8. Success ?

374 52 3
                                    

Attention : Understand every word. Because, it could be a code. This is the difference thriller and romance stories.

€€€

"Hyung, kau jaga sebelah sana." Sehun menunjuk sudut ruangan itu.

Saat ini mereka telah sampai di perusahaan itu, tanpa ketahuan tentunya. Luhan menjaga pintu depan dan Chanyeol bersembunyi dibalik meja kerja target mereka itu. Memang sekarang bukanlah malam, tapi inilah waktu yang tepat. Begitu ucapan Luhan pada mereka berdua sejam yang lalu.

Tap.. tap.. tap..

"Dia datang." Luhan berucap pelan.

"Kau yakin dia sendiri hyung ?" Tanya Sehun menatap Luhan.

"Tentu saja, ini baru jam 5 pagi. Tak akan ada orang yang ke kantor pagi-pagi begini kecuali ahjussi itu." Luhan memegang erat tali yang akan digunakannya untuk mencekik namja itu.

Tap.. tap.. tap..

Langkah semakin mendekat, baik Luhan maupun kedua namja itu memandang pintu depan was was.

Krek

"Ah, pagi yang ding- akh.." Namja itu meronta, Luhan berhasil mencekik namja itu dan sekarang sedang berusaha untuk menghentikan berontakan namja itu.

"Cepat bantu aku !" Sehun dan Chanyeol keluar dari persembunyiannya dan menatap namja itu.

"Oh, jadi ini ? Selingkuhannya eomma Ketua ?" Chanyeol berucap, namun pisau yang berada ditangannya bermain indah dengan gerakan seirama dengan langkah kakinya.

"Le.. lepas.. kan.." Namja itu memegang lehernya guna ingin melepaskan tali yang melingkar dilehernya. "Si.. siapa.. akh.. siapa.. kali.. an.."

"Kami ? Kami adalah malaikat mautmu." Sehun berucap, seperti biasa itulah kata-kata yang selalu diucapkan oleh mereka saat korbannya bertanya.

"Apa.. yang.. ka.. lian.. ingin.. kan ?" Luhan kembali menarik lebih keras.

"Nyawamu." Chanyeol bersmirk, yang membuat namja tadi seakan nyalinya menciut.

"Bersiaplah."

"Akh.." Namja itu menjerit keras saat Chanyeol menusuknya tepat di jantung. Namja itu tersungkur setelahnya.

"Kau.. cepat sekali kau membunuhnya." Luhan mencibir kearah Chanyeol.

"Aku hanya muak melihat wajahnya itu." Muak karna aku pernah merasakan hal yang sama, muak karna melihat namja yang seperti itu. Chanyeol tersenyum sinis.

"Baiklah." Luhan pasrah. "Kajja kita pergi, kita harus membawa mayat ahjussi ini."

"Shireo ! Kenapa kau membawanya ?" Kali ini Sehun yang bertanya.

"Lihat tangan kalian. Kalian lupa kalau kalian tidak memakai sarung tangan ?" Luhan menunjuk tangan Chanyeol dengan dagunya. "Aku juga lupa memakai sarung, maka dari itu lebih baik kita bawa ahjussi ini, dan kita bersihkan jejak kita ditubuhnya di mobil nanti."

"Ah, ne. Kau benar hyung." Sehun mendekat dan mulai memegang bagian badan namja itu. "Aish, cepat bantu aku hyung."

"Hm.." Chanyeol mendekat dan begitupun Luhan. Mereka mengangkat mayat itu menuju mobil mereka dengan melewati pintu belakang tentunya.

"Sisa darah itu bagaimana ?" Tanya Chanyeol menatap darah yang menggenang di lantai putih bersih itu.

"Biarkan saja, itu adalah bukti kalau ahjussi ini sudah mati."

End Of A Gripping Midnight [EXO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang