empat

39 2 4
                                    

Waktu terus berjalan. Hari demi hari telah aku lewati, kini aku sudah mulai terbiasa dengan kehidupan asrama di SMA ini.

"Gak kerasa ya, udah hari senin aja." Dewi mulai membuka percakapan

Kini kami sedang berjalan menuju kelas.

"Bagus dong, justru biar cepet libur semester." Aurel berucap sambil sesekali tebar pesona dengan para siswa

"Eh dodol. Sebelum libur semester ada ulangan harian nya dulu, tugas-tugas, UTS, US, praktek-praktek. Uhhh... Bayangin nya aja udah bikin capek. Apalagi ngerjain nya coba?" Dewi mulai bergidik ngeri memikirkan semua itu.

"Ya udah lah, jalani aja dulu. Jangan di pikirin. Di kerjain. Sedikit-sedikit pasti kelar kok." Kini aku mulai memberikan suaraku.

"bener tuh kata Adel. Itu mah di pikir entar aja." Kini Merin yang sejak tadi sibuk mencari sesuatu di dalam tas nya mulai ikut menambahkan percakapan kami

"Kalian itu pikiran nya nyantai banget ya?" tanya Dewi

"Emang" Ucap kami bertiga

Setelah itu kami terus mengobrol hingga kami telah duduk di bangku favorit kami.

"Eh.. Liat tuh. Andra di kelingingin cewek-cewek lagi." Ucap Merin sambil menunjuk arah tempat Andra berkumpul menggunakan dagu.

"Iya tuh.. Perasaan tiap hari rame banget kayak arisan." Aurel kini mulai menggeleng-gelengkan kepala tak acuh

"Ya maklum lah. Sekumpulan orang ganteng." Kini giliran Dewi

Aku hanya menggelengkan kepala mengdengar apa yang Dewi katakan barusan

Seakan tau aku tak percaya Dewi menambahkan

"Liat aja tuh.
Rey, siapa yang gak suka sama cowok mudah akrab? Orang nya tajir, muka gak di bawah standar, malah lewat standar beberapa persen.
Aris, walaupun agak gila tapi enak di ajak ngobrol, muka sama tajir nya gak jauh beda kayak Rey.
Edo, pendiem, misterius, jago olahraga, gak bisa di tolak lagi.
yang terakhir Andra, dari temen-temen nya dia yang paling tampan, tajir, cool, pendiem, plus jomblo. Mereka itu udah kayak F4 nya BBF di drama korea. Jadi? Siapa yang gak tergoda sama mereka?" ucap Dewi sambil bertanya

Kami yang sedari tadi mendengarkan Dewi bicara terbengong-bengong mendengarkan nya dan hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala setelah ia menyelesaikan presentasinya.

"Wi, tau gak. Ini pertama kali nya lo ngomong lumayan banyak selain di depan kelas." Ucap Aurel yang kini tangan nya menopang dagu di atas meja.

Aku dan Merin mengangguk menyetujui nya.

Dewi yang menyadari bagaimana dirinya barusan cuma bisa cengar cengir gak jelas.

"Lo tertarik gak sama mereka?" tanyaku iseng

Dewi meletakkan kedua telapak tangan nya di dada dan berkata "Sorry ya, Cuma ada Gilang seorang di hati"

"Huekkk" ucap sepontan kami bertiga

"Eh. Ngomong-ngomong kata lo tadi Andra pendiem? Kok gue ngerasa dia gak pendiem sama Adel? Malah keliatan nya dia terang-terangan, cerewet gitu sama Adel." Tambah Merin

"Bukan hanya perasaan lo aja kok. Kita semua." Dewi kini menunjuk-nunjuk asal arah

"Meraka udah kayak gitu sejak SMP." Tambah Aurel

"Masak sih? Kalian pacaran ya?" tanya Merin

Aku hanya menggelengkan kepala. Tapi sepertinya Merin belum puas akan jawaban yang aku berikan, di lihat dari ekspresi wajahnya dan matanya yang menyipit menatapku curiga.

Temani AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang