Suasana kelas pagi ini tampak biasa, seperti yang sebelum-sebelumnya.
Erlin membaca novel yang ia pinjam kemarin. Disampingnya ada Lola yang mendengarkan musik sambil setengah tertidur.
Di ujung kelas, Devan sedang mengajari Kella untuk ulangan nanti. Katanya mereka couple goals sih, tapi masabodo tentang itu.
Tuk tuk
"Andrew odong!"
Andrew yang baru saja masuk langsung menjitak Erlin dan Lola, iseng. "Bodo amat."
Lola tersentak dan bangun dari tidurnya, sepertinya tadi ia sudah hampir pulas. "Kenapa, Lin?"
"Ngebo mulu, La. Pantesan mirip." ujar Andrew menaruh tasnya.
"Mirip siapa!?" Lola menaikkan suaranya.
"Kebo."
Andrew mulai menghindar melihat Lola yang sudah mengambil ancang-ancang memukulinya.
"Mati lo, Dre. Kesel gue!" sumpah serapah yang Lola katakan tidak akan mempan bagi seorang Andrew.
Lola melempar buku IPA yang lumayan tebal kearah Andrew. Mau Andrew benjol juga tidak peduli.
"YAAMPUN SAKIT ANJENG."
Erlin merasa kericuhan di kelas membuatnya tidak fokus membaca lagi. Matanya membulat ketika mengetahui lemparan Lola salah sasaran.
"Den, jidat lo jadi benjol!" ucap Andrew memanas-manasi.
"Percaya sama gue, Den. Ngga benjol sama sekali!"
Denny mengelus keningnya yang agak memerah. Demi apapun, sakitnya lebih parah daripada melihat Erlin dan Jeje berduaan.
Erlin yang memperhatikan sedari tadi hanya bisa tertawa pelan, "Yaudah sih, Lola nya dimaafin Den. Kasian."
Kalau bukan karena Erlin, Denny sudah menoyor Lola berkali-kali. Lagipula, kemarin Lola bilang akan menemaninya Sabtu nanti.
"Kurang sabar apa gue." ucap Denny berjalan ke tempat duduknya.
"Nyebelin lo, Dre." sinis Lola.
Andrew memasang wajah yang, menurut Lola menjijikan.
Kringgg kringgg
Dari kejauhan, Bu Kana sedang berjalan memasuki kelas. Tak lupa dengan wajah galaknya yang terlihat seperti pembunuh dan sebuah rotan panjang.
"Berdiri." seru Kevin, sang ketua kelas, mengomando. "Selamat pagi, Bu."
"Keluarin buku paket kalian, yang tidak bawa sapu lapangan sekolah sampai bersih."
Erlin mengacak-acak tasnya dengan teliti. Setaunya, kemarin ia sudah menyusun buku pelajarannya dengan benar. "Gue taro dimana ya.."
Denny melirik kearah Erlin yang duduk di depannya, "Gabawa bukunya, Lin?"
Erlin menengok ke belakang dengan wajah paniknya, "Iya, Den."
Tak sampai 3 detik, buku paket Denny sudah ada di meja Erlin. Erlin menatap Denny dengan tatapan 'Lo gila, Den?'
"Saya ngga bawa, Bu."
Sekarang Erlin tau Denny benar-benar gila.
"Denny Anthony! Kamu kayaknya ngga pernah kapok saya hukum, ya?"
"Maap, Bu. Ngga ngulang deh."
"Sapu lapangan, sekarang!"
Denny berjalan santai kearah pintu kelas, dilihatnya Erlin sekilas. Tatapan mereka bertemu.
"Makasi." ucap Erlin tanpa suara.
To Be Continued
Notes: YEUU. Maap yak kalo 3 chap ini masih pendek 😩 Next chap dibikin panjang ehehehhe. Vommentsnya jangan lupa ♡♡

KAMU SEDANG MEMBACA
Notre Histoire
Romancenotre histoire (n.) cerita kita Aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun dan berapa lama pun selama aku mencintainya.