"Pilot?" Prilly bertanya meyakinkan. Wajahnya memperlihatkan ekspresi tidak percayanya. Prilly menghentikan langkahnya menunggu jawaban dari Ali.
"Iya," balas Ali.
Mendengar jawaban Ali membuat Prilly tertawa, lebih tepatnya tertawa meremehkan.
"Lo pikir gue percaya? Cara lo ini udah basi tau gak, lo fikir gue bakal kagum gitu karna pekerjaan lo keren? Tampang kayak lo itu cocoknya jadi sopir kopaja tau gak. Jadi gak usah ngibulin gue," ucap Prilly kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan Ali.
Ali terkekeh kecil mengingat ucapan Prilly. Sopir kopaja? Prilly adalah orang pertama yang tak percaya bahwa ia pilot. Ali akhirnya melanjutkan langkahnya mengikuti Prilly. Lagi pula tak masalah pagi Ali jika Prilly tak percaya pekerjaannya.
Ali dan Prilly harus menempuh perjalanan yang cukup panjang untuk sampai ke Indonesia. Prilly dan Ali duduk bersebelahan di dalam pesawat. Selama di dalam pesawat, Prilly hanya diam. Pandangannya kosong memanda keluar jendela pesawat.
Ali memperhatikan Prilly dari samping. Cantik. Satu kata itu yang kini terlintas dalam benak Ali. Namun Ali merasa bahwa wanita di samping sedang memiliki banyak pikiran maupun beban. Bahkan selama ia tinggal bersama Ali di apartemen, Ali tak jarang melihat Prilly termenung sendiri.
Ali merasa aura dingin sangat mendominasi gadis ini. Sangat berbeda dengan Ali yang begitu hangat. Ntah kenapa Ali rasanya ingin membagi aura hangat ia punya.
"Kalau kamu ngantuk, tidur aja," ucap Ali. Prilly hanya diam tak bergeming.
Merasa tak ada jawaban, Ali pun memutuskan untuk diam dan mulai memejamkan matanya. Agak asing rasanya duduk di bangku pesawat karna biasanya ia yang membawa pesawat menembus awan. Sebenarnya sangat sulit bagi Ali meninggalkan Amsterdam. Meninggalkan karirnya sebagai seorang Captain pilot yang bisa dibilang sedang ada di puncak karirnya. Namun rasa ingin kembali berkumpul dengan ibu dan kakaknya membuat Ali harus kembali ke negaranya. Lagi pula Ali sudah mendapat panggilan kerja di salah satu maskapai dengan status Captain yang tetap.
Saat masih asik dengan pikirannya sembari terpejam, tiba-tiba Ali merasa ada sesuatu yang mengenai pundaknya. Ali membuka matanya kemudian menoleh pundaknya yang kini sedang menopang sesuatu. Ali tersenyum saat melihat Prilly yang sudah tertidur dengan bersandar di pundaknya. Nafas gadis itu terdengar teratur, wajahnya terlihat begitu damai. Ali kembali memejamkan matanya dan menyusul Prilly ke alam mimpi.
***
Ali dan Prilly kini sudah sampai di bandara Soekarno Hatta. Ali mengetik sebuah pesan di ponselnya sementara Prilly sedari tadi mengedarkan pandangannya. Mata Prilly tampak berbinar saat melihat orang yang ia cari.
"Mommy," suara pekikan itu membuat Prilly langsung merentangkan tangannya menunggu jagoannya yang sedang berlari menghampirinya.
Ali memperhatikan anak kecil yang sepertinya umurnya sekitar 4 atau 5 tahun itu sedang berlari dengan tawanya. Saat sudah berada dihadapan Prilly, Prilly langsung membawanya kedalam pelukan Prilly dan menggendongnya.
"Haii jagoan mommy, mommy kangen banget," Prilly memeluk putranya erat.
"Zidan juga kangen mommy," balas Zidan memeluk mommynya tak kalah erat.
"Apa kabar lo Prill?" Prilly menoleh pada Lala sahabatnya yang sedari tadi mengikuti Zidan.
"Gue baik. Sorry La udah ngerepotin," sesal Prilly. Lala yang mendengar hanya menggeleng pelan.
Pandangan Lala terhenti pada Ali yang hanya memilih diam karna ia tak tau apa-apa sekarang. Namun saat Lala menatapnya ia langsung memberikan senyumnya membuat Lala menjadi salah tingkah. Bagaimana tidak, pria dihadapannya kini sangat tampan dan senyumnya begitu meneduhkan hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/69546189-288-k115050.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Captain
RomanceAlasan klise ketidak sengajaan membuat dua orang berbeda karakter ini bertemu. Namun ternyata itu bukan pertemuaan pertama dan terakhir mereka, namun merupakan awal dari pertemuan mereka selanjutnya hingga kisah itu pun dimulai.