3#

7.8K 530 3
                                    

Sudah dua hari Boruto terperangkap di dunia yang berbeda dengannya. Dunia kuno, sangat berbeda dengan masa Dunia Boruto. Dia juga mulai merindukan keluarganya. Pertengkaran kecilnya dengan sang ayah hal yang paling dia rindukan. Ah tidak, masakan ibunyalah yang paling dia rindu. Astaga dia juga merindukan adik kecilnya Himawari. Dia tidak boleh lengah mengawasi adiknya jika tidak ingin Inojin beralih mengambil posisinya sebagai kakak. Karena Boruto sangat faham temannya yang satu itu sangat-sangat menginginkan seorang adik. Astaga dia lupa paman Gaara akan main ke Konoha lusa. Dan itu adalah kabar berbahaya sebab Himawari sangat menyayangi paman berambut merah itu.

"Hah" helaan nafas yang entah keberapa sebab Boruto sudah pasrah akan hidupnya. Dia hanya bocah kecil yang ketika bangun tidur mendapati dirinya berada di dunia lain. Dunia dimana kakek dan neneknya masih hidup. Dunia dimana sang ayah masih dalam kandungan.

"Boruto, kau baik-baik saja?" Tangan lembut Kushina mengusap kepala Boruto. Mengetahui bahwa dia adalah anak dari Naruto Uzumaki membuatnya begitu bahagia. Bahagia karena Kushina tau kelak anaknya akan hidup bahagia dengan seorang gadis keturunan Hyuga.

Ah bagaimana kalau dia mengajak Boruto ke komplek Hyuga, dia ingin melihat tanggapan Hyuga Hiashi terhadap keberadaan Boruto. Kushina penasaran bahwa anak yang sedang di kandung istri kepala Klan Hyuga itu kelak akan menjadi menantunya.

Tapi sayang, Namikaze Minato tidak mengijinkan Boruto untuk berjalan-jalan keluar sebelum Minato menemukan cara untuk membawa Boruto kembali keasalnya.

Kalau sudah seperti itu, waktu untuk bersama dengan cucunya akan semakin tersita.

Kushina melihat raut wajah cuvunya yang tampan. Dia tampak lesu dan tak bersemangat. Padahal di awal-awal bocah ini sangat hiperaktif seperti dirinya. Pasti karena merindukan kampung halamannya. Boruto masih kecil dan wajar baginya untuk merindukan keluarga serta teman-temannya.

"Boruto, bagaimana jika kita pergi keluar?"

"Kata kakek kita tidak boleh pergi nek" entah kenapa Kushina geli mendengar dia di panggil nenek.

"Tenang saja, asal kau tidak mengatakan bahwa kau adalah cucu kami berdua"

"Kenapa bisa seperti itu?" tanya Boruto sengit. Kushina menjawil hidungnya gemas.

"Karena identitasmu sangat di rahasiakan. Bahaya jika orang-orang mengetahui keberadaanmu dan kau bosa saja di tawan. Lagipula, masa depan tetaplah masa depan. Kami yang berada dimasa sekarang tidak boleh mengetahui kejadian masa depan. Berbahaya"

Boruto mengangguk. Dia sudah di jelaskan oleh sang kakek akan masalah ini. Untuk menjaga ke stabilan masa.

"Inget yah, jangan ungkapkan identitasmu"

Boruto tersenyum lebar. Tangannya di gandeng sang Nenek. Ugh dia jadi merasa sangat bersedih karena sang ayah belum pernah merasakan pelukan sang ibu, masakannya dan bahkan jitakaannya seperti yang 2 hari ini Boruto rasakan saat bersama Kushina. Kehangatan yang tidak bisa secara langsung dirasakan oleh sang ayah membuatnya merasa sedih.

"Ada apa?"

Kushina berjongkok saat mendapati Boruto menangis.

"Ayah~"

"Ada apa dengan ayah?"

"Aku ingin memeluknya" Boruto memeluk Kushina menempelkan pipi gembilnya ke permukaan perut besar Kushina. Ayahnya memang pernah merasakan penderitaan, tapi Boruto yakin bahwa sekarang ayahnya sudah tidak memiliki alasan untuk bersedih lagi. Ayahnya memiliki sang ibu, dirinya dan juga Himawari.

ah ayah~ setelah ini dia akan menjadi bocah yang baik.

-

To Be Continue

Sankyu~ maaf typo. Dan sebenernya cerita ini sudah ada di draft tinggal upload :) *tillEND

TimerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang