Chapter 6

46 15 1
                                        

'Den, gue kapok sumpah. Jangan libatin gue sama ide-ide konyol lo lagi, bye!'

Denny memandangi layar handphone nya datar. Line dari Lola hanya ia read.

Sejak kejadian kemarin, Denny belum menghubungi Erlin sama sekali.

Mungkin dewi fortuna sedang ada di tempat lain, jadi Denny dan Lola tertangkap basah oleh Erlin. Untungnya tidak ada kecurigaan sama sekali, sih.

"Den!" panggil seorang wanita dengan suara keibuannya.

"Kenapa ma?" balas Denny.

"Mama bikin tahu goreng. Ntar abis makan, kamu anterin ke rumah Erlin ya sisanya."

Bagus.

Kalau begini Denny punya alasan untuk 'kangen-kangenan' dengan Erlin. Sekarang Denny percaya kontak batin anak dan ibu itu ada.

"Mama emang yang paling ngerti, hm." gumamnya pelan.

Sehabis makan siang, Denny berpamitan dan segera melajukan motornya ke arah rumah Erlin.

Sebenarnya rumah mereka hanya berbeda blok. Entah, Denny semalas itu untuk berjalan. Singkatnya, "mageran".

"Lin!" panggil Denny setengah berteriak. Tak lupa ia menekan bel rumah Erlin berkali-kali, kebiasannya.

Beberapa detik kemudian, pintu rumahnya terbuka. Tapi, bukan Erlin yang ia lihat.

"Dek, Ka Erlin kemana?" tanya Denny.

"Ngga tau, kak." jawab Nita, adik perempuan Erlin. Wajahnya tidak jauh berbeda dengan Erlin, sama-sama cantik.

"Oh gitu."

"Udah kan, kak? Aku mau lanjut main monopoli."

"Bentar, ngobrol dulu aja biar makin akrab. Emangnya Nita ngga kangen sama Ka Denny?"

Nita menatap Denny penuh selidik, "Ngga tuh."

"Katanya sih, kalo kangen sama orang ganteng berkahnya banyak." timpal Denny kegeeran.

"Udah ya, kak. Kata Ka Erlin ngga boleh ngobrol sama orang yang ngga dikenal."

Nita langsung masuk dan cepat-cepat menutup pintu.

Jadi, Denny adalah orang yang 'tidak dikenal'?

"Den?"

Denny menoleh. Erlin berjalan mendekatinya, sepertinya ia baru pulang.

Tapi...

"Mata lo merah, abis nangis?"

"Lo ngapain kesini?"

Erlin mengalihkan pembicaraan yang menurutnya tidak perlu dibahas lagi.

"Nganterin tahu, buatan mama." jawab Denny, "Kasih tau gue lo nangis gara-gara apa?"

Denny berusaha mendesak Erlin, dan akhirnya gadis itu mau berbicara.

*****

Hembusan angin di siang yang terik itu masih terasa. Denny dan Erlin duduk dibawah pohon rindang dekat komplek perumahan di sekitar situ.

"Bisa dibilang, kemaren last day kita bisa jalan bareng lagi." ucap Erlin mengakhiri ceritanya.

Denny masih menganga sampai Erlin selesai bercerita.

Jeje dan Erlin, putus?

P U T U S

"Terus, kapan Jeje bakal ke Amrik?" tanya Denny penasaran.

"4 hari lagi."

Denny mengangguk mengerti. Ia bingung harus senang atau sedih. Tapi perasaannya tidak bisa berbohong, rasa senang lebih mendominasi keadaannya sekarang.

"Kalo lo mau nangis, pundak gue available, kok." hibur Denny.

"Asal jangan diingusin, sih." lanjutnya.

Erlin tersenyum simpul, setidaknya ada kelegaan dalam hatinya. Kehadiran Denny juga menghibur dirinya.

"Makasih."

"Buat?"

"Hmm, buat keberadaan lo selama 5 tahun di hidup gue."

'Duh, kok gue dag dig dug ser gini, sih. Gawat, image cool gue bisa lenyap.' ujar Denny dalam hati.

"Yaudah, sekarang lo nyobain tahunya, nih. Kata mama diabisin." Denny memberikan kotak makan berisi tahu goreng buatan mamanya.

"Siap!" seru Erlin memberi tanda hormat, setelah itu ia tertawa senang.

'Berarti, sekarang ada peluang lagi buat deketin Erlin.'

To Be Continued

Notes: NAHLOH ERLIN JEJE PUTUS. Kalo gitu Jejenya buat author aja .ga :D Tapi di Chap 1 kenapa pada ngiranya Jeje cewe :( Dia cowo ih :( Chap 7 mau dibikin greget ah. Ayo vote commentsnya ♡♡♡

Notre HistoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang