Say Yes (Woozi Ver)

192 20 17
                                    

Author : Yunietananda
Main Cast : Lee Jihoon / Woozi (Seventeen), Seo Myunghee (OC)
Other Cast : Other Member of Seventeen and OC
Genre : Family, Sad, AR, Hurt/Comfort
Length : Ficlet
Rating : T

Disclaimer : Member Seventeen mutlak milik diri mereka sendiri, keluarga, dan Pledis Ent. OC dan Alur Cerita hasil pemikiran Author. Jikapun terdapat kesamaan merupakan unsur ketidak sengajaan. Tidak ada unsur ingin menjatuhkan, merugikan atau menguntungkan pihak manapun. FF ini murni untuk hiburan semata. Please don't be silent readers! Komentar, Kritik, Saran, Review dan Vote, Juseyo! Gomawo^^

||


Senja hari ini membawa bayangan seseorang kembali menghiasi benakku. Tergambar oleh alam bawah sadarku, sosok gadis belia sedang tersenyum sembari memejamkan mata, menikmati alunan musik yang sedang ku mainkan. Hayalanku terasa nyata kala angin bertiup melewati jendela kamar ini, seolah menerpa surai gadis itu.

Hampir 6 tahun berlalu, aku baru berkesempatan kembali kemari, bermaksud ingin bernostalgia. Namun, pada kenyataannya air mata ini justru jatuh membasahi pipiku. Kiranya rasa rindu akan sosok Yes Girl ini kian menyelimuti dan menyakitiku perlahan.

Yes Girl? itu merupakan ejekan yang ku berikan kepada gadis manis yang sangat berbakti serta patuh terhadap kedua orang tuanya. Bukankah itu sudah kewajiban bagi anak untuk patuh kepada kedua orang tuanya? Ya, itu benar. Tapi berbeda kasus dengan gadis kenalanku ini.

Seo Myunghee, adalah gadis belia yang sudah menghabiskan belasan tahun usianya hanya berada di dalam rumah, sesuai dengan perintah orang tuanya. Segala kegiatan belajar, bermain, bermusik, dia lakukan di rumah ini. Kesepian itulah satu-satunya yang dia keluhkan kepadaku. Selebihnya, dia bisa menerimanya.

Masih lekat dalam memoriku ekspresi bahagianya saat aku tiba dan mulai tinggal di rumah mewah ini. Ya, Seo Myunghee adalah putri dari orang tua angkatku. Keluarga yang membiayaiku hingga membuatku bisa berdiri di panggung seperti saat ini. Saking gembiranya, Myunghee sampai lupa akan sesuatu hal dan itu membuatnya harus terbaring di Rumah Sakit hampir sepekan lamanya. Aku yang shock dan merasa bersalah, terus menangis di samping tempat tidur gadis itu.

"Oppa, uljimayo! Nan gwaenchana." ujar Myunghee ketika siuman dan menyadari keberadaanku yang tengah menangis. Namun kalimat serta senyumannya semakin membuatku terisak.

Myunghee adalah satu dari sekian anak yang mengidap kelainan katup jantung sedari lahir. Menyadari akan hal itu, kedua orang tuanya sangat membatasi aktivitas Myunghee dengan dalih demi kesehatan putri semata wayang mereka. Dan gadis itu menerimanya dengan lapang dada, meski harus kehilangan masa kanak-kanak yang berharga. Sejak mengetahui hal tersebut, aku pun berjanji kepada diriku sendiri serta kepada orang tua angkatku untuk menjaga Myunghee dengan baik. Serta aku bertekad untuk menjadi teman sekaligus kakak baginya.

Dan aku memulainya dari hal yang paling mendasar yaitu bertukar cerita ataupun kenangan. Berawal dari sanalah Myunghee merasa haus akan ceritaku, dan selalu memintaku menceritakan semua yang terjadi padaku seharian itu. Seperti mendengarkan dongeng, Myunhee selalu antusias serta mendengarkanku dengan seksama.

Selain itu kami juga melakukan aktivitas lainnya seperti bermusik dan bermain. Tentu saja kami memainkan permainan-permainan yang tidak menguras banyak tenaga dan yang bisa kami mainkan di dalam rumah. Dari sanalah aku bisa merasakan betapa sedih dan tersiksanya gadis yang setahun lebih muda dariku itu.

.

"Oppa, permainan musikmu sangat bagus! Suatu hari nanti jadilah seorang Idola terkenal dan ciptakan lagu-lagu yang keren!" seru Myunghee suatu sore saat aku menyelesaikan permainan pianoku.

"Tidak semudah itu untuk menjadi seorang Idol. Aku harus bersaing dengan ribuan orang untuk masuk ke sebuah Agency. Lalu aku harus menjalani masa training yang sangat panjang, itu pun tidak menjamin bisa segera debut. Kemudian aku harus melakukan promosi yang melelahkan untuk menarik perhatian masyarakat. Dan yang paling berat, aku harus meninggalkan rumah serta keluarga ini dalam waktu yang tak di tentukan."

"Tapi aku ingin melihatmu berdiri di atas panggung, Oppa! Aku ingin semua orang bisa mendengarkan lagu ciptaanmu. Dan aku yakin kamu bisa melalui semua rintangan itu."

"Lalu bagaimana denganmu?"

"Aku akan menunggu dan menyemangati Oppa dari sini." ujar Myunghee dengan senyuman manis khasnya. "Berjanjilah bahwa Oppa akan mewujudkan impianku itu!"

"Baiklah! Aku janji!" sahutku dengan yakin.

.

"Oppa, aku sangat ingin jalan-jalan. Maukah Oppa mengajakku pergi ke pantai? Aku dengar ada festival layang-layang disana. Aku ingin sekali melihatnya, Oppa!" rengek Myunghee kepadaku.

Saat itu musim panas pertamaku sebagai Trainee di Pledis Ent, dan kebetulan hari itu aku pulang karena sedang mendapatkan libur.

"Tapi ... " Aku mencoba menolak permintaannya, namun puppy eyes yang di tunjukkan Myunghee membuatku tak tega. Dengan sejuta perasaan was-was, aku pun mengajaknya pergi ke pantai sesuai dengan ke inginannya.

Kekhawatiranku menjadi kenyataan kala tubuh gadis yang tengah asyik menerbangkan sebuah layang-layang itu jatuh ke pasir.

Derai air mata menemaniku selama menunggu proses operasi. Hatiku semakin teraa sakit saat kedua waliku memberitahukan kondisi terakhir dari Myunghee. Ya, operasi yang di jalaninya terakhir kali mengalami ke gagalan dan hal itu membuat kesehatannya semakin menurun. Andai saja aku tahu lebih awal, tak akan aku biarkan gadis itu kelelahan seperti tadi.

"Bertahanlah, sayang! Kamu pasti bisa melewatinya!" tutur Tuan Seo memberikan semangat kepada Myunghee.

"Mianhada, Appa. Kali ini aku tidak bisa menuruti kata-kata Appa. Aku sudah terlalu lama bertahan, aku lelah, Appa. Aku ingin istirahat." Untuk pertama kalinya aku mendengar sebuah penolakan dari mulut Myunghee.

"Oppa, maaf membuatmu melihatku seperti ini. Gomawo, Jihoon Oppa. Aku sangat senang bisa melihat pantai serta bermain layang-layang bersamamu untuk pertama kalinya." Ucapan itu membuat hatiku tersayat, aku hanya diam dan memalingkan muka. Aku tak kuasa melihat tubuh ringkih itu menahan kesakitannya.

"Appa, Eomma, tolong pastikan Jihoon Oppa berdiri di panggung yang besar dengan benar! Aku akan melihat impiannya yang juga impianku terwujud dari alam sana. Jangan sesali kepergianku, karena aku sangat menyayangi kalian semua." Ungkap Myunghee sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

.

Hari ini, tepat di hari Seventeen -Boygroup di mana aku termasuk salah satu anggotanya- mendapatkan kemenangan pertama di sebuah acara music show, aku menangis sejadi-jadinya. Lantaran di hari yang sama, 6 tahun yang lalu, gadis itu menutup mata selama-lamanya. Aku berharap, Myunghee bisa melihat semua ini dari atas sana. Beberapa tahun yang lalu aku sudah berkata Ya dan terikat janji padanya, kini aku pun berjuang untuk mempertanggung jawabkan serta mewujudkan ucapan itu.

'Terima kasih sudah menyemangatiku sejauh ini, Seo Myunghee. Meski ragamu tak dapat lagi ku lihat, namun senyuman serta harapan-harapanmu masih melekat dalam ingatanku, dan akan terus menjadi inspirasi serta semangatku dalam bermusik. Sekarang kamu bisa tersenyum melihat kami dari sana kan?'

-FIN-

A/N : Omaya! The Absurd One >.< Joesonghabnida, reader-deul! Mood ku belum sepenuhnya balik nih, tapi hasrat untuk nulis besar banget. Alhasil terciptalah FF ini. Ok, ku tunggu coretan kalian di kolom komentar ya! Gomapta!^^

By. Yunietananda
05.05.2016


Say Yes Series (SVT FF) *Slow Update*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang