Sayang 7: Artiku di Matamu

7.8K 755 345
                                    

Dedicated for al-al12
Bagian genap di Al, aku yang ganjil.
Meski cerita ini nyeleneh dan nggak masuk akal, tapi percayalah... kami berdua sedang ingin membebaskan diri dari segala macam teori2 dan kenyataan pahit soal hidup dan konflik dalam cerita. Semoga kalian bisa melepaskan sepatu kalian sejenak, tertawa bersama kami seperti ketika kami membuatnya via BBM tiap malam... Semoga penat sejenak kalian letakkan, perasaan kalian abaikan.. karena jadi baper itu tidak selamanya baik.
(Tuh di mulmed ada SS gimana kami bikin cerita absurd ini)
.
.
.

Si kucing ngondek itu namanya siapa?

Azayn dan mas Tim pulang lebih dulu, meninggalkan mbak Dandel yang masih tersulut emosi. Azayn menarik lengan baju mas Tim, menunduk takut. Tapi juga bangga. Mas Tim akhirnya lebih memilih Azayn yang rusuh dan juga pecicilan ini. Azayn bersyukur. Azayn ingin memeluk mas Tim sekarang. SEKARANG. PELUK. Lalu setelah itu cengiran Azayn nongol. Dia tersenyum lebar mirip orang tolol dan melompat dalam pelukan mas Tim.

"Apa-apaan sih lu, Ay?" Tim berusaha menjauhkan tangan Azayn yang seolah nempel di tubuhnya.

Azayn cemberut. Kok mas Tim gitu? Tadi baik, lalu balik jadi judes lagi. Mas Tim berbakat PHP ya! Azayn seperti sedang jadi layang-layang. Ditarik dan diulur sesuai laju angin. Azayn nggak nyerah, dia masih memeluk badan mas Tim.

"Ih apaan sih, Az. Lepas nggak? Malu tauk dilihatin orang." Tim tetap bersikukuh menjauhkan tubuh Azayn yang kayak lintah nempel di tubuhnya. Walaupun entah kenapa, hatinya nyaman banget dipeluk gini ama Azayn.

Azayn manyun. Kalau dalam keadaan seperti ini, hanya ada satu cara. Azayn menarik napas, bersiap menjerit dengan nada tinggi, "Maaaaakkkk.... mas Tim nggak mau dipeluuuukkk!!" Jeritan si mungil membahana. Mak mas Tim muncul dari dapur, membawa panci dan melotot ganas. Mas Tim dalam masalah.

"Berani lu bikin mewek anak mantu Mak, gue sunat tuh burung lo!" Ini gawat. Ancaman Mak menakutkan. Tim menggeleng berkali-kali. Wajahnya pias sekali. Lalu, demi menyelamatkan jiwa dan raga rebung membanggakannya, Tim menggotong tubuh Azayn, dan membawanya masuk ke kamar.

Azayn spontan memeluk leher mas Tim. Hatinya mulai deg-degan. Mas Tim mau yang IYA-IYA! Mas Tim pasti mau anu-anu. Ah, anu Azayn belum panjang dan besar. Azayn belum siap. Nggak... Nggak... Tapi so sweet ya! Digendong mas Tim mirip video-video malam pertama. Azayn nyengir bahagia.

"Ngapain lo senyum-senyum sendiri?" Tim yang masih menggendong Azayn bak putri itu, merebahkan tubuh si boncel ke kasur. Karena tangan Azayn yang terkalung di lehernya mencengkeram erat, tubuh Tim otomatis ikutan rebah di atas tubuh Azayn. Dan Tim pun nggak tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya. Demi Tuhan... ini bukanlah suatu momen yang pernah ia imajinasikan selama ini, namun sensasinya, darah Tim berdesir jumpalitan.

"Ah, hayati nggak kuat mas! Hayati belum siap, mas... Ya ampun, malu mas. Ada mak di luar, mas! Ntar kalo denger gimana? Jangan sentuh diriku malam ini, maaaassss...!" Mungkin makhluk binal paling absurd ada dalam jiwa Azayn. Mas Tim melongo. Azayn masih merem-merem sambil memeluk leher mas Tim. Bahkan kaki cowok itu memeluk pinggang mas Tim erat. Nggak kuat ah, hayati ini! Tunggu, namanya kan Azayn!

Demi mendengar ceracauan si bongsai yang aneh banget di telinga, Tim melakukan sesuatu yang nggak pernah ia pikirkan selama ini. Tim menempelkan bibir tebalnya di atas bibir Azayn. Ajaib. Tuyul itu berhenti ngoceh. Dan ... Tim merasakan sebuah perasaan menggetarkan asing tapi sangat meneduhkan di antara pertemuan canggung sepasang bibir itu. Nikmat. Manis. Tim memejamkan mata. Walaupun ini sekadar pertempelan daging tak bertulang, yang sama-sama tertegun ragu, tpi dada Tim sangat berdebar. Darahnya berdesir hebat. Beda banget rasanya dengan puluhan bahkan ratusan ciuman yang dulu ia lakukab dengan Dan.

Mendaki AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang