau memang ahli dibilang ini"
"Tentu ayah. Tapi aku memilik permintaan"

(MR.F)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang