C U A T R O / / E M P A T : BEFORE

91 11 1
                                    


C U A T R O / / E M P A T : BEFORE

Pikiran ku mengatakan Ruth akan menolak promposal ku yang sangat biasa, dan kurang menantang. Menolak dengan cara cerdas, seolah dia memang harus menolak tanpa membuat ku tersinggung, namun apa boleh buat, pesan nya sudah ku kirim. Kini aku merinding. Kalau saja aku bisa jadikan Scar sebagai pasangan prom ku. Bisa, masalahnya Scar tidak akan sudi kembali ke sekolah nya yang dulu.

Pernahkah kau mendengar suara mainan karet yang biasanya berbentuk boneka-boneka lucu yang berwarna cerah dan apabila benda itu kau genggam erat, akan menghasilkan bunyi yang membuat bayi-bayi ketawa sampai mati? Bunyi itu datang dari jendela, bersamaan dengan suara kaca terketuk benda lunak. Aku meletakan telapak kaki ku di dinding lalu mendorong tubuh ku yang duduk di kursi beroda agar meluncur ke arah jendela kamar, berdiri kemudian membuka jendela dan menoleh ke bawah.

Awalnya aku tidak mengenali gadis yang berdiri di lahan kosong di samping rumah ku malam-malam begini. Itu Scarlet, berdiri di bawah nyaris mati; napas nya tidak karuan. Aku segera turun ke bawah dan keluar rumah dan menemui Scar di depan, gadis itu berkeringat dan masih ngos-ngosan. "It take me two hours to make that thing hit your window, i feel like that athlete on tv that throwing a fucking steel ball as far as they can," Dia menghela napas sambil merenggangkan pinggul nya.

Aku menatap nya heran, "You just have to call me, i am holding my phone 24/7."

"I left my phone." Dia ngos-ngosan.

Aku mengecek sekeliling, lalu menatap nya, "Kau lari?" aku bertanya setelah tidak melihat satu kendaraan pun yang ia bawa.

"Stop talking and come with me."

"Where?"

"I need your help."

***

Scarlet langsung turun begitu mobil berhenti, dan mulut ku masih terbuka bingung dengan dahi mengerut, aku membuka kaca jendela dan bertanya pada Scar, "Kenapa kita di sekolah ku? Ku pikir kau ogah kembali?"

"Tugas mu hanya satu," Scar membalik tubuh nya, "Jaga. Karena aku tidak bawa ponsel, kalau kau butuh aku masuk ke dalam, tapi jangan teriakan nama ku, teriakan nama ibu mu atau apa saja terserah. Dan kalau kau lihat aku berlari keluar, kau jemput aku dan kita kabur."

"Kabur?" Nada bicara ku meninggi, "Scar, jangan mencuri apapun dari sekolah!"

"Kau tidak mengerti, Cal."

"Naik sekarang, kau tidak mencuri apapun malam ini. Scar, tolong."

"Aku tidak akan mencuri, sumpah!"

"Kalau begitu apa?"

"Aku hanya mau mengecek sesuatu, ini sangat penting."

"Mengecek apa?"

"Aku janji jika aku sudah mendapatkan bukti kalau firasat ku benar, aku akan beri tau kau. Aku janji. Sekarang, karena aku tidak punya barang bukti, aku tidak bisa ceritakan pada siapapun. Cal, ku mohon hanya malam ini, tolong aku."

Aku diam sebentar, "About what.?"

Dia langsung memutar tubuh nya bahkan sebelum aku bertanya, dan berjalan cepat, "Aku sudah bilang akan ku beri tau nanti!"

Aku berteriak namun berbisik, "Scar!" berulang kali berharap dia membatalkan niatan nya.

Nyaris tiga puluh menit aku bersembunyi di dalam mobil yang diam terparkir. Aku sadar ini mulai mendekati larut malam dan aku mulai ketakutan karena aku benar-benar sendirian di dalam gelap; Scar membuat ku harus memarkir di tempat gelap agar tidak ada yang curiga. Apapun itu perbuatan Scar, terserah apa yang akan ia katakan nanti; benar atau salah, aku akan menyesali telah membantu nya. Membiarkan teman mu membobol sekolah malam-malam, aku benar-benar merasa berdosa. Setelah itu aku yakin aku tertidur. Bermimpi kalau Scar membatalkan aksi nya, terbangun karena tidak mungkin. Aku menegakkan tubuh dberusaha menghilangkan kantuk dan mengecek sekitar. Scar belom juga datang. Aku mengecek ponsel ku, nyaris pukul sebelas malam, dan tiga panggilan tidak terjawab dari ibu ku.

Dig for a Reason (c.h)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang