"Mana, La? Erlin ngga keluar-keluar dari tadi."
"Tungguin aja, sih!"
Denny dan Lola sudah menunggu hampir 30 menit di depan rumah Erlin.
Hari ini hari Sabtu. Waktunya mereka melakukan misi yangー sebenarnya tidak jelas, sih. Lagipula buang-buang waktu juga.
"Den, kalo bukan karna lo mau comblangin gue sama Andrew, gue ogah nemenin lo." ucap Lola sebal.
Denny membuang napasnya berat, "Bawel lo."
Tiba-tiba dari arah berlawanan, Jeje datang dengan motor ninjanya. Lola membayangkan kalau Jeje adalah pembalap motor saat itu.
"Den. Erlin keluar, tuh."
Keduanya berjalan kecil kearah tanaman besar di samping rumah Erlin dan bersembunyi disitu.
Erlin keluar dengan kaos putih polos dan celana pensil bewarna hitam. Bagaimana pun penampilan Erlin juga tetap cantik di mata Denny.
"Yuk, naik." ucap Jeje lembut.
Erlin mengangguk sebelum ia menaiki motor ninja milik Jeje.
"Kita jalan kaki ngikutin mereka, Den?" tanya Lola.
"Jaman udah modern, La. Pake grabcar biar murah." ucap Denny sambil mengutak-atik handphone nya.
"Kenapa lo ngga bawa motor atau mobil gitu?"
"Irit bensin elah."
Lola hanya mendengus sebal. Setelah beberapa menit menunggu, grabcar yang tadi Denny pesan sudah datang.
"Ladies first." Denny membukakan pintu mobil untuk Lola.
"Mabok lo? Jadi sok gentle gitu, ih."
"Bukannya bilang makasih, malah protes." sindir Denny, kemudian masuk ke dalam mobil.
Selama di perjalanan, Erlin menyenderkan kepalanya di punggung kokoh Jeje. Angin pagi menerpa helaian rambutnya. Ia merasa sangat nyaman.
"Lo cantik banget, Lin."
"Masa?"
"Serius kok."
Erlin mengulum senyumnya "Makasih."
Sedangkan Denny dan Lola terus mengawasi kedua insan itu dari belakang. Benar-benar seperti penguntit.
"Den, Jeje dipelukin Erlin, tuh." ucap Lola melirik Denny yang sudah mulai panas.
"Bodoamat, La." balas Denny cuek.
*****
20 menit berlalu. Akhirnya mereka berempat sampai di tempat tujuan.
Well, mereka ada di taman hiburan sekarang.
Jeje segera menarik pergelangan tangan Erlin untuk mengelilingi wahana yang ada disana. Keduanya tertawa lepas.
"Bunuh gue, La. Bunuh gue."
Denny menepuk-nepuk dadanya kencang. Sedari tadi ia seperti cacing kepanasan, tidak bisa diam.
Lola menatap Denny tak berselera, "Geli, Den."
"Denny! Lola!"
Erlin melambaikan tangannya girang. Gadis itu mendekati mereka berdua, disusul Jeje dari belakang.
Lola menepuk keningnya dan menunduk lesu. Denny melihat Erlin yang semakin mendekat dengan perasaan campur aduk.
"Lo berdua ngapain kesini?" tanya Erlin antusias.
"Gue nemenin Denny, maksa dianya." jawab Lola santai.
"Emang lo ngapain kesini, Den?," kali ini Jeje yang bertanya.
"Gue.." Denny berusaha memutar otaknya dengan paksa, "Kebetulan aja weekend. Kata Lola, Erlin pergi, jadi gue ajak dia."
Setidaknya Denny bisa bernapas lega, alibinya tepat dan tidak seperti dibuat-buat.
"Pas banget ya kita ketemu disini, hehe." seru Lola semangat.
"Oh, gue kirain lo ngikutin kita" tebak Jeje santai.
Denny dan Lola tersentak. Jangan-jangan Jeje cenayang? Atau dia bisa membaca pikiran orang?
"Ya ngga lah, kurang kerjaan." ucap Denny setenang mungkin.
Suasana menjadi canggung sesaat.
"Yaudah kita main aja, yuk? Abis itu makan. Gue laper nih." usul Erlin memecah keheningan.
"Ya, ayo."
"Ayo."
To Be Continued
Notes: Chap 5 published 🎉🎉🎉 Masih gajelas gitu ya ceritanya 😫 Ditunggu vommentsnya! ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Notre Histoire
Romansanotre histoire (n.) cerita kita Aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun dan berapa lama pun selama aku mencintainya.