Diam dibelakang 1

356 5 0
                                    

Keadaan semakin parah saat mereka berlari menuju kearahku. Seperti tidak perduli bahwa aku adalah wanita, mereka malah menodongkan senjatanya. Mengangkat kayu balok tinggi dan berteriak "Maju lo...!!!"

Tiba-tiba saja orang-orang di belakangku ─para siswa yang satu sekolah denganku, serempak maju. Temanku anton memegang tanganku dan menyuruhku lari.
"Sudah gue bilang jangan kesitu,. Lari!" teriak anton yang tadi menegur sekaligus melarangku melewati jalur persimpangan itu. 

Aku terdiam, heran. Mengamati tingkah anak seklah yang sedang tawuran. Beginikah yang merka lakukan. Entah berjuang untuk apa? Nama sekolah atau hanya melampiaskan hasrat muda. Ini hal bodoh bodoh atau semisalnya yang aku tidak tahu dari lelaki.

Pertemua senjata tumpulpun terjadi. Suara nya membuat aku semakin gemetar. Ingin berlari tetapi tak bias. Kaki ini memaki ke jalan aspal. Menyaksikan mereka berjibaku, dalam keadaan tegang.

"Kenapa masih disini?" Anton berlari menghampiriku yang mengabaikan perintahnya untuk lari menjauh. Sekali lagi dia memintaku pergi.

Mataku terbelalak melihat luka di kepalanya akubat terkena lemparan batu. Darah mengalirdari pelipis mata sebelah kanan hingga pipi. Belum sampai mentes kebawah dia sudah menghapusnya dengan tangan.

Sebelum aku melangkahkan kaki untuk pergi. seseorang lain menghapiri dan melepas bajunya. Dalam keadaan terburu-buru dia menitipkan baju bersimbah darah miliknya kepadaku. Aku kemudian menerima dan lekas lari kabur.

Button LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang