Nineteenth : Hotnews

264 32 0
                                    


    Arin sedang bersiap siap di depan meja riasnya. Menyisir rambut panjang lurusnya yang tergerai. Setelah itu memakai sepatu vans hitam miliknya.

   "Rin,di jemput temen lo noh!"teriak Aldy dari balik pintu.

    "Iya kak. Bentar lagi selesai kok" jawab Arin lalu menyampirkan tas ransel birunya di bahunya. Setelah itu dipakainya snapback berwarna hitam dengan tulisan 'OBEY' dalam posisi yang terbalik. Setelah itu ia  keluar dan menutup pintu kamarnya. Kemudian berjalan menuruni tangga.

     Sudah ada mbok Sinah di meja makan yang siap dengan kotak bekal Arin yang berisi roti tawar dengan olesan nutella.

   "Ini mbak. Kemarin kan mbak Arin sudah meminta kalau hari ini tidak sarapan dan disiapkan bekal roti" ujar mbok Sinah sambil memberikan kotak bekal tersebut pada Arin.

    Arin menerima kotak bekal itu,"Iya mbok. Makasih ya" ucapnya lalu memasukkan kotak bekal itu ke dalam tasnya.

   "Ya udah mbok. Arin berangkat ya?"

    "Iya mbak hati hati"

     Setelahnya, Arin pun berjalan menuju ruang tamu. Sudah ada Nando dengan ransel hitam punggungnya disana. Ada juga Aldy yang duduk di hadapan Nando sambil memainkan hpnya.

   "Pagi kak Aldy, pagi Kak Nando" sapa Arin pada keduanya. Yang di sapa pun menoleh ke arah Arin.

   "Pagi Rin" jawab keduanya hampir bersamaan.

   "Mau berangkat sekarang kak?" tanya Arin pada Nando yang sudah berdiri.

     Nando pun melirik jam tangan hitam di tangan kirinya,"Iya deh. Udah setengah tujuh lebih dikit"jawabnya.

   "Kak Aldy,gue berangkat" ucap Arin yang hanya direspon anggukan oleh Aldy.

   "Kak gue berangkat dulu ya?"ucap Nando.

   "Jagain adek gue. Jangan sampe lecet sedikitpun" ujar Aldy mengingatkan. Meskipun Aldy sering membuat Arin sebal dan marah, sebenarnya ia sangat menyayangi adiknya itu. Dan ia tidak mau melihat adiknya terluka. Waktu itu saat ia mendapat kabar bahwa adiknya masuk rumah sakit, ia khawatir bukan main. Dan mungkin karena itu Aldy ingin tinggal di Indonesia sementara waktu untuk menemani Arin.

   "Iya kak pasti" kata Nando mantap.

   "Protektif" komentar Arin dan direspon lirikan tajam dari kakaknya.

   "Yaudah yuk Rin"ajak Nando lalu dijawab Arin dengan anggukan.

    Mereka keluar rumah Arin. Telihat motor duccati hitam milik Nando sudah siap di depan rumah Arin. Setelah itu mereka menuju ke motor itu. Nando menaikinya dan memakai helm, Arin juga melakukan hal yang sama. Nando menyalakan mesin motornya dan menjalankannya menuju SMA Galaksi.

♪♪♪

    Sekitar 15 menit mereka pun tiba di sekolah. Lebih tepatnya di parkiran sekolah. Sekolah sudah cukup ramai karena ini hari pertama sekolah. Mereka para siswa siswi Galaksi datang lebih pagi. Tidak ada upacara pagi ini, mungkin akan hanya ada apel pagi dan pencopotan jabatan OSIS tahun ini.

    Arin  turun dari motor Nando dan melepaskan helmnya. Rambunya sedikit berantakan karena Nando yang mengendarai motor cukup kencang. Ia lalu memberikan helm itu pada Nando yang sudah turun juga dari motornya. Ia lalu menerima helm itu dan menaruhnya di atas motor.

     "Rambut lo berantakan, Rin" ucap Nando lalu merapikan rambut Arin. Beberapa anak—kebanyakan cewek, mulai desas desus melihat hal itu. Kebenyakan dari mereka iri dengan posisi Arin saat ini. Sedangkan Arin, jangan ditanya bagaimana jantungnya saat ini. Jantungnya berdebar dengan kencangnya.

Arinta's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang