Benar saja saat ini di luar turun hujan sangat deras, dan sesekali terdengar suara petir yang menggelegar membuat Alvin--sang adik dari Alvan mendengus lelah.
Pasalnya, saat ini perut nya dililit Alvan yang terbaring di kasur miliknya.
Alvan takut petir juga hujan.
"Yan, lepasin gue elahhh... pengap!" ucap Alvin seraya menggoyang-goyangkan badan nya.
"Brisik lo! Diem!"
"Kalo diliat mama takut dikira homo," ucapnya kembali.
"Enggaklah... Yakali," sergah Alvan.
"Mama kan tau gue takut petir," lanjut nya.
"Takut sih takut tapi gak usah nyusahin gue juga kali," Alvin pun memutar kedua bola matanya kesal.
"Ntar deh gue beliin cd ps"
Mendengar imbalan dari Alvan, mata Alvin berbinar-binar. Kapan lagi coba dibeliin gratisan?
"Yaa deh.. besok tapi yaa,"
"Besok temen-temen gue mau kesini. Si Ray juga, katanya lo kangen sama dia," ucap Alvan masih dengan posisi tengkurep menyembunyikan wajah nya dan memeluk perut Alvin yang duduk di sebelahnya.
"Bilang nya kagak usah kangen juga bego! Kesan nya kaya gue homo!" Alvin pun memukul kepala Alvan gemas.
"Bodo"
Alvin menghembuskan nafas lelah. Alvan itu kakak nya, tapi sifat nya lebih ke kanak-kanakan daripada Alvin. Setiap mereka bertengkar pasti selalu Alvin yang duluan mengalah meminta maaf, pasalnya sang kakak terlalu tinggi gengsi.
Alvin Rasya Fariza, adik dari Alvan Rayzal Fabian ini hanya terpaut 2 tahun. Dia bersekolah di sekolah yang sama dengan Alvan bahkan adik kelas nya Alvan X-IPA 2.
"Yannn"
"Lo kapan sih panggil gue abang?" ketus Alvan
"Huh, iye dah bang lo lepasin kek ini pengap banget astagaaaa ujan udah berenti kali!"
Alvan pun buru-buru melepas pelukan nya.
Kemudian bangkit dan berjalan melangkah ke arah pintu kamar Alvin"Bang jangan lupa cd!"
"Celana dalem?"
"Bangsat lo!" ucap Alvin
"Bawel" balas nya.
Alvin pun mendengus menatap punggung Alvan yang kini sudah menghilang.
"Huh," Alvan menjatuhkan tubuh di atas kasur nya dengan posisi terlentang. Kini memori nya kembali teringat mimpi itu. mimpi yang setiap malam selalu menghampiri nya, mimpi yang berbeda-beda tetapi dengan suara yang sama, dan dia sangat familiar dengan suara laki-laki itu.
"Arghhhh!" teriak Alvan frustasi dan mengacak-ngacak rambut nya.
Flashback
"Aku sayang banget sama kamu," ucap sang laki-laki lalu menyelipkan helaian rambut yang jatuh ke belakang telinga perempuannya.
"Aku... aku familiar suara kamu,kamu--" belum sempat selesai berbicara, laki-laki itu lebih cepat menaruh telunjuk nya di depan bibir perempuan itu.
Ia pun tersenyum seraya menatap lekat-lekat perempuan yang di hadapannya itu.
"Kamu sayang sama aku?," perempuan itu pun lantas mengangguk.
"Aku rela memberikan apa pun untuk kamu, asalkan kamu bisa kembali," ucap sang laki-laki.
"Maksud kamu?," perempuan itupun lantas mengerenyit bingung.