Twenty Third : Fighting

302 30 2
                                    

Mulmed Nando.

"Rin bangun woii" teriak Aldy sambil menggedor gedor pintu kamar Arin. Masih belum ada jawaban penghuni kamar.

"Udah magrib woi, ngebo mulu lo" teriaknya lagi.

    Mendengar suara berisik Aldy, Arin merasa acara hibernasinya terganggu. Perlahan ia membuka matanya. Lalu mengucek mata coklat itu.

"Iya. Nih udah bangun" teriaknya dari dalam kamar. Setelah itu ia bangkit dari tidurnya dan mengumpulkan sisa sisa nyawanya yang masih belum utuh.

    Setelah nyawanya sudah terkumpul utuh, Arin segera mengambil handuk di lemarinya. Dan menuju ke kamar mandi.

    Sekitar lima belas menit mandi dan mengambil air wudhu, ia pun menunaikan sholat magrib.

     Setelah sholat, ia pun melipat mukenanya dan menaruhnya kembali di lemari. Setelah mencepol rambutnya, dengan kaos polos berwarna hitam dan celana jogger warna abu abu ia turun ke lantai bawah untuk makan malam bersama kakaknya.

     Di meja makan sudah ada Aldy dengan Mbok Sinah yang menyiapkan makan malam mereka. Arin duduk di sebelah Aldy kemudian mengambil piring putih dan mengambil rendang masakan Mbok Sinah. Arin pun mulai menyuapkan nasi plus rendang ke dalam mulutnya.

    Di sela sela acara makannya, Aldy memulai pembicaraan.

"Tumben pacar lo ga kesini?" tanya Aldy yang masih terfokus dengan Ayam rica ricanya.

"Pacar?" ulang Arin.

"Iya. Si Rakha" jawab Aldy enteng yang sukses membuat Arin tersedak.

"Orang pacar gue bukan Rakha juga" ucap Arin spontan. Sadar akan kebododohannya Arin menutup matanya dan mendesah pelan.

"Oh jadi lo udah punya pacar" tembak Aldy dengan seringaian nakalnya.

Tuh kan, pasti bakak di ceng cengin nih. Batin Arin.

"Duh gue baru inget kalo PR gue numpuk. Gue ke kamar dulu ya kak" ucap Arin mencoba mengalihkan pembicaraan dan kabur dari Aldy.

"Nggak usah ngeles lo. Siapa pacar lo kalo bukan Rakha? Si Nando Nando itu?" tanya Aldy pada Arin yang sudah menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.

"Kepo lo kak" jawab Arin lalu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamarnya. Ia yakin kalau Aldy pasti akan terus ngecengin dia.

"Woi Rin, ngapa pakek di kunci segala? Buka woi" teriak Aldy dari balik pintu.

"Abisan lo kepo banget" jawab Arin setengah berteriak.

"Sok privasi lo. Oke nggak bakal gue ceng cengin. Gue cuma mau bilang kalo besok gue nggak bisa nganter lo karena abis ini gue mau cabut ke rumah sohib SMA gue dan nginep di rumahnya. Plus mang Dirman ga bisa anter lo juga karena dia mau pulang kampung. So, lo musti bangun pagi dan naik trans besok kalo lo ga mau telat. Rasain lo" teriak Aldy dengan tawa jahatnya.

    Mendengar ucapan Aldy, Arin menjadi sedikit kesal. Besok ia harus bangun pagi dan naik trans? itu sangat membosankan bagi Arin. Apalagi nantinya ia harus jalan lagi dari halte trans menuju sekolahnya sekitar 200 meter.

    Setelah mengetahui itu,Arin lalu mengecek hpnya. Sejak sore tadi ia tak melihat hpnya sama sekali.

    Ada beberapa sms masuk. Diantaranya dari Nando, Rakha dan Citra. Dibukanya pesan itu satu persatu.

From Citra : Rin, PR fisika udah belom? Gila banyak banget, mana susah lagi.

Arin mengernyitkan dahinya"PR fisika?" tanyanya. Setelah beberapa menit mengingat akhirnya ia pun ingat.

Arinta's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang