Chapter 4

65 28 7
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi 2 menit yang lalu.

Lola menunggu Erlin yang sedang merapikan mejanya, "Lin."

"Kenapa?" jawab Erlin sambil memasukkan alat tulisnya.

"Tadi itu bukunya Denny?" tanya Lola to the point.

Erlin mengangguk mengiyakan. "Gila kan, gue ngga abis pikir."

"Dia suka sama lo, Lin. Cuma kan lo sama Jeje sekarang, jadi dia ngga mau nikung." ucap Lola santai.

Lola menutup mulutnya dengan kedua tangannya, "Mmm, maksud gue mungkin aja dia suka sama lo. Mungkin."

"Ngga lah, mana mungkin." bantah Erlin setengah tertawa. "Yuk, kantin."

Erlin dan Lola berjalan keluar kelas. Dari sini, terlihat jelas kalau Denny sedang membersihkan lapangan. Bajunya basah seperti kena guyur.

"Den, daritadi lo ngga kelar-kelar nyapunya. Ngapain aja?"

Denny menoleh kearah Lola. Wajahnya penuh dengan keringat, sampai matanya tidak bisa terbuka lebar.

"Segala sesuatu itu ngga perlu buru-buru. Ya ngga, Lin?"

Erlin mendongak, "Iya?"

"Sok bijak lo, semangat ya nyapunya kak!"

Lola mengepalkan tangannya keatas memberi semangat. "Yuk, Lin."

Erlin berjalan mengikuti langkah Lola yang cepat. "Mau makan apa, La?"

Lola menggumam. Perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Biasanya disaat seperti ini Lola tidak peduli apa makanannya, asal ia kenyang.

"Baso? Apa mi ayam ya? Tapi sotonya Bu Eni boleh juga." tanya Lola bertubi-tubi.

"Horor lo, semua juga disikat. Mi ayam aja deh gue." kata Erlin sambil mencari tempat duduk.

"Oke, gue pesen dulu ya Erlin sayang." ucap Lola langsung berlari menghampiri Mbak Kantin.

Erlin mengetuk-ngetuk meja kantin sambil melihat kearah lapangan sekolah. Denny sedang memunguti plastik sampah yang berceceran di sekitar lapangan.

Erlin menumpu kepalanya, semua terasa berat secara tiba-tiba. Ia merasa dirinya benar-benar seperti anak SMA kekinian, galau.

Setelah beberapa menit, Lola datang membawa 2 mangkok mi ayam dan 2 gelas es teh. "Nih, Lin. Kalo ngga doyan ayamnya, kasih gue aja."

Lola memamerkan sederet gigi-giginya yang putih. "Canda, Lin."

Erlin dan Lola mulai melahap mi ayam mereka. Erlin, gadis itu terus memperhatikan Denny dari jauh.

"La, gue pergi bentar ya. Kalo lo mau abisin, abisin aja."

"Beneran, Lin?"

"Iya."

Erlin segera berlari meninggalkan Lola.

*****

"Den."

Denny menoleh, "Lin?"

Erlin menyodorkan es teh tarik yang sempat ia beli kepada Denny. "Buat lo."

Denny mengernyitkan dahinya. Tidak biasanya Erlin seperti ini. Ya, walaupun ia juga senang, sih.

"Tau aja gue haus. Makasi, ya!"

"Oiya." Erlin menggantungkan ucapannya, "Sorry ya, gara-gara gue lo kena hukum."

Denny berusaha menelan es teh tariknya dengan susah payah. "Kesambet apa lo?"

"Salah lo juga kan, sok baik sama gue!"

Denny tertawa puas. "Gue kan emang selalu baik sama lo."

Wajah Erlin tiba-tiba memanas.

"Apaan, sih." ucap Erlin memukul lengan Denny.

Dan saat itu Erlin mulai bingung akan perasaannya.

To Be Continued

Notes: HAY. Lagi gabut bgt ni jadi 4 hari ga update2 : ) Gaje ya endingnya :( keep reading gays ily 😗😗😗

Notre HistoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang