Six

195 30 3
                                    

Baca dari part 1 ya. Muah

Hai aku balik nih. Been so long YA! Part ini panjang karena udah mau muncul konflik nih. Semoga suka MUAH

Aku dan Harry melaju kencang di gang. Kami tertawa asik dengan suara kencang. Menertawakan hal-hal konyol yang ia lontarkan.

"Berhenti. Berhenti!" teriakku yang berdiri membonceng dibelakangnya.

Harry terkejut, jadi dia malah mengerem sepeda dengan kakinya bukan dengan rem.

Aku turun dari sepeda dan menarik tangannya ke dalam tempat kami berhenti setelah dia memarkirkan sepedanya.

Suara bel pintu berbunyi seiring kami masuk ke dalam.

"Kau suka steak?" tanyaku kearahnya

"Ah ya?" jawabnya kikuk ditengah matanya yang menelusuri tiap detail tempat makan itu.

"Kau mau makan steak? Steak disini sangat enak! Kau harus coba." Tawarku padanya

"Boleh kita duduk dulu? Aku lelah Mary."

Aku mengikutinya ke tempat duduk yang ia pilih.

"Kau tidak suka tempat ini?" tanyaku pelan

"Tidak aku suka. Hanya saja-"

"Mau makan salad?"

"Ya!" serunya senang

HARRY POV

Aku tersenyum kearah Mary yang paham apa yang kuinginkan.

Perhatian sekali. Dia tak berubah.

Mary kembali setelah memesankan makanan kami.

"Kau memilih memakan salad daripada steak? Konyol." ucapnya sambil bermuka masam dan keheranan.

Aku menahan tawa mendengar alasan dia bermuka masam. Siapa sebenarnya yang terdengar konyol?

Pesanan kami datang dan memecah keheningan kami.

Mary bangkit dari kursi dan membantu seseorang yang mengantarkan makanan kami. Seorang wanita paruh baya (kurasa-dia-pemilik-tempat-makan- ini) itu tersenyum ke arahnya dan ke arahku.

"Selamat menikmatinya. Semoga hari kalian menyenangkan. " ujar wanita itu.

"Terima kasih, Nan." Jawab Mary dengan senyum lebar.

"Jadi, kau sering kesini?"

"Ya. Aku sering kesini. Aku lapar jadi kesini. Steak disini paling enak. Kau harus mencobanya. Jangan hanya makan sayur." Sindirnya

Ia mengiris sepotong besar steak dan mengarahkannya kearahku.

"Ayo buka mulutmu. Kau juga harus makan daging. Jangan mau jadi kambing yang hanya bisa makan sayur."

Aku ragu sejenak tapi dia memajukan badan sehingga garpu berisi daging itu mulai menyentuh bibirku. Mau tak mau aku membuka mulut dan menelannya.

Enak. Baunya juga sedap. Aku menelannya habis dengan kilat.

"Bagaimana? Tak kalah dengan tempat makan mahal yang kau sering datangi kan?" tanyanya sambil mengangkat alis sebelah

"Not bad. Nilai 8 untuk steak tadi."

"Dasar Tuan Pelit. Nilai 11 dari 10 untuk steak ini. Lebih dari enak, kau tahu."

"Baiklah, Nona Daging."

Dia mengerutkan kening dan menendang kakiku dengan kakinya di bawah meja.

MARY POV

Aku sedikit tak percaya dengan semua ini. Lucu sekali. Sudah lama sekali sejak pertemuan terakhir kami.

still the one : harry ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang