Sayang seribu sayang. Sebelum pergi dari tempat yang menegangkan itu aku malah jatuh pingsan.
Terbangun aku di rumah sakit. langit-langit dengan lampu menyilaukan membangunkannku. Teman-temanku yang tadi hadir juga disini. Penglihatanku kabur saat membuka mata. Aku coba menutupi pandanganku. Membiasakan dengan cahaya rumah sakit yang begitu terang. Nampaknya pingsanku terlalu lama. Hingga larut aku dalam kegelapannya."Ada apa ini?" tanyaku, setengah sadar. Masih dengan kepala yang berdenyut berbalut perban.
"Lo pinsan tadi" Jawab Anton. Sambil menyelempangkan baju milik cowok yang sebelumnya menintipkan itu kepadaku.
"Lo tadi kena lemparan batu pas di kepala" lanjut Anton.
Aku tidak begitu perduli dengan itu. Aku malah lebih penasaran terhadap baju itu.
"Itu baju siapa?" tanyaku.
Anton kemudian tersenyum. Seolah dia berhasil menjawab pertanyaan kuis berhadiah yang jawabannya mudah dia tebak.
"Bajunya Alex" sambal menyeringai.
"Bisa-bisanya yah lo nanyain orang dalam keadaan lu yang begini..."
"Lu suka dia ya?"
"..."
"Wajar lah" Anton menepuk pundakku.
"Gila lu ya! Gue aja belum kenal" timpalku. Kepalaku terasa pusing. Aku mengerang kesakitan sambal memegangi kepalaku.
"Adu-duh..."
Anton dan ketiga temannya tertawa melihat ekspesiku.
Memang benar dia itu tampan. Dengan rambut kelimis berwarna hitam pekat dan sorot mata yang tajam serta kulit putihnya. Dia terlihat mirip dengan artis korea. Anton seolah biasa menjawab pertanyaan wanita yang penasaran dengan Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
Button Love
Любовные романыKangcing Kangcing adalah penghubung bagian baju yang terbuka. Satu sisi kesisi yang lain. Menyematkannya disebuah lubang yang tersedia, Dia penghubung dan pemersatu. Menutupi bagian yang terbuka. Cinta pun seharusnya begitu.