Kulonuwun 9: Cinta itu Absurd

6.9K 708 196
                                    

Dedicated for my partner : al-al12
yang post genap2, ganjil2 di aku. Ngehehehe...
Kami menikmati proses membuat kisah absurd ini.
Kami hanya sedang mencoba meluluh lantahkan kisah mainstream soal karakter dan alur cerita. Kami menikmati ketika membuatnya, bahkan kadang mengernyit dan menghujat diri sendiri.
Sejatinya, ide itu kreatifitas tanpa batas. Karya yang dilakukan melalui proses makarya. Seni yang bercerita dengan berani.
Meski kami bingung terkadang, kenapa kami jadi seabsurd ini.
Colek partner masokis-ku, yang jadi kembang2an akhir2 ini...
al-al12
.
.

Kadang cinta nggak perlu alasan buat datang.

Telinga Tim kontan menegak demi mendengar suara cicitan itu menari-nari indah di lubang pendengarannya. Rasanya sudah lama Tim nggak mendengar suara malaikat itu memanggilnya. Ah Tim lebay. Tapi sungguh, asupan karbohidrat berupa cinta baru yang ia temui, memang sanggup membuat Tim menghiperbolakan segalaya. Tim mau menengok. Tapi tangan halus Bunda mencekal rahangnya hingga wajah Tim kembali terfokus ke arah Bunda.

"Sekarang Bunda mau tanya. Perasaan Tim ke anak Bunda bagaimana?"

Azayn melongo. Azayn mengerjap ke arah Bunda. Dia nggak boleh tahu dulu, biar jadi kejutan. Azayn menarik lengan mas Tim, mengajaknya pergi. Azayn nyengir ke arah bunda hingga membuat wanita paruh baya itu tersenyum dengan raut bersalah. Hari ini Azayn harus menegaskan semuanya.

"Eh eh apaan nih?" Tanya Tim gemas.

"Mas Tim, Azayn nggak mau diPHP. Hatiku bukan layang-layang. Jadi mari kita bicara!"

Tim sedikit melongo.

"Ok--ke," sahutnya terbata. Nggak nyangka akan dirudal seperti itu ama Azayn.

"Pertama, Azayn nggak suka kalau mas Tim sama mbak Dandel mesra-mesraan di depan mata Azayn. Azayn nggak percaya dengan ucapan mas Tim soal move on dari mbak Dandel."

Kalimat Azayn menggelitik perasaan Tim. Dia tersenyum.

"Dan itu selalu diusir Mak kalo ke rumah, Az. Gue juga nggak suka ama dia. Apalagi Babe ama Mbah. Ketemu dia aja ogah. Cuma dia emang keganjenan, sih. Kayak ulat bulu."

"Tapi kemaren-kemaren kalian pelukan."

"Dimana?" Tim berusaha mengorek-ngorek ingatannya.

"Di ruang tamu, di taman, dan mungkin di tempat yang belum pernah Azayn tahu!" Azayn merengut nggak suka.

Lagi, senyum geli tercipta di sudut bibir Tim. Ya Tuhan, ni marmut kalo cemburu lucu banget sih.

"Yang di ruang tamu itu refleks, Sayang. Gue ama Dan udah lama nggak ketemuan jadi wajar kami pelukan buat lepas kangen. Tapi lepas itu gue tinggalin dia kok. Demi beli cilok bakar kesukaan lo. Yang di taman itu, jujur gue nggak peluk dia. Dia yang peluk gue dari belakang. Lagi, gue tinggalin dia setelah itu. Ke mana? Ngejar lo balik ke rumah."

"Tapi mas Tim pernah cium-cium tangan mbak Dandel, juga.... mas Tim nggak ingat kalau pernah nolak Azayn?" Kali ini sakit yang terasa tiap kali Azayn mengingat kenangan itu.

Tim memegang pundak Azayn. Mengelus-elus rambutnya yang wangi.

"Az, hari itu adalah hari dimana gue sedang terpuruk banget ama diri gue. Hari pertama gue ciuman ama cowo. Ama lo. Rasanya seperti dada gue berontak. Tapi, seluruh perasaan gue menikmatinya. Gue cium tangan Dan padahal yang jauh ingin gue cium untuk menenangkan dada gue itu tangan lo. Nggak ada niatan sedikit pun buat gue balikan ama Dan. Gue ama Dan udah game over. Dan nggak ada ceritanya gue bakal berpaling ke dia lagi."

Mendaki AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang