Masih dalam keadaan kepala terbungkus perban. Aku pergi menuju sekolah. Bangun lebih pagi agar kisah itu tidak terulang lagi. Hufft memang menyebalkan sekali bila harus ingat kisah itu. Pelajaran pertama. Percayalah pada teman meski dia Anton sekalipun.Di Halte tanganku menjulur kedepan menggapai air dari tetesan hujan. Senang rasanya bisa melihatmu lagi. Hi, hujan!
Bus pun datang, Aku lipat payung merahku, kemudian naik. Syukur keadaan saat itu tidak berdesakan. Bisa kebagian tempat duduk adalah hal yang jarang terjadi. Wajahku memandangi jendela kaca. Menikmati suasana hujan di tengah kota. hujan tidak begitu deras sehingga imajinasi mampu menginterpretasikannya dalam lamunan. Aroma Khas dari air hujan membuat semakin bersemangat pagi ini. Tidak lagi ada bau obat-obatan seperti layaknya di rumah sakit.
Setibanya bus kami di ujung gang sekolah. Aku turun dan membuka payung merahku. Beberapa langkah kedepan menuju gerbang. Seseorang dari belakang melintas begitu saja. Alex, dia berlari dengan memayungkan jaketnya. Ternyata kami berada dalam satu bus.
Aku hanya menatapnya yang semakin lama menjauh. Dan dia hanya memperlihatkan punggungnya.
"Hai" hatiku berkata kepada sosok misterius itu. "Boleh aku mengenalmu lebih jauh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Button Love
RomanceKangcing Kangcing adalah penghubung bagian baju yang terbuka. Satu sisi kesisi yang lain. Menyematkannya disebuah lubang yang tersedia, Dia penghubung dan pemersatu. Menutupi bagian yang terbuka. Cinta pun seharusnya begitu.