Chapter 7

50 13 8
                                        

Erlin menyimak kertas berisi rentetan tulisan yang tertempel pada mading di depannya.

"Minggu depan studytour? Hmm."

Erlin menatap Denny sinis, "Kesambet apa lo pagi-pagi ke sekolah?"

"Bukannya bagus?" tanya Denny.

Erlin mengangguk, "Yah.. Bagus."

Suasana kembali hening. Ah, Erlin tidak suka keadaan seperti ini.

Rasanya jadi..

Canggung.

"Lin."

"Den."

Keduanya saling menatap dan tertawa pelan.

"Lo duluan." ucap Erlin.

"Ngga, lo aja." bantah Denny.

"Studytour duduk berdua, ya? Lola sama Andrew katanya."

"Hm, Oke."

"Gantian lo mau ngomong apa?"

Denny tersenyum simpul, "Pertanyaan gue udah lo tanyain duluan."

"Gue ke kelas, mau disini terus lo?" ucap Erlin seraya berjalan meninggalkan Denny.

"Tunggu, Lin!"

*****

"Den, kayaknya Erlin ngga bisa ikut studytour deh. Dia bilang lagi demam."

"Terus?"

"Ya mana gue tau."

"Gue ngga ikut juga deh."

"Hah!? Kalo lo ngga ikut terus mau kemana!?"

Denny menjauhkan handphone nya. Suara Lola yang nyaring semakin lama membuat telinganya sakit.

"Jagain Erlinku sayang."

Terdengar dengusan dari Lola di seberang telepon, "Terserah. Gue matiin ya, bye."

Denny bersandar pada dinding kamarnya yang dingin. Ia harus bertemu Erlin sekarang. Walaupun terkesan nekad karena waktu telah menunjukkan pukul 10 malam.

Ia tidak peduli.

*****

Tuk

Erlin terbangun mendengar suara ribut yang mengganggu pendengarannya.

Tuk tuk

"Lin."

Erlin tersentak. Siapa yang memanggilnya?

Jangan-jangan maling? Atau penjahat?

Tapi kenapa penjahat itu tahu namanya?

"Lin, bukain dong. Dikit lagi gue jatoh, nih."

Itu suara Denny.

Cepat-cepat Erlin beranjak dari kasurnya, membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Denny tersenyum melihat Erlin dan duduk di tepi jendela.

"Lo ngapain kesini, hah?"

Denny menarik lengan Erlin lembut, Erlin merasakan ada aliran listrik yang menyengat tubuhnya ketika telapak tangan Denny menyentuh dahinya.

"Panas banget. Kenapa lo belom tidur?" tanya Denny penasaran.

Erlin memutar bola matanya malas, "Kalo lo ga berisik, gue juga masih tidur daritadi."

Hanya sebuah cengiran yang Denny tunjukkan. Kemudian keduanya terdiam. Mereka larut dalam pikiran masing-masing.

"By the way, gue ngga ikut studytour. Jadi, lusa nanti gue ke rumah lo aja ya."

"Hah?" Erlin menautkan kedua alisnya.

"Kan lo sakit, mending gue jagain lo aja." ucap Denny sambil mengacak-acak rambut Erlin.

"O-oke."

Denny tersenyum tipis, "Gue balik ya. Tidur yang nyenyak."

Erlin mengangguk cepat.

"Lo turunnya gimana?"

"Loncat."

"Kalo jatoh bahayー"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Denny sudah jatuh di halaman rumah Erlin.

"Ceroboh." gumam Erlin pelan.

Dari bawah sana Denny melambaikan tangannya sebelum ia benar-benar pergi.

Di perjalanan Denny teringat sesuatu. Percakapan singkatnya dengan Jeje kemarin.

*****

[FLASHBACK]

"Gue tau lo naksir Erlin dari lama."

Denny menatap Jeje sinis.

'Terus kenapa direbut Erlinnya.' umpat Denny dalam hati.

"Kenapa lo putusin dia? Lo tau kan Erlin sayang sama lo." tanya Denny.

Jeje bungkam. Raut wajahnya seperti sedang berpikir keras.

"Kita berdua sayang sama Erlin. Jagain dia ya, Den."

"Pasti."


"Pas lo balik dari Amrik, lo pasti cemburu liet gue jadian sama Erlin."

Jeje terkekeh pelan. Ia menepuk pundak Denny.

"Thanks."

To Be Continued

Notes: I kno ini gajelas sekali. Vommentsnya teman2 🙆

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Notre HistoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang