Boruto terisak begitupun dua wanita yang kini sedang mengandung kedua orang tuanya. Mereka kini berada di kamar Boruto, yang sebenarnya ini adalah kamar masa depan sang ayah. Kedua neneknya ikut terisak. Kushina maju memeluk sang cucu.
"Aku pasti akan sangat merindukanmu."
Boruto semakin tersedu-sedu. Belum lagi saat dia mengingat usia Kushina dan Minato tidaklah lama. Ah apa yang harus dia katakan.
"Boruto... tenanglah." Kini nenek dari pihak sang ibu mulai memeluknya dan menenangkannya. Ah ya, wanita ini pun hidupnya tidak terlalu lama. Setelah melahirkan sang bibi, wanita ini pun pergi meninggalkan dunia.
"A-aku. Aku sangat berterimakasih atas waktu yang sudah kalian berikan kepadaku."
Empat orang dewasa itu kini menatap lekat sang cucu.
"Ayah dan ibuku adalah orang-orang yang beruntung karena memiliki kalian, karena cinta yang sudah kalian berikan. Terimakasih..." Kushina menghapus jejak air mata cucunya. Dia tersenyum sembari mengangguk.
"Kami juga sangat beruntung karena sudah menjadi ibu dari mereka."
"Nenek... percayalah. Apapun yang terjadi dimasa depan mereka adalah orang yang luar biasa. Mereka akan bahagia pada waktunya. Percayalah Ayah kelak akan menjadi seorang yang paling di cintai oleh seluruh desa. Dan ibu adalah orang yang penuh kelembutan, tangguh. Dia adalah wanita yang paling ayah cintai."
"Boruto, kami percaya. Ini sudah waktunya" Minato sejak tadi memang diam namun hatinya ikut bersedih melihat semua perkataan sang cucu. Seolah di masa depan anak mereka akan mengalami hal sulit. Ah seperti kata Boruto, anak mereka punya cara sendiri untuk mencapai kebahagiaan.
"Kau sudah siap?" tanya Minato memastikan.
"Tunggu!" Hiashi melangkah maju. Memeluk sang cucu kemudian mencium keningnya membuat Boruto terharu karena sejak tadi yang dilakukan sang kakek hanyalah diam mengalisa situasi.
"Kita akan bertemu lagi kan?" Boruto tersenyum memandang wajah sang kakej seraya menjawab, "Tentu!"
"Baiklah, ini saatnya"
Minato mulai memasang segel yang entahlah segel itu belum dipelajari Boruto. Alih-alih memperhatikan segel, dia memandang satu persatu wajah dewasa didepannya. Ah dia beruntung, orang tuanya beruntung memiliki orang tua shinobi yang luar biasa hebat.
Perlahan segel itu mulai menelan dirinya, membuatnya mulai tampak transparan.
"Aku mencintai kalian" ucap Boruto meninggalkan 4 orang yang paling berpengaruh atas keberadaan orang tuanya.
-
"Boruto. Boruto. Boruto" suara lembut sang ibu mengusik pendengarannya.
"Ngghhh." Boruto bangun dari tidurnya, menurunkan kakinya agar menapak kelantai yang ugh, dingin.
"Ohayo bu" Dia menguap kemudian mulai melepas bajunya.
"Ya ampun sayang, sudah jam 10 dan kau baru bangun? Apa yang membuatmu bergadang sampai bangun sesiang ini." Tanya sang ibu yang mulai merapihkan kasur putranya.
Boruto melilitkan handuk kemudian melangkah kemar mandi. Sebelum masuk, dia berhenti diambang pintu dan melihat sang ibu yang memungut baju kotornya.
"Aku mimpi bertemu Kedua kakek dan nenek" Boruto tersenyum cerah.
"Ah tidak, itu seperti reuni yang nyata" lantas dengan senyumnya yang menawan ia menutup pintu meninggalkan sang ibu yang mendadak diam.
Pasalnya, dia juga mengalami mimpi bertemu dengan mertua serta ayah dan ibunya.
Hinata menggeleng, bisa jadi itu hanyalah bunga tidur. Ya itu pasti.
-
End
Sankyu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Timer
Fanfiction"Uzumaki Boruto" ".. tapi Uzumaki tidak ada yang berambut Kuning. Kau lebih cocok satu Klan dengannya" Kushina menunjuk sang suami. - #Canon #Boruto #Yondaime #NamikazeMinato