***
"Kajja kita pulang ke rumah baru. Aku tidak sabar melihat rumahnya." ujar jisoo setelah aku membereskan buku-bukuku.
"Kajja aku juga tidak sabar" jawabku. Kamipun berjalan ke parkiran.
"Aerin!" Panggil seseorang. Kami menghentikan langkahku dan menoleh.
"Wae Hyeri-ya?" Tanyaku. Hyeri dan jimin pun berjalan mendekati kami.
"Kau mau pulang?" Tanya hyeri.
"Ne kami mau pulang. Aku sudah tidak sabar ingin melihat rumah baru kami" jawabku senang.
"Daebak!! Daerah mana?" Tanya jimin.
"Gangnam-do" jawab jisoo.
"Aish memang beda kalau seorang konglomerat. Tinggal saja dikawasan elit" seru jimin.
"Hei kau juga seorang konglomerat" jawab jisoo. Sebenarnya kami berenam termasuk dari kalangan atas. Keluargaku adalah pemilik semua rumah sakit besar di korea. Keluarga hyeri adalah pemilik toko perhiasan yang terkenal dia korea. Keluarga jimin bisnisnya bergerak dibidang fashion. Butik-butik mewah yang ada di korea adalah milik keluarganya. Keluarga jooah adalah pemilik restaurant mewah nan mahal. Keluarga jisoo? Entahlah keluarganya sangat amat kaya raya. Perusahaannya banyak sekali. Bahkan keluarganya menaruh saham pada perusahan2 kami.
"Sana cepet pergi. Lihatlah rumah baru kalian" ujar hyeri. Setelah berpamitan aku dan jisoo pun melanjutkan perjalanan kami.
***
"Waah ini tidak terlalu berlebihan? Besar sekali" ujarku. Rumah kami memiiki dua lantai dan sangat mewah.
"Tidak juga. Emangnya nanti kita tidak punya anak? Memerlukan tempat luas kan untuk anak-anak kita itu" jawab jisoo. Pipiku memerah mendengar jawaban jisoo.
"Hei pikiranmu jauh sekali. Kita masih sekolah ingat?" Ujarku.
"Setidaknya sebagai kepala keluarga, aku harus memikirkan kedepannya" jawab jisoo.
"Terserah kamu saja. Ayo kita lihat kamarnya" ajakku. Kamipun masuk kekamar kami.
"Aahh!! Joah!!" Pekikku sambil membantingkan diri kekasur king size itu. Jisoo ikut berbaring. Aku kembali duduk dan menaruh boneka kesayanganku ke pinggir ranjang. "Jisoo-ya ganti bajumu dulu" ujarku.
"Sebentar lagi" jawabnya sambil memejamkan mata. Aku kembali berbarinh disebelahnya. Kami terdiam untuk beberapa saat. "Aerin" panggil jisoo menghadapku.
"Hm?" Jawabku menghadapnya."Eumm itu... tidak jadi deh" ujar jisoo. Ah pasti dia mau membahas 'itu'. Astaga aku belum siap untuk melakukannya.
"Jisoo-ya" panggilku. Dia hanya melihatku dengan tatapan lembutnya. Astaga dia membuatku meleleh. "Aku tau kau pasti akan memintanya. Meminta 'itu. ' kau tahu maksudnya kan?" Tanyaku. Dia mengangguk sambil tersenyum. "Eumm.. Bisakah kau menunggu sampai aku siap? Aku benar-benar belum siap jisoo-yah" ujarku. Aku menatapnya memohon. Mudah-mudahan dia bisa mengerti.
"Kapan kau siap?" Tanya jisoo.
"Sebulan" jawabku. Raut wajahnya berubah kecewa. "Ani. 2minggu?"
"Baiklah aku akan menunggu 2minggu" jawabnya sambil tersenyum. Dia berdiri dan mulai membuka seragamnya. Aku segera menutup mataku.
"Kyaa!! Aku bilang kan 2 minggu lagi" pekikku.
"Buka matamu" titahnya. Aku menggeleng. "Aku menyuruhmu membuka matamu aerin. Atau aku akan melakukannya sekarang" ancamnya. Dengan terpaksa aku membuka mataku. Aku melihat dia hanya menggunakan celana sekolahnya. Dia mulai mendekat dan menindihku. "Tadi kau menyuruhku mengganti pakaian kan? Aku sedang melakukannya" ujarnya. Bibirnya menyentuh permukaan pipiku. Dan aku membeku seketika. Dia kembali menjauhkan badannya dan berjalan ke kamar mandi meninggalkanku yang masih membeku.