Suara derap langkahnya terdengar lebih keras saat dia berjalan menghampiri seorang suster yang sedang berdiri di depan sebuah pintu kamar di rumah sakit itu. "Suster Ilina?" tanyanya meyakinkan diri sendiri.
"Kamu Fathan?" Tanya suster yang bernama Ilina.
Fathan mengangguk. "Maaf aku datang terlambat. Tadi aku harus datang ke pemakaman..."
"Melani? Mantan pasienku ya?"
Dia kembali mengangguk. "Aku kesini hanya ingin bertanya, apakah benar Melani telah mendonorkan kornea matanya padaku?"
"Lukanya sudah mulai terinfeksi, saat itu dia kehilangan banyak darah. Saat aku mengatakan bahwa sebentar lagi dia akan dioperasi untuk dijahit lukanya, dia berpesan padaku jika dia tidak selamat, dia ingin agar kornea matanya didonorkan padamu, Fathan." Jelas suster Ilina dengan lancar.
Tiba-tiba sudut matanya memerah, seketika matanya basah dengan air mata yang sudah mengumpul di pelupuk matanya. Dia langsung menyeka air matanya dengan cepat agar tidak membasahi wajahnya.
Suster Ilina menepuk bahunya perlahan, mencoba menenangkannya. "Dia melakukannya kemarin. Sungguh, dia sangat baik padamu! Walaupun kamu sudah bersikap dingin padanya, dia tetap menganggapmu teman. Ya kan?"
Ya, dia memang gadis yang baik. Padahal aku sudah berusaha menjauh darinya, karena aku tak ingin dia berteman dengan orang buta sepertiku, yang selalu dicemooh teman-teman. Tapi dia tetap saja mendekatiku. Hh, bahkan dia sampai mencintaiku.
"Sebenarnya dia sangat mencintaimu. Apa kamu juga merasakan hal yang sama padanya? Maksudku, bukan karena dia telah mendonorkan korneanya."
Fathan mengangguk. "Sejak pertama bertemu dengannya, Kalau begitu aku pergi sekarang."
Fathan berbalik dan meneruskan langkah kakinya meninggalkan tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rengkuh
RomanceSang perempuan: Dia tak bersuara. Dia pun tak pernah mengenaliku. Apa dia itu bisu? Padahal aku ada disampingnya. Sang lelaki: Perempuan itu mengusikku. Dia bukan orang yang sama. Tapi kenapa dia selalu menunjukkan tanda-tanda bahwa dia sama dengan...