===Part 9===
"Pergi!!" teriak Mikki lagi karena Jungkook masih tetap berdiri di tempatnya. Malah menatapnya seolah-olah Mikki mengucapkan kalimat dengan bahasa asing yang tak dimengertinya.
"Tapi bukankah kau yang mengundangku kemari?"
"Itu dulu! sekarang kau harus pergi ke sana!! Cepat pergi sebelum aku memanggil security!"
Jungkook mundur. Ia menoleh kiri dan kanan karena beberapa orang mulai menatap curiga padanya. mereka menganggap Jungkook adalah sasaeng fans yang bisa saja melukai Mikki.
"Baiklah, aku akan pergi.." putusnya. Bukannya takut, hanya saja ia merasa tidak ada gunanya lagi berada di sini jika Mikki saja mengusirnya pergi.
--o0o--
Berdiri di depan gedung teater tempat pertunjukkan Mikki berlangsung, tidak membuatnya gembira sedikitpun. Jungkook malah merasa seperti orang bodoh yang termakan omongan semua orang. Sampai detik ini ia masih heran dengan perubahan sikap orang-orang. Taehyung yang tadinya cerewet berubah menjadi sangat cerewet dan menyebalkan, lalu Jenny yang tadinya tidak pernah memelototi dan memaksanya berubah menjadi gadis galak. Ia bahkan masih tidak percaya adiknya itu bisa berkacak pinggang sambil berbicara dengan nada tinggi padanya.
Kemudian, yang paling mengherankan adalah Mikki. Ia sangat mengenal gadis itu. Mikki adalah seseorang yang lemah lembut dan tidak pernah berteriak padanya. tadi ia sampai kaget mendengar teriakannya.
"Tuan, Anda ingin menonton juga?" tanya seorang penjaga yang berdiri di depan pintu masuk aula teater. Jungkook mengerjap. Ia baru sadar sekarang ia sudah berada di dalam gedung teater itu dan berdiri tepat di pintu masuk aula teater.
"Ah, iya.." ucapnya kikuk. Baiklah, sudah terlanjur datang kenapa harus pergi lagi. Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan selembar tiket yang sudah lecek di beberapa bagian.
Penjaga itu mendesah pelan saat menerimanya kemudian menatap Jungkook dengan wajah prihatin."Kau datang sangat terlambat, Tuan..pertunjukkannya akan selesai setengah jam lagi." Ucapnya seperti mengucapkan turut berbela sungkawa.
Jungkook mendecak jengkel. "Aku tahu. Tapi terima kasih sudah mengingatkan. Apa aku boleh masuk? Dan aku sangat berterima kasih jika kau melarangku masuk. jadi aku memiliki alasan jika nanti seseorang berniat membunuhku." Ucapnya cepat dalam satu tarikan napas. Ia terengah setelah mengeluarkan seluruh keluh kesahnya. Penjaga itu hanya melongo sesaat, mungkin kaget karena pertama kalinya menangani pria secerewet Jungkook. Tapi buru-buru tersenyum ramah.
"Maaf Tuan, tapi saya tidak ingin disalahkan atas kematian anda nanti" candanya, tangannya terulur membukakan pintu teater kemudian.
"Silakan menikmati pertunjukkan"Akhirnya ia menonton juga. dengan langkah terseret kakinya melangkah memasuki aula teater itu. ia takjub sesaat melihat seluruh kursi di aula seluas itu terisi penuh. Apa pertunjukannya memang menakjubkan? Jungkook mencari tempat duduk sesuai dengan tiket yang didapatkannya. Penerangannya sangat minim dan karena seluruh pencahayaan di arahkan ke panggung. Ia melihat beberapa wajah yang dikenalinya duduk dengan wajah berdecak kagum. Bahkan Taehyung dan istrinya sampai menitikkan air mata. Aish, sekarang bukan waktunya memperhatikan hal yang tidak penting seperti itu. ia harus menemukan tempat duduknya dan menikmati pertunjukkan yang sudah mencapai detik-detik terakhir.
Jungkook menjatuhkan dirinya di atas kursi yang berada di barisan ke tiga dari depan itu. di tempatnya duduk panggung tampak begitu menakjubkan. tempatnya sangat strategis. Oh, tentu saja. Yerim pasti memberikan tempat duduk paling strategis untuknya. Dan tujuannya sudah sangat jelas, tidak lain agar ia terpesona padanya.
Saat perhatiannya tertuju ke arah panggung seutuhnya, Jungkook baru menyadari adegan memang sudah mencapai babak terakhir. Ia melihat Yerim yang mengenakan gaun putih indah selutut, seperti yang dipakai para penari balet utama dalam pertunjukkan drama Swan Lake tengah menangis dengan posisi duduk di tengah-tengah panggung, kepalanya tertunduk dalam dan tangannya diletakkan di dada.