Author : Yunietananda
Main Cast : Jeon Wonwoo / Wonwoo (Seventeen), Ahn Yaerim (OC)
Other Cast : Other Member of Seventeen and OC
Genre : Hurt/Comfort, Slight of Life
Length : Ficlet
Rating : TDisclaimer : Member Seventeen mutlak milik diri mereka sendiri, keluarga, dan Pledis Ent. OC dan Alur Cerita hasil pemikiran Author. Jikapun terdapat kesamaan merupakan unsur ketidak sengajaan. Tidak ada unsur ingin menjatuhkan, merugikan atau menguntungkan pihak manapun. FF ini murni untuk hiburan semata. Please don't be silent readers! Komentar, Kritik, Saran, Review dan Vote, Juseyo! Gomawo^^
||
Nama-nama makanan dalam buku menu yang sedang kubaca ini terasa memuakkan bagiku, terlebih melihat harga yang tertera disana. Gajiku selama seminggu hanya mampu membeli semangkuk jenis sup berukuran kecil. Makan di tempat mewah seperti ini bukanlah style dan kebiasaanku. Hanya saja laki-laki di depanku ini adalah seorang pemaksa serta arogan. Maka, disinilah aku berada, menghabiskan akhir pekan di Restoran berbintang 5.
Lebih dari 3 menit kami hanya berjibaku dengan kesunyian. Jika saja seorang waitress tidak menghidangan menu pembuka di meja kami, mungkin pria berkacamata bundar itu masih asyik dengan majalah bisnis yang di bacanya sejak menungguku. Aku baru menyadari satu hal sekaligus menjadi pertanyaan besar di benakku. Bagaimana bisa aku bertahan dengan namja ini selama hampir 8 tahun? Ya, waktu yang cukup lama untuk berbagi kasih.
Aku menatap Jeon Wonwoo, nama namjachingu-ku itu lekat-lekat. Tak ada yang special darinya kecuali paras tampan itu. Tapi, apa yang membuatku dulu sangat mencintainya? Wait! Dulu? Apa sekarang tidak? Entahlah, kurasa hatiku mulai berubah.
8 Tahun yang lalu, entah setan apa yang membuatku begitu tergila-gila pada sosok pendiam ini. Setiap kali dia melintasi ruang kelasku, aku selalu berharap bahwa dia akan menoleh ke arahku yang sengaja duduk di bangku paling depan yang dapat di lihat dari luar kelas. Ya, saat itu hatiku bakal berdebar gencang, terlebih saat siswa bernama Wonwoo itu benar-benar menoleh kearahku.
Waktu itu hanya aku yang mengidolakannya, lantaran semua siswi sudah muak dengan sikap acuh dan dingin khas Wonwoo, namun bagiku itu sangat keren. Hingga suatu hari dia bernyanyi di acara pentas seni sekolah dan berhasil membuat para siswi meneriakkan serta memuja-muja suaranya yang merdu. Sedangkan aku hanya mendengus kesal melihat tingkah siswi-siswi munafik tersebut.
"Ahn Yaerim-ssi, kelas 1-06, maukah kau menjadi kekasihku?" suara berat itu sontak mengheningkan seluruh sekolah, terutama aku yang mematung di depan panggung, tempat namja itu berdiri. Dan saat itu aku hanya mengangguk dengan rona merah seperti tomat, tidak! mungkin merah seperti kepiting rebus mewarnai wajahku. Itu suatu pernyataan cinta yang romantis sekaligus memalukan yang pernah aku terima selama hidupku.
Kemudian hari-hari kebersamaan kami terlewati dengan amat canggung. Kami memang berkencan layaknya sepasang kekasih kebanyakan, menonton film, pergi ke taman hiburan, dinner berdua, liburan bersama, ataupun sekedar lari pagi di sekitaran Sungai Han. Namun sekali lagi, keheningan dan kikuk selalu mewarnainya meski telah berjalan bertahun-tahun lamanya.
Pernah beberapa kali aku marah padanya, dan dia meminta maaf dengan cara yang berbeda, menurutku. Wonwoo tak pernah membawakanku se-bucket bunga, atau mengirimiku hadiah. Dia hanya datang ke rumahku, menemui kedua orang tuaku untuk meminta ijin bertemu denganku, lalu mengatakan hal-hal seperlunya saja kepadaku, kemudian pulang. Simple! Dan selalu seperti itu kala aku merasa dongkol lalu berhenti bicara padanya.
"Apa kau menyukai makanannya, Yaerim-ssi?" Akhirnya namja ini mengajakku bicara juga setelah kami hampir selesai menyantap dessert yang tersaji. And see? Sejak 8 Tahun yang lalu dia selalu memanggilku Yaerim-ssi, bukan Yaerim apalagi Chagi.
"Aniyo. Ini terlalu mahal bagiku." celetukku asal.
"Hmm baiklah, untuk selanjutnya silahkan pilih tempat yang kau suka." sahut Wonwoo dengan nada datar.
"Wonwoo-ah, ada yang ingin ku sampaikan padamu."
"Na tto. Tapi, silahkan kau bicara terlebih dulu."
"Mworagu?" tanyaku penasaran.
"Nanti saja, setelah kau menyampaikannya sesuatu itu padaku."
"Baiklah!" sahutku sembari menarik napas panjang, "Wonwoo-ah, mari kita putus!" ungkapku setelah mengumpulkan segenap keberanian serta tenaga. Kini aku menangkap raut wajah terkejut Wonwoo untuk pertama kalinya.
"Are you sure?" tanya namja itu dingin.
"Yes." jawabku singkat.
"Baiklah, aku mengerti." ujar namja itu sembari merogoh kantung mantelnya yang bertengger di sandaran kursi. "Kalau begitu, anggap saja ini hadiah terakhir dariku. Maaf jika selama ini membuatmu merasa tidak nyaman saat bersamaku." tukas Wonwoo meletakkan sebuah kotak berukuran kecil di atas meja.
"Aku sangat menyukaimu, Yaerim-ssi. Tapi aku tidak bisa memaksamu untuk tetap bersamaku. Meski aku berniat melamarmu, namun bila kau mengharapkan sebaliknya, maka aku tak bisa memaksamu. Karena itu akan membuatmu terluka. Terima kasih untuk kesabaran dan kenangan yang kau berikan selama ini. Semoga kau bahagia." Baru saja Wonwoo mengatakan kalimat terpanjang selama aku mengenalnya.
Aku masih duduk termenung menatap punggung yang menjauh itu, dan saat ku buka kotak tersebut, ternyata dua buah cincin berlapiskan diamond tertata rapi di dalamnya dengan secarik kertas bertuliskan 'Will you marry me?'. Air mataku membanjiri wajahku seketika. Kini aku menyesali keputusanku.
Ada nyeri yang ku rasakan saat sosok itu berpaling dariku, ternyata perasaanku masih sama seperti 8 Tahun yang lalu. Hanya saja aku yang teramat bodoh untuk menyadarinya. Harusnya ku biarkan Wonwoo bicara terlebih dulu, seharusnya aku mendengarkannya. Sekarang aku sudah menyakitinya, menorehkan luka dihatinya. Apalagi yang ku ingin kan? Wonwoo benar-benar mewujudkan keinginanku, yaitu menjauhiku dan apa yang terjadi? Ternyata aku sangat terpukul dan kian terluka.
Kebodohanku hari ini pasti akan ku ingat sampai ku mati, kenapa? Karena aku membiarkan orang yang tulus mencintaiku tersakiti oleh keegoisanku, yang ternyata justru berbalik menusukku juga.
Andai suatu hari nanti Tuhan memberikanku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan hari ini, aku akan menanyakan hal yang sama seperti yang seharusnya Wonwoo tanyakan padaku. Dan bila hari itu tiba, aku berharap dia akan menjawab "Yes, I Will". Tapi, masih adakah kesempatan untukku? Dan layakkah aku mendapatkan kembali cintanya?
-FIN-
A/N : Eotte? Hmmm Gaje kah? Absurdkah? Kurang Ngefeelkah? Mianhae. Authornya sedang mengalami cidera saat menulis ini, jadi pengennya cepet selesai aja. Sekali lagi maafkan ya, readers-deul. Don't forget leave a Coment, Review and Vote. And Don't be silent readers, please! Thank You.
By. Yunietananda
03.05.2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Yes Series (SVT FF) *Slow Update*
Fiksi PenggemarAuthor : Yunietananda Cast : All Member of Seventeen Genre : Romance, Fluff, Friendship, Hurt/Comfort, Sad, Frindzone, School Life, (Random) Rating : T Lenght : Ficlet - Oneshoot Kali ini aku akan menulis cerita tentang ke tiga belas cowok ganteng...