Diary, bulan ini aku mengalami banyak hal yang merubah sikapku padanya. Setiap hari aku selalu bertemu dengannya. Tapi tetap saja sikapnya tidak berubah sama sekali padaku. Bagaimana ini? Aku terlanjur jatuh cinta padanya. Kupikir perasaan ini hanya sebentar saja. Ternyata tidak! Ah, aku benci mengatakannya. Cintaku hanya bertepuk sebelah tangan.
Apakah karena sikapku ini, diary? Aku pembawa kesialan padanya. Itulah yang pernah ia katakan padaku beberapa hari yang lalu. Tak kusangka dia begitu jahat padaku. Aku semakin tidak mengerti akan hal ini. Cinta yang dirasakan oleh satu pihak sedangkan pihak yang lain tidak merasakannya.
Perasaan ini kian menggebu-gebu sedangkan dirinya selalu mengacuhkanku. Dia memang cowok dingin, sampai-sampai semua orang yang berani mendekatinya merasakan kedinginan dan sungkan jika berbicara padanya. Kecuali aku! Aku malah orang yang selalu mendekatinya tapi terkadang aku malah merasa hangat jika berada disampingnya. Kehangatan yang malah membuatku jatuh cinta padanya. Namun keberuntungan tidak berpihak padaku. Cupid tidak menembak panah cintanya padaku. Sehingga dia tidak menyadari perasaanku dan mungkin saja dia tidak pernah menyadari kehadiranku. Jangan-jangan dia menganggapku manusia transparan yang selalu mengganggunya setiap saat.
Oh diary! Sepertinya malam ini aku akan memimpikannya lagi. Memimpikan perasaan cintaku yang semakin lama hanya akan menjadi khayalan semata.
***
Semilir angin petang membuat dedaunan berjatuhan di sekitar pohonnya, terbang kesana kemari dan berakhir di kaca mobil lelaki itu.
Hanya selang beberapa menit setelah dia berdiam diri di dalam mobilnya, seorang penjaga kuburan menghampirinya, dan menyodorkan sebuah buku kecil yang lumayan tebal padanya.
Lelaki itu menatap heran pada penjaga kuburan. Lalu tanpa basa-basi dia mengambil buku diary gari genggaman sang penjaga kuburan. "Ini bukan milikku. Buku ini sengaja disimpan diatas kuburan itu." Katanya
"Lalu siapa yang akan mengenangnya bersama buku ini?" pria penjaga kuburan itu malah balik bertanya.
Tanpa menunggu jawabannya, sang penjaga kuburan itu segera melangkah pergi dari sana. Pertanyaannya telah membuat lelaki itu berpikir lebih dalam. Sampai akhirnya dia mengangguk mantap dan berkata, "Aku tahu. Akulah orangnya!" tegasnya.
Deru mobil akhirnya berbunyi, meninggalkan tempat itu.
***
Saat ini aku merasakan sekujur tubuhku sakit. Aku mengerang, berteriak menahan rasa sakit yang tiada tara. Kakiku patah, luka robek disana-sini mengalirkan darah segar. Mataku menyipit, walaupun sudah beberapa menit yang lalu aku tersadar namun pandanganku masih terlihat buram. Sosok beberapa suster yang sedang merawat lukaku pun hanya terlihat seperti sebuah siluet buram, baju serba putih dengan tangan yang terbungkus sarung tangan berlumuran darah.
Sayang, kau malah tersimpan rapi didalam tasku. Kepalaku menoleh kearah meja kecil disebelah ranjangku. Disana tasku tergeletak lemas, dengan tinta berwarna merah disekelilingnya. Tanpa sadar aku tersenyum lembut menatapnya. Diary, kau masih ada disana bukan? Kau masih menemaniku bukan? Aku tidak ingin kau tertinggal lagi seperti waktu itu, aku ingin kau melihat wajahnya. Aku ingin kau juga merasakan perasaanku yang masih menggebu-gebu.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Rengkuh
RomanceSang perempuan: Dia tak bersuara. Dia pun tak pernah mengenaliku. Apa dia itu bisu? Padahal aku ada disampingnya. Sang lelaki: Perempuan itu mengusikku. Dia bukan orang yang sama. Tapi kenapa dia selalu menunjukkan tanda-tanda bahwa dia sama dengan...