Chapter 2

2.9K 175 2
                                    

Adara merebahkan dirinya di kasur king size di kamar ini. Dia terus memikirkan rencana untuk keluar dari sini. " Ya tuhan. Tolong aku. Aku harus gimana coba." Adara beranjak dari kasur dan mengitari kamar ini. Melihat-lihat benda apa saja yang bisa di pakai untuk kabur. Dimulai dari melihat lemari dan tercengang begitu melihat isi lemari penuh dengan gaun bergaya kerajaan. Lalu Adara pergi ke kamar mandi.

" Ish! Gak jelas banget gue nyari alat kabur tapi pergi ke kamar mandi. Golok mana sih golok? Gue bunuh diri aja deh. " Adara terkesiap dengan perkataannya untuk bunuh diri. " Ish! Tuh kan. Gue mulai ngaco nih. Kayaknya gak keren banget gue mati disini. Mending gue mati keselek air deh."

' Adara bego. Masa kerenan mati keselek air. Gue mah mau nya mati yang kerenan dikit gitu.' Batin Adara.

Adara kembali merebahkan dirinya di kasur. Adara menatap langit-langit kamar dan melihat ke lain tempat. Dia terus berpikir, mata nya menelusuri setiap sudut ruangan bahkan benda-benda di ruangan pun dia teliti dengan benar. Adara melihat ke arah tiang-tiang tempat tidur, dia menyeringai seketika.

" Aha ! Kenapa gak kepikiran daritadi sih. Kain ini kan bisa dipake buat kabur." Adara melepas satu persatu kain yang berjuntai yang memperindah tiang-tiang tempat tidur.

Adara mengikat tali itu satu persatu dan mengencangkan ikatan talinya. Lalu setelah terikat semua, Adara mengikat kainnya di kaki tempat tidur. Adara melemparkannya keluar membiarkan kain itu menjuntai ke bawah.

" Tarik nafas, buang. Tarik lagi, buang. Adara pasti bisa. Pasti. " Ucap Adara menyemangati diri nya sendiri.

Adara mulai menuruni kain itu. Dan, hup.

Adara melompat, merasakan sensasi menyenangkan saat kaki nya sudah menginjak tanah. Dia tersenyum kesenangan dan berbalik.

" Aku berha-" Ucapannya terpotong, ketika pandangan matanya menatap sosok pria yang sangat ia kenal, Dev. Dev berdiri di hadapan Adara dengan kedua tangannya terlipat di dada. Dev memandang Adara dengan tatapan yang menyiratkan kalau dia marah dengan Adara. Adara menelan ludah gugup, takut dengan Dev.

Dev menatap nya tajam, " Mencoba kabur, hah?" Tanpa menunggu jawaban dari Adara, Dev langsung menarik Adara dengan kasar.

" Ish, lepasin. Sakit tau. Dasar orang gak berperi kemanusiaan. " Sungut Adara kesal.

Dev berhenti dan menatap Adara tajam. " Aku memang bukan manusia. Aku vampire. " ucap Dev yang langsung berjalan kembali. Dan entah kenapa Adara yang berisik menjadi diam. Mungkin tak berminat membuat Dev semakin marah.

Adara terus mengumpat dan memakinya di sepanjang perjalanan menuju kamarnya. Sampailah mereka di depan kamar Adara. Dev menggeret nya masuk dan menutup pintu kamar Adara. Tapi sebelum keluar dari kamar Adara, Dev berucap, " Jangan mencoba kabur lagi Adara."

" Aaargh, apa sih yang ada di pikiran dia. Apa salah nya coba, namanya juga dalam nyawa terancam masa gue gak kabur. Kan gue masih belum tau mereka itu orang baik apa enggak. Siapa tau aja mereka pembunuh berantai. Isshh! Ngeselin benget sih. Nyesel hidup gue. " Ucap Adara frustasi.

Adara yang kesal pun akhirnya tertidur pulas.

*****

" Lily, aku mencintaimu."

" Aku juga mencintaimu Dev." Perempuan bernama Lily langsung menggenggam tangan Dev, lalu ditaruhnya tangan itu di pipi nya. Dev tersenyum dan membelai rambut Lily dengan tangan satu nya.

" Jika takdir berkata lain, tolong terima kenyataan itu." Ucap Lily menatap Dev nanar. " Kita akan selalu bersama Lily. Selalu. Selamanya. " Raut wajah Dev berubah sedih.

Zaasshh..

Adara terbangun dari mimpi nya dengan napas yang tidak teratur. Dia menelengkupkan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu mengusapnya kasar.

" Mimpi yang aneh. Kenapa bisa ada Dev disitu dan seperti nya nama Lily tidak asing deh. " Adara beranjak dari kasur menuju Kamar mandi.

Adara berdiri di depan lemari, masih menggunakan handuk yang melingkar di tubuhnya dan rambut basah yang tergerai. Adara menatap bingung ke dalam lemari.

" Gue mau pake baju apa coba. Celana jeans gak ada, kaos gak ada, Ih ribet amat dah kayaknya. Gue pake apa coba. Masa pake gaun, yang bener aja kali. " Adara mengeluarkan gaun itu lalu memasukkannya lagi.

Tok Tok Tok

" Siapa ?" Teriak Adara dari dalam kamar.

" Lucas. " Saut orang dari luar.

" Eh, jangan masuk. Bentar. " Teriak Adara panik.

" Iya."

" Ngapain kesini. Ganggu tau gak sih." Kata Adara yang menyembulkan kepalanya melalui celah pintu yang ia buka sedikit.

" Emang kamu ngapain sih. Udah jam makan malem. Yuk keluar. " Ajak Lucas yang menyentil dahi Adara pelan.

" Issh! Apaan banget sih pake nyentil nyentil segala. " Adara mengusap ngusap dahinya. Adara teringat sesuatu kalau dia gak akan bisa keluar kalau dia aja gak pake baju. Tapi Adara lapar, cacing cacing di perut nya sudah meronta-ronta minta diisi. " Lucas, gue pake baju apaan dong. Gak ada celana jeans sama kaos apa? Gue baru mandi nih belom pake apa apa."

" Ya pake gaun lah, sayangkuuu. Masa pake handuk. Kamu mah kebangetan banget deh otaknya. " Gemas Lucas. Adara kesal.

" Pake gaun ? Gak ada yang lain apa ? Males banget deh. Pasti gerah terus gaunnya berat." Protes Adara yang mendapat jitakan jitu dari Lucas.

Adara meringis, " Bisa gak sih gak usah nyentil, gak usah jitak pala gue juga."

" Iya, iya. Sayangku, cintaku, honey bunny nya Lucas, kamu itu kan model kenapa gak suka pake gaun. Harusnya kan kamu udah biasa. " Adara menatap Lucas mencurigakan.

" STALKER FANS! " jerit Adara. Lucas membekap mulut Adara menggunakan tangannya.

" Shhhtt, diem. Aku bukan stalker fans. Kamu kan model pasti sering masuk majalah. Pasti semua orang juga kenal kamu." Lucas melepas tangannya yang membekap mulut Adara.

" Oh iya ya, yaudah gue mau pake baju dulu. Tunggu sini bentar." Adara menutup pintu nya dan menyisakan Lucas yang terdiam di depan pintu. Menggeleng pelan melihat tingkah laku calon istri dan juga calon ratu kaumnya.

Edited : 25 Juni 2016
#Simple plan_Boom

The Queen of Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang