Request - 3

212 32 0
                                    

Kringgg... kringgg..

Jam pelajaran di sekolah sudah selesai. Di kelas XI IPA - 2, semua menghembuskan nafas lega ketika mendengar bel pulang. Mereka sudah sangat lelah mengerjakan tugas fisika yang sudah tidak bisa lagi dijangkau dengan otak mereka.

"Huuhh.. asli gue capek banget. Mana habis ini lanjut cheers lagi.." Laura mendengus sebal.

"Gue juga basket dulu cit, nanti pulang bareng kan?" Tanya rian yang sedang mengemas barang-barang nya untuk pulang.

"Mm, iya.. lo jan lama-lama kaya kemaren lagi ya yan. Gue gak mau pulang pulang ke rumah di marahin bunda.."

Ya, kemaren laura nunggu rian selesai rapat basket sampai jam 6 sore. Sampai ke rumah laura langsung dihadiahi dengan omelan-omelan khas ibu-ibu zaman sekarang.

"Hehe.. iya deh cit gak lagi." Rian nyengir-nyengir gak jelas.

***

Sekarang tinggal mereka berdua yang ada di kelas. Ini sudah menjadi aktivitas mereka sebelum latihan. Mereka pasti beristirahat dulu di kelas.

Laura menepuk jidat nya, dia lupa kalo dia mau ngajak marsya buat ikut cheers.

"Mati gue yan! Gue lupa ngajak marsya ikut cheers?! Dia masih ada di sekolah gak ya?" Tanya laura khawatir

"Kayanya masih deh cit, mau gue aja yang nyariin?" Alis rian naik sebelah. Seperti mengisyarat kan kalo dia mau melakukan sesuatu.
"Lo mau modus ya?" Tanya laura kesal.

"Emang, gue suka lihat muka nya. Manis banget." Jawab rian santai.

Deg

Laura serasa jatoh dari tebing tinggi. Rasa itu datang lagi, rasa tidak suka, rasa penolakan atas fakta itu, fakta kalo rian menyukai perempuan itu.

"Gue aja deh yan. Lo tunggu disini aja okey?" Laura langsung berlalu pergi tanpa mendengarkan ocehan rian di dalam kelas nya.

***

Ya, marsya belum pulang. Kayanya dia masih nunggu jemputan nya. Laura langsung berlari kecil menuju marsya. Dan sangat sangat memalukan, ketika laura sedang berlari dia malah terjatuh karena tali sepatu nya yang belum dia ikat.

Sontak dia langsung menutup mata takut akan rasa sakit yang pasti akan terasa ketika jatuh. Tapi tidak, laura tidak merasa sakit sama sekali. Dia merasa ada yang dia tindih.

Laura membuka mata nya pelan-pelan sampai dia menemukan Rian yang posisi nya sudah di tindih oleh badan ideal laura. Mata laura membulat sempurna ketika melihat adegan ini sekarang, secepat kilat dia berdiri dan membantu Rian berdiri.

"Lo tuh ya, makanya dengerin gue dulu tadi.." Rian sudah marah-marah dengan laura.

"Hehe.. habis gue buru-buru banget yan.." cengiran laura dengan mata berbinar nya tidak bisa di elakan oleh rian.

"Ya udah, ayo masuk kelas aja." Rian menarik tangan laura. Tanpa rian sadari pipi laura sudah merah padam karena blushing?

Sejak kapan laura jadi sering blushing gini?

"Tapi yan, marsya?" Tanya laura

"Nanti aja napa cit, tuh liat. Lutut lo lecet bedarah gitu.." ujar rian yang menunjuk lutut laura dengan dagu nya.

Saat itu juga laura merasa sakit yang amat sangat. Nyeri dari luka itu sampai melemaskan kaki nya. Dia memang jarang sekali luka.

"Lah, lo lebay banget sih cit. Cuman luka gitu aja lemes nya kaya luka sampai ke tulang.."

"Lemes gue yan, lihat darah nya."
Seketika semua nya gelap. Tidak ada lagi yang dilihat laura dan dia kehilangan kesadaran nya.

***

Laura mengerjapkan mata nya. Rasa nyeri langsung melanda sekitar lutut nya.

"Buset gila!! Sakit bangett!!" Teriak laura.

"Astagfirullah cit, lo bisa kan ngomong biasa aja..penging telinga gue denger nya." Ujar rian yang sedang membersihkan luka laura.

"Gue pingsan ya yan? Siapa yang bawa gue kesini?"

"Ya gue lah, habis ini lo harus tanggung jawab pijetin gue. Encok nih badan gue.." ujar rian dengan senyum jahil nya.

"Najong ew yan. Sono minta pijetin sama Robi aja." Ujar laura geli.

"Hahaha.. iya iyaa.. lo di tungguin sama anak-anak cheers tuh cit. Bisa jalan gak?"

"Bisa kok. Ayok.."

Tanpa laura sadari dia menggandeng tangan rian dengan lembut. Saat itu juga rian merasakan rasa nyaman.

But, wait. Kok marsya ada disana? Dan kelihatan sudah akrab dengan teman-teman cheers nya? Laura merasa ada yang tidak beres dari marsya.

"Hayy guys.. sorry ya gue telat.." ujar laura dengan senyum nya.

"Lo kok pincang sih la? Bisa latihan gak?" Tanya Tania songong.

Ya, Tania Larasati. Orang yang paling tidak menyukai laura. Karena posisi ketua cheers selalu ada di tangan laura bukan dia.

"Bisa kok tan, santai aja kali." Ujar laura dengan senyum ramah nya.

"Eh ada marsya, di Kalimantan ikut cheers juga ya?" Tanya laura ramah lagi.

"Hm, iya la. Gue ikut cheers juga. Gue juga ketua cheers di sana." Jawab marsya lebih ketus.

Lebih ketus?

Benar pemikiran laura ada yang tidak beres disini.

***

Setelah latihan selesai, laura berjalan di koridor sekolah menuju ruang ganti. Dia tidak sadar kalo di belakang ada marsya dan tania yang juga ingin mengganti baju mereka. Bukan hanya ingin mengganti baju, mereka juga ingin menjalankan misi mereka.

Laura terlalu asik berjalan dengan telinga yang disumpal earphone nya. Sampai dia tidak melihat ada lubang tanah di depan nya.

Dengan spontan laura berteriak karena kaki nya sudah tenggelam di dalam tanah penuh lumpur itu. Dengan senyum miring mereka, marsya dan tania berjalan menuju laura dan pura-pura khawatir.

"Cit! Lo kenapa?" Dari depan laura bisa melihat rian yang berlari ke arah nya.

"Gak papa yan, cuman gak sengaja ke injak aja.." ujar laura yang masih sibuk dengan kaki nya.

"Lo kan tadi luka cit?! Sini gue gendong aja." Rian berjongkok setelah itu menggendong laura pergi ke UKS tanpa memperdulikan marsya dan tania di sana.

'Rian gak ngeliat marsya sedikit pun? Rian gak lirik marsya?'

Vote nya jan lupa yaa..
Ngepost 4 part sekaligus hari ini.. wkwk

RequestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang