Kait Puisi 1
***
Bagaikan dua tebing yang terpisah
Kau dan aku kokoh berdiri,
Bertemakan jarak yang rentangnya memisahkan
Kita pernah berdiri pada ruang yang sama,
Bersama hening ilusi kenyamanan
Namun nyaman, hanyalah hawa yang disertakan angin dalam sepoinya.Jika pada jarak angin bernyanyi,
Maka biarkan hati kita yang mengucap sendu dan rindu,
Dengan kata-kata tanpa aksara,
Bungkam menyiksa, merintih, mengais harapan
Jikalau bisa, ingin rasanya hati ini mengirim surat rindu
Surat yang kutitipkan pada hembusan angin sepoiMelirik rindu, jiwa menjadi hampa
Luka menganga, meninggalkan bekas tak kasat mata
Bahagia, seolah hanya kata tanpa makna
Luka, terlalu nyata menjadi selimut jiwa yang kosongJika jarak hanya sebuah kiasan,
Mungkin mudah bagi kita untuk mengelak
Tapi jarak ini adalah siksaan kenyataan yang membentangSurat terakhir tersimpan di laci
Bersama hujan dan gugus bintang
Juga rangkum sejarah cangkir kopi tempat bibir kita sering bertemu.