sepuluh

13 1 16
                                    

Awas...

Banyak typo...

Happy reading....

°°°°°°°°°°•••••••••••°°°°°°°°°°•••••••••°°°°°°°°

Waktu terus berjalan sejak hari itu. Hari dimana aku yang selalu sial untuk setiap kejadian. Hari yang ingin aku lupakan. Tapi apa daya, kenangan itu selalu melekat dalam benakku.

Kini masa-masa ujian telah tiba. Dan esok adalah hari ke5 dari 7 hari ujian tengah semester kami. Kini kami-khusus anak kelas MIPA- tengah dilanda perang antara ujian Sejarah Indonesia dengan Matematika.

"Penjajahan diIndonesia ditandai dengan semakin mengurangnya bahan pangan karena diserahkan kepenjajah Belanda. Saat itu Rakyat Indonesia juga menderita karena kerja paksa yang dilakukan Belanda. Kerja paksa itu sering disebut kerja RODI." Cuap-cuap Dewi yang mencoba menghafal materi Sejarah Indonesia sejak sore tadi.

"Hah..." Dewi menghebuskan nafas panjang lelah "kenapa sih sejarah banyak yang harus dihafal" keluh Dewi putus asa

Aurel mendekati Dewi "Ngapain dihafal sih Wi?" tanya Aurel

"Pertanyaan Lo Rel, minta digigit. Ya, biar inget lah." Jawab Dewi greget sambil membuat gerakan meremas-remas

"Kalo gue ngehafal sih malah masuk kuping kanan keluar kuping kanan lagi Wi. Alias mental. Soalnya ada cermin tak kasat mata di dalem kepala gue ini." Ucap Merin yang sibuk bermain game

Tuh anak emang gak tau gemana. Ujian bukan nya belajar malah main game atau gak udah molor. Pas tengah malem dia baru begadang abis-abisan. Itulah alasan kenapa setiap pagi muanya lecek kayak ayam nyemplung got.

Dewi menghela nafas "Itulah Rin. Dari tadi gak ada satupun materi yang nyangkut kekepala gue. Pusing gue." Ucap Dewi putus asa.

"Liat tuh Adel. Lagi serius belajar. Contoh tuh. Dari tadi kalem, gak berisik kayak loe Wi, apalagi elo Rin." Ucap Aurel yang membuatku membalikan kursi belajar menghadap mereka

"Dari pada ngafal gue mending hitung-hitungan. Makanya dari tadi gue MENCOBA belajar Matematika aja." Balasku sambil menekankan kata mencoba sambil agak tertawa

"Iya juga sih" Dewi mengangguk "Tapi, ngomong-ngomong. Loe tumben belajar Del? Biasanya loe malah nonton Drama Korea" tanya nya

"Biar besok ada bahan buat ngarang Wi."ucapku sambil cengengesan

"Dasar." Ucap Mereka bertiga kompak

"Tapi nih ya. Mau gak gue kasih tips biar apa yang loe pelajari gampang diinget Wi?" sambungku

Dewi mengganggu, "Boleh." Ucapnya

"Ngerasain peristiwa itu sendiri." Kataku serius

Dewi mengambil bantal dan melemparkannya kearahku. Dan kutangkap dengan mudah.

Aku, Merin dan Aurel tertawa terbahak-bahak.

"Anjir dah emang punya sodara somplak kayak Loe Del." Dewi geleng-geleng "Dosa apa lah gue nih." Lanjutnya sambil mengelus dada

Aku, Aurel dan Merin pun tak henti-hentinya tertawa.

Dengan muka serius aku memulai "Lah, bener kan. Coba deh loe amatin. Sesuatu yang loe rasain sendiri mudah buat loe inget dan susah buat loe lupain." Ucapku sok bijak

"Omongan loe tuh gak ada salahnya Del. Cuma ya. Loe ngomong gak pakek disaring dulu, gemana mau ngerasaain sesuatu yang loe bilang itu. Lah wong kejadiaan nya aja tahun 1935-an (mungkin?) bahkan nih ya. Papa mama gue aja belum lahir. Bahkan yang pasti belum di rencanain. Bayangin aja tuh." Ucapnya dalam satu tarikan nafas

Temani AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang