Ninth : Offer

344 42 0
                                    


"Arinta Vellecia Nugraha"

Bu Bella memanggil nama Arin sebagai tanda sekarang giliran Arin untuk praktek bermain alat musik. Arin pun duduk di kursi grand piano SMA Galaksi. Arin sangat nervous karena ia tak biasa bermain piano di depan orang banyak, ya walaupun hanya teman sekelasnya plus Bu Bella saja.

Arin pun menutup matanya, mengambil nafas dan dihembuskannya pelan pelan. Ia pun membuka matanya dan meletakkan jari jari mungilnya diatas tuts tuts piano. Lalu ia mulai menekan tuts itu. Detingan piano mulai terdengar. Arin membawakan lagu Nocture milik Chopin. Beberapa anak ikut terhanyut dengan alunan melodi yang terdengar.

Beberapa menit Arin bermain, akhirnya lagu itu selesai. Terdengar riuh suara tepukan tangan dari teman teman Arin sekelas termasuk Bu Bella.

"Bagus sekali Arin, kamu sangat berbakat" puji Bu Bella pada Arin dengan semangatnya.

"Terima kasih, Bu" ucap Arin senang lalu berjalan ke arah ketiga sobatnya.

"Rin, lo keren banget sumpah" puji Citra sambil menggoyang goyangkan lengan Arin.

"Lebay lo. Berhenti kali, Cit" ucap Arin sambil memutar bola matanya.

"Tapi emang lo keren Rin" kali ini Donny yang berpendapat.

"Iya, Rin. Gue setuju tuh" Timpal Ronal menyetujui.

"Iya deh. Makasih ya monyet monyet ku" ucap Arin sambil cengengesan. Satu jitakan pun mendarat mulus di kening Arin.

"Balik yok! Udah selesai juga kan?" ajak Ronal pada ketiga temannya.

"Yuk" Ucap Citra dan Donny berbarengan. Tapi Arin tidak mengiyakan ajakan Ronal.

"Gue masih mau disini. Masih betah gue" ucap Arin sambil tersenyum manis. Arin memang merasa sangat nyaman di ruang musik. Ruang musik menjadi salah satu tempat favorit Arin di Galaksi, selain kantin.

"Oh yaudah deh kita duluan ya Rin" ucap Citra. Lalu mereka bertiga pun keluar ruang musik. Begitupun dengan teman sekelas Arin. Bu Bella pun juga sudah pergi meninggalkan ruang musik. Dan sekarang hanya menyisahkan Arin, sendiri.

♪♪♪

Arin mengambil salah satu gitar accoustic yang tertata rapi di dekat lemari ruang musik. Setelah mengambil salah satu gitar, ia duduk di sebuah sofa yang ada di ruang musik. Suara petikan senar gitar mulai terdengar. Dan suara indah Arin juga mulai terdengar.

Belum sempat lagu yang Arin nyanyikan berakhir, mendengar suara pintu ruang musik terbuka. Setelah benar benar terbuka, Arin sekarang tau siapa yang membukanya.

"Rakha?" lirih Arin.

Ia mengerutkan keningnya. Melihat Rakha yang tiba tiba datang ke ruang musik. Ah,Arin ingat ia dulu pernah bertemu dengan Rakha di ruang musik. Dan itu yang membuatnya kena hukuman horor Bu Rosa.

Rakha menutup pintu ruang musik dan berjalan masuk kedalam. Ia duduk di sebuah kursi grand piano. Ia sama sekali tak menganggap keberaadaan Arin disana.

Arin pun menatap Rakha bingung. Rakha yang tiba tiba masuk ke ruang musik dan tak menganggap ada Arin disana. Lalu sekarang ia duduk di kursi piano.

"Emang dia bisa main piano?" gumam Arin pelan tapi Rakha bisa mendengar itu. Pendengarannya sangat tajam.

"Lo nantangin?" ucap Rakha tanpa menatap Arin yang membuat Arin kikuk mendengarnya.

"Buktiin aja kalo lo emang bisa" ucap Arin santai menantang Rakha.

"Oke" ucap Rakha singkat. Ia meletakkan tangannya di atas tuts tuts piano. Dentingan piano pun mulai terdengar. Dan Arin memperhatikannya.

SymphoyNo.9? Gila keren baget. Batin Arin.

Symphony No.9
Salah satu lagu klasik yang paling terkenal. Lagu yang bisa disebut menjadi karya tehebat bethoveen. Karena pada saat itu digubah oleh bethoveen pada saat dirinya dalam keadaan tuli sepenuhnya.

Oke back to Rakha.

Rakha begitu lihai memainkan tuts tuts piano. Jari jarinya bergerak kesana kemari menciptakan nada yang harmonis dan begitu indah terdengar. Arin sangat menikmati permainan Rakha. Matanya tak bisa lepas dari tubuh Rakha yang sedang bermain piano itu. Cukup lama Rakha memainkan lagu. Sampai akhirnya lagu itu berakhir sekarang.

Prok prok prok prok

Arin bertepuk tangan.

"Gila Rak itu tadi keren. Lo jago banget mainnya" Ucap Arin spontan, setelah Rakha bermai. Ia sangat kagum melihat permainan Rakha yang menurutnya lebih indah dari dirinya.

"Lebay" ucap Rakha singkat dengan muka datarnya.

"Gue nggak lebay. Itu emang bagus" ucap Arin jujur karena Rakha memang sangat bagus.

"Ntar malem ada acara gak?" tanya Rakha dengan nada datarnya, namun tak terdengar ketus atau dingin. Arin menatap Rakha dengan tatapan bingungnya. Ia pun mengangkat sebelah alisnya.

"Nggak ada kok. Kenapa?" tanya Arin. Rakha tidak menjawab pertanyaan Arin. Ia sekarang malah sibuk merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan sebuah kertas kecil berwarna silver dan menyodorkannya ke Arin. Arin pun menerima kertas kecil itu.

Arin membelalakkan matanya. Dan susah payah menelan ludahnya. Itu adalah tiket konser Richard Clyderman dengan kelas VIP. Arin memang tau pianis asal Prancis itu akan menggelar konser di Indonesia. Arin melupakannya karena memang harga tiketnya yang selangit. Dan sekarang Rakha memberi tiket itu. Tunggu, apa benar Rakha memberi tiket itu untuk Arin.

"Mana hp lo?" tanya Rakha, menyadarkan Arin.

"Buat apa?" Arin malah menanyai Rakha.

"Udah cepet" Ucap Rakha.

Terdengar nada memerintah disana. Arin pun mengeluarkan hpnya dari saku roknya dan memberikannya pada Rakha. Rakha mulai mengetik angka angka disana dan menekan tombol hijau, tak lama lalu menekan tombol merah.

"Kalo mau ntar kabarin. Gue jemput jam7 " ucap Rakha sambil menyodorkan hp Arin. Arin masih terdiam tak percaya. Rakha mengajaknya melihat konser Richard Clyderman.

Ini gue ga ngimpi kan? Rakha ngajakin gue nonton konser. Dan harga konser ini kan selangit. Batin Arin.

Rakha pun berdiri meninggalkankan Arin yang terdiam di sofa ruang musik.

Rakha ngasih gue tawaran emas. Pastinya gue...

♪♪♪

Hai gaess!! Update nih! Lagi libur soalnya. Btw habis ini belum ada konflik sih tapi konfliknya ntar aku cicil oke ;)

Gue suka banget ama lagunya Richard yang Mariage D'amour. Enak lo :)

Oke plis TBC. Maaf atas typonya. Thanks for reading. Vomment say ;) loveyou ;*;*;*

29 April 2016

Arinta's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang