C I N C O / / L I M A : BEFORE

72 12 0
                                    


C I N C O / / L I M A : BEFORE

Siapa yang peduli sudah berapa hari berlalu sampai akhirnya pagi ini aku mengawasi Mali menyetrika kemeja ku untuk prom. Besok Mali kembali ke Sydney untuk bekerja, sekarang dia memastikan aku tau caranya menyetrika. Aku berterimakasih padanya setelah ia selesai, lalu dia bilang dia mau-mau saja mengantar ku ke salon kalau aku butuh tapi aku lebih percaya tangan ku sendiri untuk merapihkan rambut ku.

Ruth akhirnya memutuskan ikut bersama kami dan menjadi pasangan prom ku. Aku dan dia sama-sama tidak mau pergi berdua, dan Lindsay tidak mau pacar nya tau dia pergi berdua dengan Luke. Singkat nya, yang sekarang ku lakukan setelah semua beres hanya menunggu mereka bertiga datang dan kami semua berangkat bersama.

Luke datang paling awal. Teman pirang ku yang mengenakan kemeja abu-abu dan dasi kupu-kupu hitam ternyata membawa ibunya masuk ke rumah dan memotret kami berdua. Saat Ibu Luke, Liz, bertanya, "Dimana pasangan kalian?" Ibu ku bergurau, "Perempuan butuh banyak waktu untuk bersiap-siap." sambil tertawa.

Detik kemudian, mereka datang, "Speak of the devil." sahut Luke yang melihat keluar jendela. Aku mengintip juga. Yang pertama aku lihat Lidsay dengan susah berjalan di dalam gaun panjang menyeret tanah, di belakang nya Ruth terbahak-bahak sambil mengangkat bagian belakang gaun Lindsay.

Luke terlihat kecewa. Aku menggoda nya, "Oh, I don't know that you guys will get married at prom!"

"I know there's an unusual feeling I had when she described her dress."

Tapi Ruth terlihat sangat cantik. Hanya saja perasaan ku tidak bergerak sama sekali. Tidak seperti dulu. Dia terlihat seperti duyung. Entah itu pujian atau bukan, tapi gaun hijau itu bagus-bagus saja di tubuh nya. Ibu ku memuji Lindsay cantik, Mali bilang Ruth lebih cantik. Aku cuma diam sambil memakai dasi. Liz meminta foto sekali lagi dengan kami ber-empat bersama. Awal aku menyapa Ruth dan Ruth menyapa ku, aku tau semua orang bisa melihat kecanggungan kami, pasal nya, kami tidak pernah bertemu selama libur, sama sekali. Untung nya Lindsay ikut datang ke sini, aku bersyukur cewek berisik itu datang dan selalu mengajak Ruth bicara.

Kemudian aku menyodorkan ponsel ku pada Mali, meminta agar ia memotret kami ber-empat di halaman. Mali kegirangan, dia tidak henti-henti nya meminta kami berganti pose. Sampai Mali bilang kalau aku dan Ruth harus membuat ulang foto prom lama nya dulu bersama mantan kekasih nya. Dia menunjukan bagaimana kami harus bergaya, aku menolak, tapi Ruth bilang, "Tidak apa-apa. Itu lucu."

Jadi Mali memotret kami berpelukan dengan senyum super lebar.

"Oh my God, Ruth, your mouth, why's so big." Tegur Lindsay yang tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Kami semua berada di mobil. Aku menyetir, para cewek duduk di belakang. Aku bertanya soal bagaimana pacar Lindsay oke-oke saja dia datang bersama Luke. Lindsay berseru, "Pertanyaan itu bakal jadi pertanyaan yang paling sering ku dengar semasa hidup."

"Karena seluruh sekolah tau norak nya gaya berpacaran kalian." Aku tertawa.

"Tidak ada masalah nya sama sekali, itu yang akan kau dapatkan kalau kau saling mempercayai!" Lindsay membalas.

"Bukan karena kau terlalu mengkasihani Luke ?"

"Nah, nah, it's not," Luke dan Lindsay nyaris berucap bersamaan, Luke menghadap kebelakang dan bilang, "We're good, we're like, support each others."

"How about you and Ruth?" pertanyaan Lindsay membuat ku merinding, "Why Ruth? Why don't you asked Scarlet? She's like your freaking soulmate."

"No," Jawab ku cepat, "Scar never want to. To her, prom's too dumb."

"Look, that's her." Luke menunjuk ke depan.

Dig for a Reason (c.h)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang