lima

60 2 3
                                    

"Kenapa tuh muka dari tadi di tekuk mulu? Lagi ada masalah ya?" tanya Aurel begitu aku duduk di meja kantin

"Gak sih. Lagi bete aja. Hari ini jadwal lo ekskul kan ya?"

"Iya. Lo juga jadwal kelas fotografer kan abis ini?"

Inilah jadwal keseharian kami. Setelah jam istirahat sepulang sekolah ini kami akan langsung ke kelas ekskul.

"Hem.." aku mengangguk dan menyuapkan sesuap mie ayam ke dalam mulutku "males gue sebenernya hari ini ikut ekskul."

"Kenapa? Gue denger-denger anak fotografer kece-kece. Cowok nya ganteng-ganteng pula."ucap Aurel masih dengan mulut penuh nasi goreng nya

"Lo mah cogan muluk pikiran nya Rel. Inget tunangan dirumah." Cetus Chyntia yang baru datang

Di antara kami, Aurel lah yang telah memiliki ikatan di jarinya. Setelah lulus SMP Aurel dan Kak Ardian memutuskan untuk bertunangan. Memang kedengaran nya aneh, tapi tidak di kalangan orang kaya. Bertunangan adalah hal yang tidak asing lagi bagi mereka. Mau berapapun usia mereka. Selagi mereka mau, mereka akan melakukan nya.

"Ngobrolin apaan sih?" tanya Shinta membari menarik kursi yang akan diduduki nya

"Lama amat sih tuh es teh gue? Lumutan gue tegak di sono terus." dilanjutkan oleh Omel Maria

"Kita duduk aja dulu deh Mar."Sahut Dewi

Tak lama dari kejauhan aku melihan Merin yang berlari dengan tergesa-gesa.

"Sorry telat. Wah udah pada beli makan semua ya?" Ujar Merin. Kami mengangguk "Yaudah gue pesen bentar deh." Kami mengangguk lagi dan sepontan membuat gerakan mengusir menggunakan tangan.

Di sinilah kami berkumpul. Selalu. Ketika kami ada kesempatan berkumpul.

"So, tadi kalian ngomongin apa?" Ujar Maria dengan mulut penuh nya

"Tuh si Adel males ekskul." Jawab Aurel

"Kenapa?" tanya mereka serempak kecuali Aurel dan Dewi

"Males aja." Ucapku sepontan

Maria mengangguk-anggukkan kepala. "Yahh wajar dia males. Sebenernya bukan males. Dia minder di sana. Anak-anak sana kan pada kece-kece. Cowok nya ganteng-ganteng. Cewek nya cantik-cantik." Nah omongan nya sama kayak Aurel

"Kalo orang jelek pasti males mau kesana. MINDER bawaan nya." Lanjut nya lagi membuat semua nya tertawa dan membuatku menoyor kepala nya

"Enak aja. Gue juga gak kalah kece tau. Gue males aja, bosen sekolah gue." Curhat ku "Pengen nya pergi jalan." Sambung ku

"Ide bagus. Selama kita di sini kan belum kemana-mana nih. Gemana kalo malam minggu kita pergi nonton? Bioskop kan deket sini." Ucap Maria dengan mata berbinar-binar

"Bener. Untuk apa coba kita di kasih kebebasan malam minggu, gak kita manfaatin." Timpal Chyntia

Sekolah kami memiliki kebebasan pada malam minggu. Entah mau pergi jalan, atau sekedar mampir pulang kerumah. Kami di beri batas waktu hingga jam12 malam. Lewat dari itu pintu asrama sudah ditutup. Jadi kalopun bisa masuk ke lingkungan sana, tetep aja gak bisa masuk asrama.

"Jadi kita mau hang out nih?" Tanya ku

Aurel, Dewi, Shinta, Chyntia, Maria, Serta merin yang baru datang menganggukan kepala. Melihat itu mau gak mau membuatku menganggukan kepala juga.

"Ok, Dil ya." Mereka berucap

Kamipun sibuk dengan pikiran masing-masing, Dewi yang mengingat sesuatu langsung berkata "Ah.. Jangan lupa ngajak rombongan Andra biar kita ada pengawal."

Temani AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang