07.00 kst
"Aerin-ah" panggil appa saat aku baru saja keluar dari dapur dengan segelas susu ditanganku.
"Ne appa?" Jawabku sambil menyesap minumanku.
"Duduklah. Appa ingin membicarakan sesuatu" perintah appa. Aku mengerutkan dahiku, tampak bingung.
"Sepertinya serius? Eomma ada apa?" Tanyaku pada eomma yang sedang duduk di sebelah appa. Dia hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum misterius.
"Aish aku tidak suka dengan senyum itu" seruku. Aku duduk disofa didepan appa dan eomma. Sambil menyilangkan kakiku dan sesekali menyesap susu yang tadi kubuat. "Baiklah. Jadi apa yang ingin appa bicarakan?"
"Jadi begini. Kau kenal dengan keluarga hong?" Tanya appa. Aku menggeleng. "Aish benar juga. Kau tidak mungkin mengenalnya, aku kan belum pernah mengenalkan mereka padamu. Bagaimana ini yeobo?" Seru appa sambil memijit dahinya.
"Keluarga hong itu adalah sahabat appa dan eomma saat kami SMA dulu. Kami berpisah setelah lulus dan 3 bulan yang lalu kami dipertemukan kembali. Mereka memiliki satu anak laki-laki yang usiannya sama denganmu" jelas eomma. Aku mengangguk mengerti.
"Jadi?" Tanyaku sambil menyesap minumanku.
"Kami bermaksud menjodohkanmu dengannya" jawab appa. Baru saja susu yang tadi aku teguk akan masuk ke kerongkonganku sekarang telah sukses keluar lagi.
"MWORAGO??!!" pekikku terkejut.
"Aiishh anak ini" seru eomma sambil melihatku kesal.
"Jwieosonghamnida. Aku terkejut tadi" jawabku sambil membersihkan sisa susu di bibirku. "Tadi itu bercandakan? Tidak seriuskan?" Tanyaku memastikan kalo tadi mereka hanya bercanda.
"Itu benar. Bahkan kami sudah menetapkan tanggal pernikahan kalian" jawab eomma sambil tersenyum senang. Aishh eotteokhe??!!
"Tunggu,tunggu.. bagaimana dengan laki-laki itu?" Tanyaku
"Dia tampan, cerdas, berbakat. Aishh kalo eomma yang dijodohkan dengannya tanpa berpikir lagi. Aku pasti akan menerimanya" jelas eomma sambil menerawang.
"Bukan, bukan.. maksudku bagaimana laki-laki itu? Apa dia menerima perjodohan ini?" Tanyaku frustasi.
"Dia sudah menerimanya" jawab appa.
"Ya dia pria yang baik, sopan, ramah, murah senyum mana mungkin dia menolak perjodohan ini dan menyakiti hati kedua orangtuanya" jelas eomma.
"Bagaimana bisa dia menerima perjodohan ini. Bahkan dia belum pernah melihatku" gumamku pelan.
"Jadi bagaimana? Kami tidak menerima penolakan" tanya eomma sambil menatapku antusias.
"Aiishh eotteokhe!! Eotteokhe!!" Seruku sambil mengacak-acak rambutku. "Eomma! Appa! Bagaimana sekolahku dan dia nanti? Aku terlalu muda untuk menikah appa!" Seruku
"Hei hyeri dan jooah juga sudah menikah" jawab eomma. Aish mengapa eomma menyebut nama mereka. Aku berbeda dengan mereka. Hyeri dan jooah adalah sahabatku. Dan perlu kalian tahu mereka SUDAH GILA. Mengapa aku berkata demikian? Karena mereka sudah menikah saat kami berada tingkat 2. Ya tentu saja mereka menikah dengan namja yang dicintainya.
"Kalian tetap akan sekolah sayang. Hanya saja kami akan memindahkan sekolahmu" jelas appa. Apa lagi sekarang?
"APA?! PINDAH?!" pekikku.
"Jangan berteriak pada orang tuamu!" Perintah eomma sambil menatapku tajam.
"Jwioeseonghamnida. Aku terkejut" jawabku. "Aku akan pindah kemana? Bagaimana dengan teman-temanku disekolah? Aiish aku harus menyesuaikan diri lagi" seruku frustasi.